Antarajabar.com - Pusat Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Cianjur, Jabar, mencatat terdapat sembilan  orang korban perdagangan manusia yang diselamatkan P2TP2A dari Januari hingga September 2016.
       
Kabid Advokasi Penanganan Kasus, Lidya Indayani Umar, pada wartawan Senin, mengatakan, para korban langsung mendapatkan penanganan serius karena terdampak trauma yang harus disembuhkan.
        
"Korban yang berhasil diselamatkan, tidak hanya kaum perempuan karena dilapangan ditemui sejumlah anak laki-laki yang menjadi korban. Laki-laki juga rentan terhadap tindakan kriminal perdagangan manusia, bahkan beberapa kasus lainnya ditemukan kekerasan seksual yang menimpa mereka," katanya.
        
Untuk mengantisipasi terjadinya perdagangan manusia dan kekerasan terhadap anak adalah lingkungan tempat tinggalnya, dimana peran aktif orang tua dalam mengawasi anak menjadi salah cara mempersempit ruang gerak pelaku.
        
"Sebagian besar korban rentan terbujuk dengan janji manis pelaku yang berdalih menyediakan lapangan pekkerjaan dengan gaji mengiurkan. Mereka tidak menyadari menjadi buruh migran dengan gaji besar iitu hanya bohong belaka, sehingga mereka dengan mudah diperdagangkan," katanya.
        
Dia menuturkan, sejumlah wilayah di Indonesia dijadikan tempat tujuan perdagangan manusia seperti Batam, Bali dan Medan. Sedangkan luar negeri seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Timur Tengah.
        
"Kami kerap kali mengimbau dan mensosialisasikan pada warga terutama calon TKI agar berhati-hati dalam memilih jasa pembarangkatan tenaga kerja. Tidak tergiur dengan janji-janji muluk yang akhirnya menyengsarakan mereka," katanya.

Pewarta: Ahmad Fikri

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016