Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Ilham Akbar Habibie menyerap aspirasi dari mahasiswa se-Bandung Raya yang menyuarakan soal pendidikan hingga lapangan pekerjaan.
Dalam diskusi yang dilaksanakan di kawasan Dago Pakar, Kota Bandung, Jumat, para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bandung Raya tersebut menyuarakan keresahannya terkait program Kartu Indonesia Pintar (KIP), generasi Z, perguruan tinggi yang terancam tutup karena kurang mahasiswa, sampai terkait lapangan pekerjaan di Jabar yang juga dituangkan dalam spanduk untuk kemudian diserahkan pada Ilham.
"Diskusi benar-benar interaktif, mahasiswa menyampaikan pikiran dan harapannya pada kepemimpinan di Jabar, mengenai pendidikan apa yang terjadi di kampus, kemudian krisis identitas pada Gen Z, sampai masa depan, berkaitan dengan ketika dia mau bekerja dalam profesinya, lapangan pekerjaan yang ada juga mungkin kurang," kata Ilham di lokasi.
Ilham mengatakan terkait generasi Z, dia menilai diperlukan adanya lapangan pekerjaan mengingat saat ini baru sekitar 25 sampai 30 persen yang bisa mendapatkan pekerjaan.
"Mungkin yang lain ada job, tapi belum tetap, nah ini yang harus kita bantu agar Gen Z berkembang ke depan, sekaligus membentuk karakternya," ucap dia.
Dia melanjutkan terkait dengan lapangan pekerjaan di Jabar, perlu dikembangkan dengan adanya ekonomi yang lebih kuat, terutama dari segi industri yang menyediakan banyak lapangan pekerjaan untuk masyarakat.
"Sehingga yang kita perkuat itu juga kelas menengah. Karena kelas menengah itu harus gemuk, bukan makin lama makin kurus, tapi harus gemuk. Karena itu yang merupakan fondasi dari semua negara yang maju. Yakni ekonomi, industri dan juga pendidikan yang memang harus ada komunikasi, kerjasama, kolaborasi lintas sektor agar semuanya maju bersama," ucapnya.
Terkait dengan banyak hengkangnya industri padat karya dari Jabar, Ilham mengatakan bahwa faktornya bukan hanya persoalan upah pekerja, tapi ada juga soal daya saing yang perlu ditajamkan.
Dia memberi contoh industri tekstil Indonesia yang saat ini dalam keadaan terjepit, harus ditingkatkan daya saing dan produktivitasnya seperti pembaharuan mesin dan sebagainya, termasuk penyelesaian soal pungli.
"Saya kira pada umumnya pengusaha itu tidak bermasalah membayar UMR yang lebih tinggi asal produktivitasnya naik. Jadi kita harus memang mencari solusi dengan duduk bersama pengusaha, organisasi profesi, pemerintah dan pendidikan untuk lihat bagaimana kita bisa meningkatkan daya saing itu. Karena kalau kita ambil contoh tekstil itu masih ada di Jerman, Jepang, Amerika. Itu karena dia bisa menyesuaikan model bisnisnya kepada situasi kondisi negaranya. Dan termasuk soal pungli tidak boleh dan harus diselesaikan," ucapnya.
Sementara itu, perwakilan mahasiswa Ilyas Ali Husni mengharapkan diskusi ini menjadi semangat kolaborasi antar pemerintah dengan mahasiswa, dan sivitas akademika, terlebih ke depan akan ada bonus demografi yang diharap tidak menjadi bencana.
"Makanya betul tadi tentang SDM ataupun indeks manusia harus terus dikembangkan dengan kolaborasi. Dari acara ini harapannya apa yang sudah dituliskan dalam kain putih, ada solusi bagi perkembangan Jabar yang ke depannya akan mengalami bonus demografi, semoga ini tidak menjadi suatu hal yang stagnasi," tutur dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024
Dalam diskusi yang dilaksanakan di kawasan Dago Pakar, Kota Bandung, Jumat, para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bandung Raya tersebut menyuarakan keresahannya terkait program Kartu Indonesia Pintar (KIP), generasi Z, perguruan tinggi yang terancam tutup karena kurang mahasiswa, sampai terkait lapangan pekerjaan di Jabar yang juga dituangkan dalam spanduk untuk kemudian diserahkan pada Ilham.
"Diskusi benar-benar interaktif, mahasiswa menyampaikan pikiran dan harapannya pada kepemimpinan di Jabar, mengenai pendidikan apa yang terjadi di kampus, kemudian krisis identitas pada Gen Z, sampai masa depan, berkaitan dengan ketika dia mau bekerja dalam profesinya, lapangan pekerjaan yang ada juga mungkin kurang," kata Ilham di lokasi.
Ilham mengatakan terkait generasi Z, dia menilai diperlukan adanya lapangan pekerjaan mengingat saat ini baru sekitar 25 sampai 30 persen yang bisa mendapatkan pekerjaan.
"Mungkin yang lain ada job, tapi belum tetap, nah ini yang harus kita bantu agar Gen Z berkembang ke depan, sekaligus membentuk karakternya," ucap dia.
Dia melanjutkan terkait dengan lapangan pekerjaan di Jabar, perlu dikembangkan dengan adanya ekonomi yang lebih kuat, terutama dari segi industri yang menyediakan banyak lapangan pekerjaan untuk masyarakat.
"Sehingga yang kita perkuat itu juga kelas menengah. Karena kelas menengah itu harus gemuk, bukan makin lama makin kurus, tapi harus gemuk. Karena itu yang merupakan fondasi dari semua negara yang maju. Yakni ekonomi, industri dan juga pendidikan yang memang harus ada komunikasi, kerjasama, kolaborasi lintas sektor agar semuanya maju bersama," ucapnya.
Terkait dengan banyak hengkangnya industri padat karya dari Jabar, Ilham mengatakan bahwa faktornya bukan hanya persoalan upah pekerja, tapi ada juga soal daya saing yang perlu ditajamkan.
Dia memberi contoh industri tekstil Indonesia yang saat ini dalam keadaan terjepit, harus ditingkatkan daya saing dan produktivitasnya seperti pembaharuan mesin dan sebagainya, termasuk penyelesaian soal pungli.
"Saya kira pada umumnya pengusaha itu tidak bermasalah membayar UMR yang lebih tinggi asal produktivitasnya naik. Jadi kita harus memang mencari solusi dengan duduk bersama pengusaha, organisasi profesi, pemerintah dan pendidikan untuk lihat bagaimana kita bisa meningkatkan daya saing itu. Karena kalau kita ambil contoh tekstil itu masih ada di Jerman, Jepang, Amerika. Itu karena dia bisa menyesuaikan model bisnisnya kepada situasi kondisi negaranya. Dan termasuk soal pungli tidak boleh dan harus diselesaikan," ucapnya.
Sementara itu, perwakilan mahasiswa Ilyas Ali Husni mengharapkan diskusi ini menjadi semangat kolaborasi antar pemerintah dengan mahasiswa, dan sivitas akademika, terlebih ke depan akan ada bonus demografi yang diharap tidak menjadi bencana.
"Makanya betul tadi tentang SDM ataupun indeks manusia harus terus dikembangkan dengan kolaborasi. Dari acara ini harapannya apa yang sudah dituliskan dalam kain putih, ada solusi bagi perkembangan Jabar yang ke depannya akan mengalami bonus demografi, semoga ini tidak menjadi suatu hal yang stagnasi," tutur dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024