Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Garut, Jawa Barat, berupaya menyelamatkan lahan pertanian yang terdampak kekeringan pada musim kemarau dengan menyiapkan alat pompanisasi agar tanamannya bisa terus tumbuh dan bisa sampai panen.
"Kami menyiapkan (pompanisasi) untuk 275 titik, yang 20 titik ada di kelompok, 80 titik Brigade Dinas, dan 175 titik Brigade Kodim," kata Kepala Bidang Sarana Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Dispertan Kabupaten Garut Ardhy Firdian, di Garut, Senin.
Baca juga: Petani di Garut mulai pompanisasi atasi kekeringan lahan
Ia menuturkan Dispertan Garut selama ini terus memantau dan melakukan penanganan cepat untuk menanggulangi daerah rawan maupun daerah yang berpotensi dilanda kekeringan akibat musim kemarau tahun ini.
Upaya yang dilakukan, kata dia, dengan melakukan pompanisasi yang saat ini disiapkan sebanyak 465 pompa untuk enyelamatkan lahan pertanian yang dilanda kekeringan akibat kemarau dengan cara menarik air dari sumber air yang masih tersedia.
"Selain itu, kami juga memaksimalkan pemanfaatan pompa eksisting yang ada di masyarakat yang jumlahnya kurang lebih 190 unit," katanya.
Berdasarkan laporan periode setiap bulan pada 15 Juli 2024, kata dia, tercatat yang terdampak kemarau tanaman padi seluas 61 hektare kekeringan ringan, tersebar di sejumlah kecamatan, kemudian tujuh hektare kondisinya puso di Kecamatan Mekarmukti.
Selain padi, kata dia, ada juga lahan komoditas jagung seluas tujuh hektare dilanda kekeringan ringan tersebar di sejumlah kecamatan, sedangkan tanaman komoditas lainnya dinyatakan tercukupi kebutuhan airnya.
"Kalau yang ringan itu pada hampir semua kecamatan ditemukan dengan luasan yang bervariasi. Khusus yang puso hanya ada di Kecamatan Mekarmukti seluas tujuh hektare," katanya.
Ia menyampaikan lahan yang dilanda kekeringan ringan terus diupayakan untuk bisa diselamatkan dengan pompanisasi, memanfaatkan sumber air yang tersedia. Karena itu ia berharap turun hujan di tengah kondisi kemarau basah tahun ini.
"Di interval waktu tertentu 2-3 minggu ada turun hujan, bahkan di beberapa wilayah kadang hujan cukup lebat, istilahnya La Nina, kemaraunya tergolong kemarau basah," katanya.
Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kabupaten Garut dari Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Jawa Barat Ahmad Firdaus menambahkan lahan padi yang puso itu karena sebelumnya tercatat kekeringan berat.
Lahan pertanian itu, kata dia, merupakan kawasan tadah hujan yang hanya mengandalkan kebutuhan airnya saat turun hujan, sedangkan upaya pompanisasi tidak bisa dilakukan karena lokasinya jauh dari sumber air.
"Laporan sebelumnya juga lokasi yang puso tersebut sudah keadaan berat. Lokasinya memang tadah hujan, ketika hujan beberapa waktu yang lalu tidak berpengaruh banyak ke lahan tersebut karena kondisinya sudah keadaan berat," katanya.
Baca juga: BPTPH Jawa Barat lakukan pompanisasi air untuk lahan kekeringan di Garut
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024
"Kami menyiapkan (pompanisasi) untuk 275 titik, yang 20 titik ada di kelompok, 80 titik Brigade Dinas, dan 175 titik Brigade Kodim," kata Kepala Bidang Sarana Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Dispertan Kabupaten Garut Ardhy Firdian, di Garut, Senin.
Baca juga: Petani di Garut mulai pompanisasi atasi kekeringan lahan
Ia menuturkan Dispertan Garut selama ini terus memantau dan melakukan penanganan cepat untuk menanggulangi daerah rawan maupun daerah yang berpotensi dilanda kekeringan akibat musim kemarau tahun ini.
Upaya yang dilakukan, kata dia, dengan melakukan pompanisasi yang saat ini disiapkan sebanyak 465 pompa untuk enyelamatkan lahan pertanian yang dilanda kekeringan akibat kemarau dengan cara menarik air dari sumber air yang masih tersedia.
"Selain itu, kami juga memaksimalkan pemanfaatan pompa eksisting yang ada di masyarakat yang jumlahnya kurang lebih 190 unit," katanya.
Berdasarkan laporan periode setiap bulan pada 15 Juli 2024, kata dia, tercatat yang terdampak kemarau tanaman padi seluas 61 hektare kekeringan ringan, tersebar di sejumlah kecamatan, kemudian tujuh hektare kondisinya puso di Kecamatan Mekarmukti.
Selain padi, kata dia, ada juga lahan komoditas jagung seluas tujuh hektare dilanda kekeringan ringan tersebar di sejumlah kecamatan, sedangkan tanaman komoditas lainnya dinyatakan tercukupi kebutuhan airnya.
"Kalau yang ringan itu pada hampir semua kecamatan ditemukan dengan luasan yang bervariasi. Khusus yang puso hanya ada di Kecamatan Mekarmukti seluas tujuh hektare," katanya.
Ia menyampaikan lahan yang dilanda kekeringan ringan terus diupayakan untuk bisa diselamatkan dengan pompanisasi, memanfaatkan sumber air yang tersedia. Karena itu ia berharap turun hujan di tengah kondisi kemarau basah tahun ini.
"Di interval waktu tertentu 2-3 minggu ada turun hujan, bahkan di beberapa wilayah kadang hujan cukup lebat, istilahnya La Nina, kemaraunya tergolong kemarau basah," katanya.
Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kabupaten Garut dari Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Jawa Barat Ahmad Firdaus menambahkan lahan padi yang puso itu karena sebelumnya tercatat kekeringan berat.
Lahan pertanian itu, kata dia, merupakan kawasan tadah hujan yang hanya mengandalkan kebutuhan airnya saat turun hujan, sedangkan upaya pompanisasi tidak bisa dilakukan karena lokasinya jauh dari sumber air.
"Laporan sebelumnya juga lokasi yang puso tersebut sudah keadaan berat. Lokasinya memang tadah hujan, ketika hujan beberapa waktu yang lalu tidak berpengaruh banyak ke lahan tersebut karena kondisinya sudah keadaan berat," katanya.
Baca juga: BPTPH Jawa Barat lakukan pompanisasi air untuk lahan kekeringan di Garut
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024