Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, memprioritaskan perbaikan sekolah yang rusak akibat bencana alam dan ambruk karena usia yang belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah, seperti laporan SD rusak berat di wilayah selatan Cianjur.
Bupati Cianjur, Herman Suherman di Cianjur Selasa, mengatakan setiap tahunnya laporan sekolah rusak di seluruh wilayah Cianjur, mencapai 1.000 unit yang sebagian besar rusak sedang dan berat akibat dimakan usia.
Baca juga: Pemkab Cianjur larang sekolah "study tour" ke luar daerah
"Minimnya anggaran untuk perbaikan sekolah rusak membuat pemerintah daerah menerapkan skala prioritas untuk sekolah yang rusak berat akibat bencana alam dan belum pernah mendapatkan bantuan renovasi dari pemerintah," katanya.
Sampai saat ini, tutur dia, pihaknya terus berupaya mengurangi jumlah sekolah yang rusak setiap tahunnya dengan menambah anggaran batuan dari propinsi dan pusat serta bantuan dari donatur swasta, termasuk dari dana tidak terduga.
"Kami terus berupaya menyiapkan tambahan anggaran setiap tahunnya agar ribuan sekolah yang rusak tingkat SD dan SMP di Cianjur dapat diperbaiki, sehingga kami minta pihak sekolah bersabar karena terbatasnya anggaran dan terus diupayakan ditambah," katanya.
Sementara puluhan siswa di dua SDN di Desa Bojongkaso, Kecamatan Agrabinta, terpaksa menjalani proses belajar mengajar di bawah tenda darurat yang dibangun sekolah menjadi ruang kelas karena bangunan sekolah ambruk sejak beberapa tahun terakhir.
Kedua sekolah tersebut, SDN Ciawitali dan SDN Budisetra lokasinya terletak di pelosok wilayah selatan yang berjarak 150 kilometer dari pusat kota Cianjur dengan medan jalan yang sulit dilalui karena kondisinya rusak.
SDN Ciawitali yang dibangun tahun 1979 awalnya memiliki empat ruang kelas, saat ini tersisa satu bangunan kecil berukuran sekitar 4x5 meter dengan kondisi yang sudah tidak layak pakai, tiga ruang kelas sudah rata dengan tanah belum pernah mendapat bantuan.
Kepala Sekolah SDN Ciawitali, Suherman, mengatakan kedua bangunan sekolah yang rusak berat sejak beberapa tahun terakhir sudah berkali-kali diajukan untuk mendapat bantuan dan pembangunan kembali dari Pemkab Cianjur, namun hingga saat ini belum mendapat kepastian.
"Kalau SDN Ciawitali sudah lebih dari sepuluh tahun rusak hingga akhirnya seluruh bangunan ambruk, terakhir dua minggu lalu satu ruang kelas yang dipaksakan dipakai ambruk, sehingga kami tidak memiliki ruang kelas," katanya.
Sedangkan SDN Budisetra bangunannya retak sehingga tidak memungkinkan untuk dipakai proses belajar mengajar, sehingga guru dan orang tua berinisiatif mendirikan tenda darurat dari terpal yang disulap menjadi ruang kelas untuk belajar sekitar 64 siswa dari dua sekolah.
Baca juga: Disdikpora Cianjur jamin anak putus sekolah dapat melanjutkan pendidikan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024
Bupati Cianjur, Herman Suherman di Cianjur Selasa, mengatakan setiap tahunnya laporan sekolah rusak di seluruh wilayah Cianjur, mencapai 1.000 unit yang sebagian besar rusak sedang dan berat akibat dimakan usia.
Baca juga: Pemkab Cianjur larang sekolah "study tour" ke luar daerah
"Minimnya anggaran untuk perbaikan sekolah rusak membuat pemerintah daerah menerapkan skala prioritas untuk sekolah yang rusak berat akibat bencana alam dan belum pernah mendapatkan bantuan renovasi dari pemerintah," katanya.
Sampai saat ini, tutur dia, pihaknya terus berupaya mengurangi jumlah sekolah yang rusak setiap tahunnya dengan menambah anggaran batuan dari propinsi dan pusat serta bantuan dari donatur swasta, termasuk dari dana tidak terduga.
"Kami terus berupaya menyiapkan tambahan anggaran setiap tahunnya agar ribuan sekolah yang rusak tingkat SD dan SMP di Cianjur dapat diperbaiki, sehingga kami minta pihak sekolah bersabar karena terbatasnya anggaran dan terus diupayakan ditambah," katanya.
Sementara puluhan siswa di dua SDN di Desa Bojongkaso, Kecamatan Agrabinta, terpaksa menjalani proses belajar mengajar di bawah tenda darurat yang dibangun sekolah menjadi ruang kelas karena bangunan sekolah ambruk sejak beberapa tahun terakhir.
Kedua sekolah tersebut, SDN Ciawitali dan SDN Budisetra lokasinya terletak di pelosok wilayah selatan yang berjarak 150 kilometer dari pusat kota Cianjur dengan medan jalan yang sulit dilalui karena kondisinya rusak.
SDN Ciawitali yang dibangun tahun 1979 awalnya memiliki empat ruang kelas, saat ini tersisa satu bangunan kecil berukuran sekitar 4x5 meter dengan kondisi yang sudah tidak layak pakai, tiga ruang kelas sudah rata dengan tanah belum pernah mendapat bantuan.
Kepala Sekolah SDN Ciawitali, Suherman, mengatakan kedua bangunan sekolah yang rusak berat sejak beberapa tahun terakhir sudah berkali-kali diajukan untuk mendapat bantuan dan pembangunan kembali dari Pemkab Cianjur, namun hingga saat ini belum mendapat kepastian.
"Kalau SDN Ciawitali sudah lebih dari sepuluh tahun rusak hingga akhirnya seluruh bangunan ambruk, terakhir dua minggu lalu satu ruang kelas yang dipaksakan dipakai ambruk, sehingga kami tidak memiliki ruang kelas," katanya.
Sedangkan SDN Budisetra bangunannya retak sehingga tidak memungkinkan untuk dipakai proses belajar mengajar, sehingga guru dan orang tua berinisiatif mendirikan tenda darurat dari terpal yang disulap menjadi ruang kelas untuk belajar sekitar 64 siswa dari dua sekolah.
Baca juga: Disdikpora Cianjur jamin anak putus sekolah dapat melanjutkan pendidikan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024