Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat menjelaskan bahwa inflasi di Jawa Barat pada Februari tahun 2024 secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 3,09 persen dengan pengaruh terbesar adalah kenaikan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau, khususnya komoditas beras.
Kepala BPS Jawa Barat Marsudijono merincikan bahwa kenaikan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 6,78 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,98 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,28 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,79 persen.
"Kemudian kelompok kesehatan sebesar 2,66 persen; kelompok transportasi sebesar 0,77 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 4,09 persen; kelompok pendidikan sebesar 1,39 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 3,52 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 4,54 persen," kata Marsudijono di Bandung, Jumat.
Marsudijono menyebutkan bahwa harga beras memang melejit pada Februari 2024 mencapai level tertingginya, hal ini disebabkan beberapa hal, yang pertama adalah puncak panen raya yang bergeser akibat mundurnya masa tanam padi.
"Prediksi puncak panen tahun 2024 bergeser, akibat mundurnya masa tanam padi menjadi bulan April 2024. Inilah salah satu kondisi harga beras naik karena posisi pasokan belum panen," katanya.
Lebih lanjut, Marsudijono memaparkan, produksi padi di Provinsi Jawa Barat pada Januari-Desember 2023 mengalami penurunan sebesar 3,11 persen dibandingkan Januari-Desember 2022.
"Pada tahun 2022 produksi padi mencapai 9.433,7 ton mengalami penurunan 293,7 ribu ton, sehingga menjadi 9.140,0 pada tahun 2023," tuturnya.
Adapun untuk produksi padi pada Januari-April 2024 diperkirakan mengalami penurunan sebesar 33,73 persen.
"Januari-April 2023 itu angkanya 3.448,7 ribu ton menjadi 2.285,3 ribu ton pada Januari-April 2024. Atau mengalami penurunan 1.163,4 ribu ton," ucapnya.
Penurunan produksi beras Jawa Barat ini, kata dia, tidak terlepas dari menurunnya luasan lahan sawah tiap tahun di Jawa Barat mengalami penurunan, hingga produksi semakin menurun, apalagi ditambah bergesernya masa tanam yang berdampak pada waktu panen.
Namun demikian, dia mengimbau, pada saat panen raya, tetap harus memperhatikan para petani, jangan sampai tidak dapat menikmati panen raya.
"Kita masih punya waktu untuk memperhatikan kesejahteraan petani, agar dapat terlindungi dan harganya terjaga. Pada bulan April itu panen raya dibarengi dengan Hari Raya Idul Fitri, impor sudah disampaikan akan terjadi di bulan April. Ini menjadi perhatian kita semua," ujarnya.
Diketahui, harga beras di pasaran sendiri diketahui antara Rp13 ribu sampai Rp15 ribu per kilogram bahkan lebih tinggi untuk beras medium, dan beras premium sampai Rp17 ribu per kilogram atau lebih tinggi.
Terkait inflasi, pada Februari 2024 inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Subang sebesar 4,56 persen.
Sementara, tingkat inflasi bulanan (month to month/mtm) Provinsi Jawa Barat bulan Februari 2024 sebesar 0,45 persen, sedangkan tingkat inflasi sepanjang 2024 (year to date/ytd) sebesar 0,61 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024
Kepala BPS Jawa Barat Marsudijono merincikan bahwa kenaikan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 6,78 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,98 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,28 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,79 persen.
"Kemudian kelompok kesehatan sebesar 2,66 persen; kelompok transportasi sebesar 0,77 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 4,09 persen; kelompok pendidikan sebesar 1,39 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 3,52 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 4,54 persen," kata Marsudijono di Bandung, Jumat.
Marsudijono menyebutkan bahwa harga beras memang melejit pada Februari 2024 mencapai level tertingginya, hal ini disebabkan beberapa hal, yang pertama adalah puncak panen raya yang bergeser akibat mundurnya masa tanam padi.
"Prediksi puncak panen tahun 2024 bergeser, akibat mundurnya masa tanam padi menjadi bulan April 2024. Inilah salah satu kondisi harga beras naik karena posisi pasokan belum panen," katanya.
Lebih lanjut, Marsudijono memaparkan, produksi padi di Provinsi Jawa Barat pada Januari-Desember 2023 mengalami penurunan sebesar 3,11 persen dibandingkan Januari-Desember 2022.
"Pada tahun 2022 produksi padi mencapai 9.433,7 ton mengalami penurunan 293,7 ribu ton, sehingga menjadi 9.140,0 pada tahun 2023," tuturnya.
Adapun untuk produksi padi pada Januari-April 2024 diperkirakan mengalami penurunan sebesar 33,73 persen.
"Januari-April 2023 itu angkanya 3.448,7 ribu ton menjadi 2.285,3 ribu ton pada Januari-April 2024. Atau mengalami penurunan 1.163,4 ribu ton," ucapnya.
Penurunan produksi beras Jawa Barat ini, kata dia, tidak terlepas dari menurunnya luasan lahan sawah tiap tahun di Jawa Barat mengalami penurunan, hingga produksi semakin menurun, apalagi ditambah bergesernya masa tanam yang berdampak pada waktu panen.
Namun demikian, dia mengimbau, pada saat panen raya, tetap harus memperhatikan para petani, jangan sampai tidak dapat menikmati panen raya.
"Kita masih punya waktu untuk memperhatikan kesejahteraan petani, agar dapat terlindungi dan harganya terjaga. Pada bulan April itu panen raya dibarengi dengan Hari Raya Idul Fitri, impor sudah disampaikan akan terjadi di bulan April. Ini menjadi perhatian kita semua," ujarnya.
Diketahui, harga beras di pasaran sendiri diketahui antara Rp13 ribu sampai Rp15 ribu per kilogram bahkan lebih tinggi untuk beras medium, dan beras premium sampai Rp17 ribu per kilogram atau lebih tinggi.
Terkait inflasi, pada Februari 2024 inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Subang sebesar 4,56 persen.
Sementara, tingkat inflasi bulanan (month to month/mtm) Provinsi Jawa Barat bulan Februari 2024 sebesar 0,45 persen, sedangkan tingkat inflasi sepanjang 2024 (year to date/ytd) sebesar 0,61 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024