Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Jawa Barat menyatakan bencana kekeringan tahun 2024 berdasarkan perkiraan BMKG tidak akan berlangsung lama hanya terjadi Juli dan Agustus, selanjutnya September sudah mulai hujan sehingga kondisi ketersediaan air tanah dinilai masih cukup.
"Kalau cuma dua bulan kekeringan itu tidak terlalu masif, jadi air bawah tanah itu masih tersedia, mudah-mudahan," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut Aah Anwar Saefuloh di Garut, Kamis.
Baca juga: BPDB Garut ingatkan masyarakat waspadai bencana hidrometeorologi
Ia menuturkan kondisi cuaca saat ini dilaporkan masih turun hujan di beberapa daerah, meskipun tidak sering karena sudah mulai memasuki musim hujan.
Berdasarkan kajian BMKG, kata dia, musim kemarau akan berdampak pada kekeringan yang akan terjadi di Juli dan Agustus 2024, setelah itu September 2024 sudah mulai turun hujan lagi.
"Dua bulan ini Juli dan Agustus kemungkinan akan kekeringan, dan akan datang lagi penghujan itu September," katanya.
Ia menyampaikan ancaman dampak musim kemarau tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya yang mengharuskan pemerintah daerah menetapkan masa tanggap darurat untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat.
Menurut dia, kemarau tahun ini diperkirakan tidak akan diberlakukan status tanggap darurat, meski begitu pihaknya bersama instansi lainnya siap siaga untuk menyuplai kebutuhan air bersih bagi warga yang sumber airnya sudah kering.
"Tangki kita siapkan kembali tetap, kita akan suplai sesuai instruksi pimpinan, bagaimana realisasinya, kita akan kerjasama dengan PDAM karena PDAM ada CSR-nya," kata Aah.
Ia menyebutkan daerah yang sering langganan dilanda kekeringan akibat musim kemarau itu di antaranya Kecamatan Cigedug, Cibatu, dan sejumlah kecamatan lainnya.
Namun saat ini, kata dia, justru BPBD Garut mendapatkan laporan adanya masyarakat sudah kesulitan air bersih yakni dari Kecamatan Cibalong atau wilayah selatan Garut.
"Yang sudah mulai laporan adalah Cibalong, sudah mulai terdampak," katanya.
Baca juga: BPBD Garut waspadai potensi kebakaran hutan di musim kemarau
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024
"Kalau cuma dua bulan kekeringan itu tidak terlalu masif, jadi air bawah tanah itu masih tersedia, mudah-mudahan," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut Aah Anwar Saefuloh di Garut, Kamis.
Baca juga: BPDB Garut ingatkan masyarakat waspadai bencana hidrometeorologi
Ia menuturkan kondisi cuaca saat ini dilaporkan masih turun hujan di beberapa daerah, meskipun tidak sering karena sudah mulai memasuki musim hujan.
Berdasarkan kajian BMKG, kata dia, musim kemarau akan berdampak pada kekeringan yang akan terjadi di Juli dan Agustus 2024, setelah itu September 2024 sudah mulai turun hujan lagi.
"Dua bulan ini Juli dan Agustus kemungkinan akan kekeringan, dan akan datang lagi penghujan itu September," katanya.
Ia menyampaikan ancaman dampak musim kemarau tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya yang mengharuskan pemerintah daerah menetapkan masa tanggap darurat untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat.
Menurut dia, kemarau tahun ini diperkirakan tidak akan diberlakukan status tanggap darurat, meski begitu pihaknya bersama instansi lainnya siap siaga untuk menyuplai kebutuhan air bersih bagi warga yang sumber airnya sudah kering.
"Tangki kita siapkan kembali tetap, kita akan suplai sesuai instruksi pimpinan, bagaimana realisasinya, kita akan kerjasama dengan PDAM karena PDAM ada CSR-nya," kata Aah.
Ia menyebutkan daerah yang sering langganan dilanda kekeringan akibat musim kemarau itu di antaranya Kecamatan Cigedug, Cibatu, dan sejumlah kecamatan lainnya.
Namun saat ini, kata dia, justru BPBD Garut mendapatkan laporan adanya masyarakat sudah kesulitan air bersih yakni dari Kecamatan Cibalong atau wilayah selatan Garut.
"Yang sudah mulai laporan adalah Cibalong, sudah mulai terdampak," katanya.
Baca juga: BPBD Garut waspadai potensi kebakaran hutan di musim kemarau
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024