Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mencatat selama dua tahun terakhir dapat menurunkan angka prevalensi stunting menjadi 11,4 persen yang sebelumnya 33,7 persen di tahun 2021, dan turun menjadi 13,6 persen di tahun 2022.
Bupati Cianjur, Herman Suherman di Cianjur Senin, mengatakan penurunan signifikan angka stunting di Cianjur dua tahun terakhir tidak terlepas dari kerja bareng atau keroyokan yang dilakukan pemerintah daerah bersama berbagai lapisan masyarakat terkait.
"Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, menunjukkan angka prevalensi stunting di Cianjur kembali turun menjadi 11,4 persen, penurunan angka stunting sangat signifikan sehingga Cianjur diperingkat kedua dari 27 kabupaten/kota di Jabar," katanya.
Ha tersebut, ungkap dia, merupakan prestasi bersama berkat kerjasama semua pihak unsur pemerintah daerah, Forkopimda, pihak swasta hingga masyarakat dalam rangka membantu warga miskin khususnya keluarga stunting di wilayahnya masing-masing.
Pihaknya mencatat ada tiga inovasi yang dilakukan dalam menurunkan angka prevalensi stunting, program Jufe atau Jumat Minum FE atau zat besi bagi remaja putri SMP dan SMA, Gerakan Bersama Aksi Orangtua Asuh Stunting (Gebrak Roasting) dan Permata Kamila serta kerja sama dengan CSR perusahaan dan organisasi masyarakat.
"Target jangka panjang zero stunting di Cianjur dari angka prevalensi saat ini 11,4 persen dapat tercapai beberapa tahun ke depan dengan cara keroyokan dapat terwujud," katanya.
Bahkan sejumlah program akan terus digencarkan seperti menekan angka ibu hamil beresiko tinggi dengan melakukan pemantauan agar ketika melahirkan bayinya sehat tidak stunting, bekerjasama dengan KUA untuk melakukan serangkaian kegiatan berupa pendidikan pranikah bagi calon pengantin.
"Sehingga perlu proses dan pendampingan terus karena penuntasan stunting tidak dapat dilakukan secara instan, sehingga perlu upaya bersama agar target Cianjur bebas stunting atau zero stunting dapat tercapai dengan cepat," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024
Bupati Cianjur, Herman Suherman di Cianjur Senin, mengatakan penurunan signifikan angka stunting di Cianjur dua tahun terakhir tidak terlepas dari kerja bareng atau keroyokan yang dilakukan pemerintah daerah bersama berbagai lapisan masyarakat terkait.
"Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, menunjukkan angka prevalensi stunting di Cianjur kembali turun menjadi 11,4 persen, penurunan angka stunting sangat signifikan sehingga Cianjur diperingkat kedua dari 27 kabupaten/kota di Jabar," katanya.
Ha tersebut, ungkap dia, merupakan prestasi bersama berkat kerjasama semua pihak unsur pemerintah daerah, Forkopimda, pihak swasta hingga masyarakat dalam rangka membantu warga miskin khususnya keluarga stunting di wilayahnya masing-masing.
Pihaknya mencatat ada tiga inovasi yang dilakukan dalam menurunkan angka prevalensi stunting, program Jufe atau Jumat Minum FE atau zat besi bagi remaja putri SMP dan SMA, Gerakan Bersama Aksi Orangtua Asuh Stunting (Gebrak Roasting) dan Permata Kamila serta kerja sama dengan CSR perusahaan dan organisasi masyarakat.
"Target jangka panjang zero stunting di Cianjur dari angka prevalensi saat ini 11,4 persen dapat tercapai beberapa tahun ke depan dengan cara keroyokan dapat terwujud," katanya.
Bahkan sejumlah program akan terus digencarkan seperti menekan angka ibu hamil beresiko tinggi dengan melakukan pemantauan agar ketika melahirkan bayinya sehat tidak stunting, bekerjasama dengan KUA untuk melakukan serangkaian kegiatan berupa pendidikan pranikah bagi calon pengantin.
"Sehingga perlu proses dan pendampingan terus karena penuntasan stunting tidak dapat dilakukan secara instan, sehingga perlu upaya bersama agar target Cianjur bebas stunting atau zero stunting dapat tercapai dengan cepat," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024