Pemerintah Kota Bandung terus menjalin koordinasi dengan pemerintah pusat guna mencari solusi atas persoalan proyek infrastruktur jembatan layang (flyover) Nurtanio yang hingga kini belum menunjukkan progres pembangunan.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan mengatakan, dengan mandeknya proyek flyover Nurtanio tersebut membuat arus lalu lintas di Jalan Abdurahman Saleh-Garuda menyebabkan kemacetan parah.
“Ada satu titik di Kota Bandung yang sampai sekarang masih misterius yaitu jembatan layang di daerah Nurtanio. Itu adalah proyek dari pemerintah pusat,” katanya di Bandung, Rabu.
Dia berencana menemui langsung pihak-pihak terkait di tingkat pusat di Jakarta pada Kamis (19/6) dengan tujuan memastikan komitmen penyelesaian serta memperoleh kepastian jadwal pembangunan proyek tersebut.
“Izinkan saya nanti hari Kamis akan menghadap pemerintah pusat untuk menanyakan, apakah akan diselesaikan atau tidak. Kalau mau diselesaikan, kapan?” ucapnya.
Dirinya menilai, masyarakat tidak terlalu peduli dengan siapa yang bertanggung jawab, apakah pemerintah kota, provinsi, atau pusat, yang penting adalah persoalan flyover Nurtanio dapat diselesaikan secara nyata.
“Masyarakat kan enggak mau tahu, pokoknya pemerintah, yang penting beres. Maka kami tidak akan mengatakan bahwa itu masalah pusat atau bukan. Tapi sebagai pemerintah kota, kami akan bertanya langsung,” kata dia.
Lebih lanjut, Farhan juga menyinggung predikat “kota termacet sedunia” yang pernah disematkan pada Kota Bandung.
Menurut dia, tingginya jumlah kendaraan pribadi menjadi faktor utama penyebab kemacetan. Data menunjukkan saat ini terdapat sekitar 5,5 juta kendaraan pribadi di Bandung, dengan jumlah penduduk sekitar 2,6 juta jiwa.
Namun, ia menekankan bahwa akar persoalan tidak semata pada jumlah kendaraan, melainkan juga pada infrastruktur yang belum memadai.
“Kita itu dicap sebagai kota paling macet sedunia. Maka kita bertanya kenapa? Salah satunya ya karena proyek seperti jembatan layang Nurtanio ini belum beres-beres,” kata Farhan.
Editor : Yuniardi Ferdinan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2025