Kepemimpinan perempuan menjadi isu yang sangat strategis dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) di seluruh Indonesia pada November 2024, termasuk di Jawa Barat khususnya Kota Bandung.
Isu kepemimpinan perempuan menjadi sangat strategis, mengingat muncul banyak nama dari kalangan perempuan hebat dengan prestasi luar biasa yang layak berkontestasi, dan memimpin sejumlah kota maupun kabupaten melalui proses Pilkada 2024 mendatang.
Baca juga: KPU Kota Bandung targetkan partisipasi pemilih Pilkada 2024 capai 90 persen
Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran Muradi di Bandung, Selasa, menjelaskan karakter kultur politik di Jabar dan khususnya Kota Bandung, masih membutuhkan proses, karena hingga kini belum ada "pecah telur" terkait kepemimpinan perempuan di Kota Bandung, meski sampai saat ini, muncul beberapa nama yang mulai menguat seperti Siti Muntamah atau yang akrab disapa Ummi Oded, Atalia Praratya Kamil, Nurul Arifin, hingga Yena Iskandar Ma'soem.
"Sebenarnya sangat memungkinkan adanya beberapa nama yang layak, seperti Atalia, Ummi Oded, Nurul Arifin hingga Yena. Hanya saja penentuan nama-nama ini harus selesai dulu di internal partai," katanya.
Namun, kata Muradi, semua bisa saja terjadi, hanya saja semuanya masih belum "clear" betul, mengingat dinamika Pilkada Kota Bandung masih sangat terbuka.
"Dan kemungkinan perempuan maju pun masih ada. Hanya saja peta politik secara keseluruhan belum terlihat," ujarnya.
Menurut pengamat politik sekaligus Director Centre for Political Analysis Strategic Indonesia Nana Rukmana, tatar Sunda tidak akan lepas dari kultur memuliakan perempuan.
Kepemimpinan perempuan di Jawa Barat dan Kota Bandung pada khususnya, seperti diketahui memiliki sejarah panjang, bahkan tokoh-tokoh perempuan di tatar Sunda merupakan tokoh luar biasa, seperti, Raden Dewi Sartika yang memiliki sekolah dengan nama Kautamaan Istri. Jika diartikan sekolah ini pun berarti mengutamakan perempuan dan menjadi cikal bakal berkembangnya dunia pendidikan di Kota Bandung.
"Makam Cut Nyak Dien di Sumedang sangat terpelihara karena beliau selain pahlawan juga sebagai tokoh perempuan pergerakan melawan kolonialisme yang sangat dihormati di Aceh, sedangkan di Kota Bandung, ada pula Sekolah Kautamaan Istri yang merupakan warisan dari Raden Dewi Sartika," kata Nana.
Terkait Kota Bandung sendiri, Nana menilai bukan menjadi masalah jika nantinya Kota Bandung dipimpin perempuan, bahkan beberapa kandidat perempuan pun memiliki kualitas yang mumpuni.
"Kita lihat bagaimana Ummi Oded (Siti Muntamah) sering terjun ke masyarakat, lalu Atalia (Praratya Kamil) yang kuat dengan Jabar Bergeraknya, Nurul Arifin dengan anak mudanya. Lalu sekarang ada lagi calon perempuan lainnya yaitu Yena Iskandar Ma'soem yang merupakan penggiat dunia kesehatan sekaligus entepreneur yang sukses," ujarnya.
Sementara, Koordinator Lingkar Studi Ilmu Politik (LSIP) Amir Sudrajat mengatakan dengan munculnya nama Yena Iskandar Ma'soem juga menjadi menarik lantaran bisa menjadi figur perempuan alternatif dibandingkan dengan nama-nama yang sebelumnya sudah terlalu sering dimunculkan seperti Ummi Oded, Nurul Arifin, dan Atalia Praratya.
"Selain dikenal sebagai politisi yang tangguh, dia juga dikenal sebagai aktivis pendidikan yang berpengaruh, Dia juga dikenal sebagai pengusaha perempuan yang sukses. Pengalamannya yang lengkap dan panjang diberbagai bidang itu bisa mejadi modal besar dalam kontestasi Pilkada Kota Bandung," kata Amir.
Menurut Amir, Yena yang diketahui mengelola banyak sekolah dan lembaga pendidikan yang terbilang sukses, juga bisa menjadi representasi di dunia pendidikan dan kesehatan.
Yena juga dinilai berhasil dalam mengelola dunia usaha kesehatan mulai dari pengelolan rumah sakit yang menerima BPJS, berbagai klinik kesehatan, apotek, serta memiliki kapasitas dalam membantu sektor ekonomi kreatif karena pengalamannya sebagai pengusaha.
"Pengalamannya dalam dunia kesehatan, serta kapasitasnya dalam membantu ekonomi kreatif bisa dijadikan bekal dalam kontestasi. Hanya saja kita masih menunggu sejauh apa langkah-langkah Yena yang saya baru dengar akan maju di Piwalkot Bandung. Mudah-mudahan dengan hadirnya Yena, Piwalkot Bandung semakin berkualitas," katanya.
Baca juga: KPU Kota Bandung: Anggaran Pilkada 2024 sudah cair 100 persen
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024
Isu kepemimpinan perempuan menjadi sangat strategis, mengingat muncul banyak nama dari kalangan perempuan hebat dengan prestasi luar biasa yang layak berkontestasi, dan memimpin sejumlah kota maupun kabupaten melalui proses Pilkada 2024 mendatang.
Baca juga: KPU Kota Bandung targetkan partisipasi pemilih Pilkada 2024 capai 90 persen
Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran Muradi di Bandung, Selasa, menjelaskan karakter kultur politik di Jabar dan khususnya Kota Bandung, masih membutuhkan proses, karena hingga kini belum ada "pecah telur" terkait kepemimpinan perempuan di Kota Bandung, meski sampai saat ini, muncul beberapa nama yang mulai menguat seperti Siti Muntamah atau yang akrab disapa Ummi Oded, Atalia Praratya Kamil, Nurul Arifin, hingga Yena Iskandar Ma'soem.
"Sebenarnya sangat memungkinkan adanya beberapa nama yang layak, seperti Atalia, Ummi Oded, Nurul Arifin hingga Yena. Hanya saja penentuan nama-nama ini harus selesai dulu di internal partai," katanya.
Namun, kata Muradi, semua bisa saja terjadi, hanya saja semuanya masih belum "clear" betul, mengingat dinamika Pilkada Kota Bandung masih sangat terbuka.
"Dan kemungkinan perempuan maju pun masih ada. Hanya saja peta politik secara keseluruhan belum terlihat," ujarnya.
Menurut pengamat politik sekaligus Director Centre for Political Analysis Strategic Indonesia Nana Rukmana, tatar Sunda tidak akan lepas dari kultur memuliakan perempuan.
Kepemimpinan perempuan di Jawa Barat dan Kota Bandung pada khususnya, seperti diketahui memiliki sejarah panjang, bahkan tokoh-tokoh perempuan di tatar Sunda merupakan tokoh luar biasa, seperti, Raden Dewi Sartika yang memiliki sekolah dengan nama Kautamaan Istri. Jika diartikan sekolah ini pun berarti mengutamakan perempuan dan menjadi cikal bakal berkembangnya dunia pendidikan di Kota Bandung.
"Makam Cut Nyak Dien di Sumedang sangat terpelihara karena beliau selain pahlawan juga sebagai tokoh perempuan pergerakan melawan kolonialisme yang sangat dihormati di Aceh, sedangkan di Kota Bandung, ada pula Sekolah Kautamaan Istri yang merupakan warisan dari Raden Dewi Sartika," kata Nana.
Terkait Kota Bandung sendiri, Nana menilai bukan menjadi masalah jika nantinya Kota Bandung dipimpin perempuan, bahkan beberapa kandidat perempuan pun memiliki kualitas yang mumpuni.
"Kita lihat bagaimana Ummi Oded (Siti Muntamah) sering terjun ke masyarakat, lalu Atalia (Praratya Kamil) yang kuat dengan Jabar Bergeraknya, Nurul Arifin dengan anak mudanya. Lalu sekarang ada lagi calon perempuan lainnya yaitu Yena Iskandar Ma'soem yang merupakan penggiat dunia kesehatan sekaligus entepreneur yang sukses," ujarnya.
Sementara, Koordinator Lingkar Studi Ilmu Politik (LSIP) Amir Sudrajat mengatakan dengan munculnya nama Yena Iskandar Ma'soem juga menjadi menarik lantaran bisa menjadi figur perempuan alternatif dibandingkan dengan nama-nama yang sebelumnya sudah terlalu sering dimunculkan seperti Ummi Oded, Nurul Arifin, dan Atalia Praratya.
"Selain dikenal sebagai politisi yang tangguh, dia juga dikenal sebagai aktivis pendidikan yang berpengaruh, Dia juga dikenal sebagai pengusaha perempuan yang sukses. Pengalamannya yang lengkap dan panjang diberbagai bidang itu bisa mejadi modal besar dalam kontestasi Pilkada Kota Bandung," kata Amir.
Menurut Amir, Yena yang diketahui mengelola banyak sekolah dan lembaga pendidikan yang terbilang sukses, juga bisa menjadi representasi di dunia pendidikan dan kesehatan.
Yena juga dinilai berhasil dalam mengelola dunia usaha kesehatan mulai dari pengelolan rumah sakit yang menerima BPJS, berbagai klinik kesehatan, apotek, serta memiliki kapasitas dalam membantu sektor ekonomi kreatif karena pengalamannya sebagai pengusaha.
"Pengalamannya dalam dunia kesehatan, serta kapasitasnya dalam membantu ekonomi kreatif bisa dijadikan bekal dalam kontestasi. Hanya saja kita masih menunggu sejauh apa langkah-langkah Yena yang saya baru dengar akan maju di Piwalkot Bandung. Mudah-mudahan dengan hadirnya Yena, Piwalkot Bandung semakin berkualitas," katanya.
Baca juga: KPU Kota Bandung: Anggaran Pilkada 2024 sudah cair 100 persen
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024