Antarajabar.com - Ribuan santri dan siswa Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) di Cianjur, Jawa Barat, Selasa, melakukan "longmarch" dan protes agar kebijakan "Full Day School" dibatalkan .
Massa yang sempat berkumpul di depan Kantor Kemenag Cianjur, melakukan longmarch menuju lapangan parkir Supermall Cianjur, dimana di lokasi dilakukan doa bersama serta aksi protes lanjutan digelar bersama ulama dan pimpinan DTA se Cianjur.
Ketua Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) Cianjur, Muhammad Toha, di Cianjur, Selasa, mengatakan, pendidikan di Indonesia merupakan perpaduan antara formal dan nonformal, keduanya tidak dapat begitu saja dipisahkan.
"Full Day School ini seperti akan memisahkan pendidikan formal dan nonformal atau pendidikan keagamaan di luar sekolah. Pendidikan keagamaan seperti di pondok pesantren dan diniyah merupakan warisan dari pendahulu bangsa yang berkembang menjadi pola pendidikan modern," katanya.
Sehingga hal tersebut tidak dapat dipisahkan, ungkap dia, amanat dalam undang-undang, antara pendidikan formal dan agama guna mencerdaskan bangsa, namun Mendikbud hendak memberlakukan pendidikan full Day school yang mengancam DTA.
Sehingga Komite Cianjur Agamis mendesak pemerintah mengeluarkan perpres pembatalan kebijakan tersebut karena berdampak terhadap pendidikan agama. Cianjur tambah dia, siap memberi solusi penerapan pendidikan karakter yang terintegrasi dengan pendidikan nonformal.
"Ini kan berkaitan dengan tumbuh kembang anak, jangan sampai muncul kejenuhan dan kurangnya partisipasi untuk pendidikan. Kami punya solusi untuk menyinkronkan pendidikan formal dan nonformal," katanya.
Dia menambahkan, sampai saat ini belum ada kejelasan terkait pembagian waktu antara pendidikan formal dan nonformal yang dijanjikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Kalau tetap dipaksakan, akan timbul gejolak dari warga, apalagi Cianjur sudah memiliki regulasi tentang diniyah takmiliyah. Lihat saja kalau dipaksakan akan muncul penolakan. Tidak hanya dari Cianjur tapi di seluruh kota," katanya.
Sementara selama acara berlangsung jalur protokol di Cianjur, mengalami kemacetan selama beberapa jam, antrian kendaraan terlihat mengular di sepanjang jalan protokol, hingga acara berakhir dibawah pengawalan ketat petugas, ribuan orang membubarkan diri dengan tertib.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017
Massa yang sempat berkumpul di depan Kantor Kemenag Cianjur, melakukan longmarch menuju lapangan parkir Supermall Cianjur, dimana di lokasi dilakukan doa bersama serta aksi protes lanjutan digelar bersama ulama dan pimpinan DTA se Cianjur.
Ketua Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) Cianjur, Muhammad Toha, di Cianjur, Selasa, mengatakan, pendidikan di Indonesia merupakan perpaduan antara formal dan nonformal, keduanya tidak dapat begitu saja dipisahkan.
"Full Day School ini seperti akan memisahkan pendidikan formal dan nonformal atau pendidikan keagamaan di luar sekolah. Pendidikan keagamaan seperti di pondok pesantren dan diniyah merupakan warisan dari pendahulu bangsa yang berkembang menjadi pola pendidikan modern," katanya.
Sehingga hal tersebut tidak dapat dipisahkan, ungkap dia, amanat dalam undang-undang, antara pendidikan formal dan agama guna mencerdaskan bangsa, namun Mendikbud hendak memberlakukan pendidikan full Day school yang mengancam DTA.
Sehingga Komite Cianjur Agamis mendesak pemerintah mengeluarkan perpres pembatalan kebijakan tersebut karena berdampak terhadap pendidikan agama. Cianjur tambah dia, siap memberi solusi penerapan pendidikan karakter yang terintegrasi dengan pendidikan nonformal.
"Ini kan berkaitan dengan tumbuh kembang anak, jangan sampai muncul kejenuhan dan kurangnya partisipasi untuk pendidikan. Kami punya solusi untuk menyinkronkan pendidikan formal dan nonformal," katanya.
Dia menambahkan, sampai saat ini belum ada kejelasan terkait pembagian waktu antara pendidikan formal dan nonformal yang dijanjikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Kalau tetap dipaksakan, akan timbul gejolak dari warga, apalagi Cianjur sudah memiliki regulasi tentang diniyah takmiliyah. Lihat saja kalau dipaksakan akan muncul penolakan. Tidak hanya dari Cianjur tapi di seluruh kota," katanya.
Sementara selama acara berlangsung jalur protokol di Cianjur, mengalami kemacetan selama beberapa jam, antrian kendaraan terlihat mengular di sepanjang jalan protokol, hingga acara berakhir dibawah pengawalan ketat petugas, ribuan orang membubarkan diri dengan tertib.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017