Antarajabar.com -Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat salama Januari sampai Oktober 2016 ada sebanyak 75 Bank telah tutup dan Jawa Barat sendiri menjadi penyumbang terbanyak dengan 28 Bank.
Direktur Group Pengelolaan Transformasi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Suwandi di Cirebon, Jumat, memgatakan sampai dengan Oktober 2016 sebanyak 75 bank telah di tutup, dari jumlah itu paling banyak berada di Jawa Barat yakni sebanyak 28 Bank.
"Kalau terbanyak kedua adalah Sumatera Barat dengan jumlah 14 Bank," katanya.
Sementara di Jawa Tengah sebanyak enam Bank dan Jawa Timur ada empat Bank tutup di periode yang sama.
Ia melanjutkan sementara itu Bank yang telah selesai proses likuidasinya sebanyak 63 Bank, dia melanjutkan Bank yag telah dicabut izin usahanya didominasi oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yakni sebanyak 69 unit.
"Bank umum saru unit dan BPRS Syariah sebanyak lima unit," lanjutnya.
Ia menambahkan penyebab BPR bermasalah adalah lemahnya implementasi Good Corporate Governance (GCG) dalam aktifitas bisnis Bank.
"Kita dapat melihatnya dari fraud yang dilakukan oleh pemilik, pengurus pegawai dan atau pihak lain," ujarnya.
Ia mengatakan, selama menjalankan operasionalnya banyak Bank yang jatuh bangun dalam mempertahankan usahanya.
Namun pihaknya memastikan tidak akan terburu-buru dalam mengambil keputusan bank tersebut masih bisa dipertahankan atau tidak.
"Bank itu ya biasa seperti manusia , keluar masuk rumah sakit sudah biasa, semaksimal mungkin kita pertahankan, kriteria yang bisa diselamatkan itu adalah biaya yang dikeluarkan untuk menyelamatkan harus lebih rendah daripada tidak menyelamatkan," tambahnya.
"Kalau yang terjadi sebaliknya, maka kita merekomendasikan untuk menutup Bank tersebut," lanjutnya.
Sementara itu, hingga 31Oktober 2016, LPS telah melakukan penanganan simpanan terhadap 75 Bank yang dicabut izin usahanya dan yang telah selesai proses rekonvernya sebanyak 73 bank.
"Dari simpanan layak dibayar nilainya lebih dari Rp 1 triliun, setelah memperhitungkan nilai maksimum penjaminan LPS dan set-off terhadap pinjaman, kami hanya membayarkan sebesar Rp 834,26 miliar," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016
Direktur Group Pengelolaan Transformasi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Suwandi di Cirebon, Jumat, memgatakan sampai dengan Oktober 2016 sebanyak 75 bank telah di tutup, dari jumlah itu paling banyak berada di Jawa Barat yakni sebanyak 28 Bank.
"Kalau terbanyak kedua adalah Sumatera Barat dengan jumlah 14 Bank," katanya.
Sementara di Jawa Tengah sebanyak enam Bank dan Jawa Timur ada empat Bank tutup di periode yang sama.
Ia melanjutkan sementara itu Bank yang telah selesai proses likuidasinya sebanyak 63 Bank, dia melanjutkan Bank yag telah dicabut izin usahanya didominasi oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yakni sebanyak 69 unit.
"Bank umum saru unit dan BPRS Syariah sebanyak lima unit," lanjutnya.
Ia menambahkan penyebab BPR bermasalah adalah lemahnya implementasi Good Corporate Governance (GCG) dalam aktifitas bisnis Bank.
"Kita dapat melihatnya dari fraud yang dilakukan oleh pemilik, pengurus pegawai dan atau pihak lain," ujarnya.
Ia mengatakan, selama menjalankan operasionalnya banyak Bank yang jatuh bangun dalam mempertahankan usahanya.
Namun pihaknya memastikan tidak akan terburu-buru dalam mengambil keputusan bank tersebut masih bisa dipertahankan atau tidak.
"Bank itu ya biasa seperti manusia , keluar masuk rumah sakit sudah biasa, semaksimal mungkin kita pertahankan, kriteria yang bisa diselamatkan itu adalah biaya yang dikeluarkan untuk menyelamatkan harus lebih rendah daripada tidak menyelamatkan," tambahnya.
"Kalau yang terjadi sebaliknya, maka kita merekomendasikan untuk menutup Bank tersebut," lanjutnya.
Sementara itu, hingga 31Oktober 2016, LPS telah melakukan penanganan simpanan terhadap 75 Bank yang dicabut izin usahanya dan yang telah selesai proses rekonvernya sebanyak 73 bank.
"Dari simpanan layak dibayar nilainya lebih dari Rp 1 triliun, setelah memperhitungkan nilai maksimum penjaminan LPS dan set-off terhadap pinjaman, kami hanya membayarkan sebesar Rp 834,26 miliar," katanya.
Editor : Irawan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016