Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, memerintahkan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) setempat menggencarkan sosialisasi terkait penanganan cepat dan upaya antisipasi ketika terjadi bencana alam pada pelajar di berbagai tingkatan di Cianjur.
Bupati Cianjur Herman Suherman di Cianjur, Senin, mengatakan informasi dari BMKG yang memprediksi gempa berkekuatan besar atau megathrust berisiko terjadi di Indonesia, sehingga harus diwaspadai warga di sebagian besar wilayah Cianjur mulai dari utara hingga selatan.
Baca juga: Tiga kecamatan di selatan Cianjur berpotensi terdampak tsunami
"Kami berharap tidak ada lagi bencana besar melanda Cianjur, namun warga tetap harus waspada dan jangan panik ketika terjadi karena selama ini penanganan bencana bersama masyarakat telah dilakukan di sebagian besar wilayah rawan bencana," katanya.
Termasuk di kalangan pelajar, bagaimana menghadapi ketika terjadi bencana alam mulai dari banjir, longsor dan gempa serta bencana alam lainnya, sehingga saat terjadi masyarakat terutama pelajar dapat melakukan berbagai langkah termasuk menyelamatkan diri.
Untuk lebih meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan ketika terjadi bencana, tutur dia, pihaknya sudah meminta Kepala Disdikpora Cianjur untuk meningkatkan sosialisasi di kalangan pelajar mulai dari tingkat SD sampai SMA/SMK sederajat.
"Selain sosialisasi juga digelar simulasi saat menghadapi bencana alam termasuk gempa dan tsunami, sehingga berbagai langkah dapat dilakukan pelajar ketika menghadapi bencana dengan mengutamakan keselamatan jiwa," katanya.
Kepala Disdikpora Cianjur Ruhli Solehudin mengatakan sesuai dengan peraturan bupati (Perbup) dan aturan Disdikpora Cianjur sudah dilaksanakan sosialisasi tentang tata cara menghadapi bencana alam di kalangan pelajar mulai dari tingkat SD hingga SMA/SMK sederajat.
Bahkan pihaknya sudah membentuk Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di setiap kecamatan karena sudah ada regulasinya, Perbup dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
"Sosialisasi antisipasi saat terjadi bencana alam gempa sudah masuk dalam ekstrakurikuler di setiap sekolah, karena materi pembelajaran harus sesuai dengan regulasi," katanya.
Sosialisasi dan tatacara yang diberikan disesuaikan dengan tingkatan sekolah agar dapat dipahami dengan mudah setiap pelajar, sehingga saat terjadi bencana mereka dapat melakukan berbagai langkah termasuk menyelamatkan diri dan orang lain.
Baca juga: BPBD Cianjur siagakan 90 relawan tangguh bencana di pantai selatan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024
Bupati Cianjur Herman Suherman di Cianjur, Senin, mengatakan informasi dari BMKG yang memprediksi gempa berkekuatan besar atau megathrust berisiko terjadi di Indonesia, sehingga harus diwaspadai warga di sebagian besar wilayah Cianjur mulai dari utara hingga selatan.
Baca juga: Tiga kecamatan di selatan Cianjur berpotensi terdampak tsunami
"Kami berharap tidak ada lagi bencana besar melanda Cianjur, namun warga tetap harus waspada dan jangan panik ketika terjadi karena selama ini penanganan bencana bersama masyarakat telah dilakukan di sebagian besar wilayah rawan bencana," katanya.
Termasuk di kalangan pelajar, bagaimana menghadapi ketika terjadi bencana alam mulai dari banjir, longsor dan gempa serta bencana alam lainnya, sehingga saat terjadi masyarakat terutama pelajar dapat melakukan berbagai langkah termasuk menyelamatkan diri.
Untuk lebih meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan ketika terjadi bencana, tutur dia, pihaknya sudah meminta Kepala Disdikpora Cianjur untuk meningkatkan sosialisasi di kalangan pelajar mulai dari tingkat SD sampai SMA/SMK sederajat.
"Selain sosialisasi juga digelar simulasi saat menghadapi bencana alam termasuk gempa dan tsunami, sehingga berbagai langkah dapat dilakukan pelajar ketika menghadapi bencana dengan mengutamakan keselamatan jiwa," katanya.
Kepala Disdikpora Cianjur Ruhli Solehudin mengatakan sesuai dengan peraturan bupati (Perbup) dan aturan Disdikpora Cianjur sudah dilaksanakan sosialisasi tentang tata cara menghadapi bencana alam di kalangan pelajar mulai dari tingkat SD hingga SMA/SMK sederajat.
Bahkan pihaknya sudah membentuk Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di setiap kecamatan karena sudah ada regulasinya, Perbup dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
"Sosialisasi antisipasi saat terjadi bencana alam gempa sudah masuk dalam ekstrakurikuler di setiap sekolah, karena materi pembelajaran harus sesuai dengan regulasi," katanya.
Sosialisasi dan tatacara yang diberikan disesuaikan dengan tingkatan sekolah agar dapat dipahami dengan mudah setiap pelajar, sehingga saat terjadi bencana mereka dapat melakukan berbagai langkah termasuk menyelamatkan diri dan orang lain.
Baca juga: BPBD Cianjur siagakan 90 relawan tangguh bencana di pantai selatan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024