Antarajabar.com  - Etnis Sunda saat ini sedang menghadapi empat krisis, ungkap Ketua Umum Pengurus Besar Paguyuban Pasundan masa bakti 2015-2020 Prof Didi Turmudzi.

"PP (Paguyuban Pasundan) harus bisa menjaga, memelihara, mengembangkan nilai-nilai budaya Sunda dan Islam. Ini jadi penting karena masyarakat Sunda sekarang sedang mengalami empat krisis," kata Didi Turmudzi, di Kabupaten Pangandaran, Sabtu.

Krisis yang pertama, kata Didi, ialah orang Sunda sudah jarang menggunakan bahasa Sunda, kedua krisis simbol kesundaan yang juga dinilainya hampir hilang.

"Ketiga ialah krisis kepemimpinan informal di daerah tatar Sunda yakni Jabar, DKI Jakarta dan Banten sehingga dulu namanya Sunda. Ini hampir hilang dan ini harus dibangun kembali," kata dia.

Ia menuturkan, krisis terakhir yang dihadapi etnis Sunda ialah krisis ikatan solidaritas kesukubangsaan.

"Kalau krisis ini dibiarkan saja maka PP (Paguyuban Pasundan) tidak akan memiliki kekuatan besar. Apa yang harus dilakukan PP sekarang ialah harus punya pengaruh di lokal dan nasional," kata dia.

Usai dilantik dihadapan empat komisariat daerah dan 39 pengurus anak cabang sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Paguyuban Pasundan 2015-2020, Didi menyatakan akan memberikan solusi agar etnis sunda bisa terhindar dari empat krisis tersebut.

"Paguyuban Pasundan yang sekarang menginjak usia 103 tahun memiliki modal besar yakni kita punya lembaga pendidikan dari tingkat SD hingga SMA dan empat perguruan tinggi," kata dia.

Pihaknya akan mendorong 37 guru besar yang dimiliki oleh empat perguruan tinggi swasta di Jabar, Banten dan DKI Jakarta agar bisa lebih mencurahkan pemikirannya untuk mengatasi krisis yang dihadapi masyarakat sunda di Indonesia.

"Pakar ini harus mencoba kontribusi di tingkat nasional, ini yang masih lemah, itu yang jadi agenda kita di situ untuk ke depannya," katanya. 

Pewarta: Ajats

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2015