Antarajawabarat.com, 13/3 - Balai Pengelolaan Kepurbakalaan Sejarah dan Nilai Tradisional Jawa Barat menyatakan, "demam" batu akik yang terjadi saat ini dikhawatirkan mengganggu keberadaan situs-situs bersejarah yang ada di derah itu.

"Kami mengendus para pemburu batu akik dan batu mulia sudah mulai mencoba menggali di tempat situs-situs bersejarah," kata Kepala Pengelolaan Kepurbakalaan Sejarah dan Nilai Tradisional Jawa Barat, Agus Hanafiah ketika dihubungi melalui telepon, Kamis.

Pihaknya mendapatkan informasi dari sejumlah pihak bahwa "demam" batu akik saat ini telah merusak sejumlah situs di beberapa provinsi.

"Dari sana kami khawatir situs-situs di Jabar dirusak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab," kata dia.

Ia mencoba berkomunikasi dengan sejumlah juru pelihara yang menjaga situs-situs bersejarah dan melakukan peninjauan di Curug Dago Bandung, pada Jumat pekan lalu.

"Jadi kami meninjau ke sana sekitar jam 11 malam ternyata ada orang mencoba menyelundup masuk kesana dengan membawa palu dan pahat. Khawatirnya mereka mecoba mengambil batu di situs," kata Agus.

Menurut dia, di Curug Dago ada prasasti dan di sana jadi objek wisata ini sempat disinggahi oleh dua raja yakni dari raja ke V dan raja ke VII Thailand.

Sebelum dikukuhkan menjadi raja mereka sempat bersemedi di Curug Dago dan bahkan situs yang ada disana dibawa langsung dari Thailand.

"Di sana ada Cangkup atau bangunan yang didatangkan langsung dari Thailand. Di sekitar cangkup tersebut terdapat bebatuan," katanya.

Bukan hanya di kawasan Curug Dago, pihaknya juga mendapatan laporan dari Jupel dugaan pencurian bongkahan batu terjadi di wilayah Garut dan Subang.

"Lalu beberapa hari lalu ada laporan di Garut juga yang mencoba masuk ke situs Kampung Adat Dukuh membawa pahat dan palu yang hendak mencari batu. Di Subanglarang, Kabupaten Subang juga terjadi fenomena yang sama," kata dia.

Akan tetapi, lanjut dia, dengan sigap para juru pelihara mengusir para pemburu batu tersebut dan memang hingga saat ini belum mendapatkan laporan perusakan situs akibat para pemburu hantu.

"Tapi kami menyosialisasikan kepada masyarakat agar tidak menganggu situs-situs lantaran hal tersebut merupakan sejarah peradaban manusia," kata dia.

"Jadi memang konten perusakan belum ada. Namun masyarakat juga masih belum tahu tentang situs di Jabar. ini tugas kami mensosialisasikan. Kami juga bersama-sama harus menjaga serta mewaspadai jangan sampai ada oknum merusak situs," katanya. ***4***

Ajat S

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2015