Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat (Jabar) berharap pengendalian terhadap harga-harga terus dilakukan, sehubungan dengan inflasi November 2023 secara tahunan ada di posisi 2,85 persen.
Pasalnya, kata Kepala BPS Provinsi Jabar Marsudijono kalau melihat grafik perkembangan inflasi tiga bulan pertama tahun 2023, inflasi Jabar terbilang tinggi, yakni Januari 6,06 persen, Februari 6,17 persen, dan Maret 5,25 persen, namun terus dikendalikan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) hingga terus turun sampai pada September 2,35 persen.
"Walau kembali terjadi kenaikan di Oktober (2,58 persen) dan November ini, mudah-mudahan Desember mendatang inflasi lebih stabil dengan bisa mengerem inflasi, karena kalau dilihat trennya sudah terus berada di bawah tahun 2022," ujarnya dalam laporan bulanan BPS Jabar, di Bandung, Jumat.
Jika TPID bisa mengerem inflasi pada Desember dan membuatnya lebih stabil, menurutnya, ada harapan untuk memungkinkan mencapai target inflasi di angka 3 plus minus 1 persen.
"Kalau Desember lebih stabil, berarti kita bisa mengerem inflasi untuk 2023. Karenanya mudah-mudahan tidak ada kebijakan yang mempengaruhi khususnya di harga-harga komoditas di pasar maupun perdagangan lainnya," ujar dia lagi.
Jika dilihat berdasar kelompok, penyumbang inflasi secara tahunan, yang terbesar adalah makanan, minuman dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 6,59 persen dan memberi andil sebesar 1,62 pada inflasi tahunan, dengan komoditas yang memberikan andil terbesar pada kelompok ini adalah beras (0,52 persen), cabai merah (0,16 persen), daging ayam ras (0,08 persen), cabai rawit (0,08 persen), dan bawang putih (0,06 persen).
"Artinya kelompok komoditas ini inflasinya cukup luar biasa dan andilnya 1,62 dari 2,85, ini yang harus kita lebih rem lagi. Mudah-mudahan tidak ada kebijakan yang mampu menaikkan khususnya di harga-harga makanan dan minuman, yang biasanya merasakan dampak dari kenaikan lainnya," ujar dia pula.
Adapun komoditas lain yang memberikan andil inflasi secara tahunan adalah rokok ketek filter (0,16), sewa rumah (0,09), kontrak rumah (0,08), emas perhiasan (0,08), hingga tarif air minum PAM (0,06).
"Untuk tarif air PAM ini terjadi di Bogor, kami harap tarif air yang memiliki posisi andil 0,06 tidak berdampak terhadap kenaikan harga lainnya," kata dia.
Adapun dalam lima tahun terakhir, inflasi Jabar cukup fluktuatif di mana pada 2019 inflasi 3,42 persen, 2020 sebesar 1,99 persen, 2021 turun jadi 1,74 persen, namun tahun 2022 mengalami inflasi sampai 5,75 persen.
"Namun pada 2023 TPID mampu menahan dan posisi pada 2023 inflasi kita baru capai 2,85, mudah-mudahan lebih baik lagi pada Desember," ujarnya lagi.
Inflasi tahunan di Jabar pada bulan November 2023 ini, lebih tinggi dari inflasi nasional tahunan pada November 2023 yang berada pada posisi 2,86 persen.
Sementara secara bulanan (month to month/mtm) inflasi di Jabar tercatat sebesar 0,36 persen dibanding Oktober 2023, dan inflasi dari Desember 2022 sampai November 2023 (year to date/ytd) sebesar 2,09 persen.
Berdasarkan kelompok secara bulanan, inflasi didorong kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,38 persen dengan andil 0,34; disusul kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga mengalami inflasi 0,14 persen dengan andil 0,02.
Adapun komoditas yang memiliki andil besar terhadap inflasi adalah cabai merah (memberi andil 0,17), cabai rawit (0,06), bawang merah (0,04), beras (0,28), dan tarif air PDAM (0,02).
Sementara itu, untuk kelompok transportasi mengalami deflasi terbesar yakni -0,28 persen yang memiliki andil -0,03 ini terhadap posisi inflasi bulanan pada November 2023 ini.
Adapun komoditas yang memberi andil deflasi cukup signifikan secara bulanan sebagai pengimbang inflasi, adalah bensin (-0,04), daging ayam (-0,02), sabun cair/cuci piring (-0,008), melon (-0,006), dan kentang (-0,006).
Dari tujuh kota di Jabar, inflasi tahunan pada November 2023 tertinggi terjadi di Kota Bogor sebesar 3,64 persen, sementara yang terendah di Kota Bandung sebesar 2,36 persen.
Secara bulanan, inflasi tertinggi di Kota Bogor sebesar 0,81 persen akibat kenaikan harga PDAM, dan terendah di Kota Cirebon 0,16 persen.
Sementara inflasi tahun kalender pada November 2023 ini, Kota Bogor menjadi yang tertinggi dengan 3,13 persen, dan Kota Bandung terendah dengan 0,31 persen.
"Mudah-mudahan pada Desember 2023 mampu kendalikan harga akibat kenaikan air PDAM tadi, jangan sampai berlanjut, mudah-mudahan TPID Kota Bogor mampu menyeimbangkan beberapa komoditas yang menahan laju peningkatan harga dari komoditas lainnya akibat kenaikan harga air itu. Termasuk oleh provinsi agar diwaspadai," ujarnya pula.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BPS Jabar berharap pengendalian inflasi November capai 2,85 persen
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
Pasalnya, kata Kepala BPS Provinsi Jabar Marsudijono kalau melihat grafik perkembangan inflasi tiga bulan pertama tahun 2023, inflasi Jabar terbilang tinggi, yakni Januari 6,06 persen, Februari 6,17 persen, dan Maret 5,25 persen, namun terus dikendalikan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) hingga terus turun sampai pada September 2,35 persen.
"Walau kembali terjadi kenaikan di Oktober (2,58 persen) dan November ini, mudah-mudahan Desember mendatang inflasi lebih stabil dengan bisa mengerem inflasi, karena kalau dilihat trennya sudah terus berada di bawah tahun 2022," ujarnya dalam laporan bulanan BPS Jabar, di Bandung, Jumat.
Jika TPID bisa mengerem inflasi pada Desember dan membuatnya lebih stabil, menurutnya, ada harapan untuk memungkinkan mencapai target inflasi di angka 3 plus minus 1 persen.
"Kalau Desember lebih stabil, berarti kita bisa mengerem inflasi untuk 2023. Karenanya mudah-mudahan tidak ada kebijakan yang mempengaruhi khususnya di harga-harga komoditas di pasar maupun perdagangan lainnya," ujar dia lagi.
Jika dilihat berdasar kelompok, penyumbang inflasi secara tahunan, yang terbesar adalah makanan, minuman dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 6,59 persen dan memberi andil sebesar 1,62 pada inflasi tahunan, dengan komoditas yang memberikan andil terbesar pada kelompok ini adalah beras (0,52 persen), cabai merah (0,16 persen), daging ayam ras (0,08 persen), cabai rawit (0,08 persen), dan bawang putih (0,06 persen).
"Artinya kelompok komoditas ini inflasinya cukup luar biasa dan andilnya 1,62 dari 2,85, ini yang harus kita lebih rem lagi. Mudah-mudahan tidak ada kebijakan yang mampu menaikkan khususnya di harga-harga makanan dan minuman, yang biasanya merasakan dampak dari kenaikan lainnya," ujar dia pula.
Adapun komoditas lain yang memberikan andil inflasi secara tahunan adalah rokok ketek filter (0,16), sewa rumah (0,09), kontrak rumah (0,08), emas perhiasan (0,08), hingga tarif air minum PAM (0,06).
"Untuk tarif air PAM ini terjadi di Bogor, kami harap tarif air yang memiliki posisi andil 0,06 tidak berdampak terhadap kenaikan harga lainnya," kata dia.
Adapun dalam lima tahun terakhir, inflasi Jabar cukup fluktuatif di mana pada 2019 inflasi 3,42 persen, 2020 sebesar 1,99 persen, 2021 turun jadi 1,74 persen, namun tahun 2022 mengalami inflasi sampai 5,75 persen.
"Namun pada 2023 TPID mampu menahan dan posisi pada 2023 inflasi kita baru capai 2,85, mudah-mudahan lebih baik lagi pada Desember," ujarnya lagi.
Inflasi tahunan di Jabar pada bulan November 2023 ini, lebih tinggi dari inflasi nasional tahunan pada November 2023 yang berada pada posisi 2,86 persen.
Sementara secara bulanan (month to month/mtm) inflasi di Jabar tercatat sebesar 0,36 persen dibanding Oktober 2023, dan inflasi dari Desember 2022 sampai November 2023 (year to date/ytd) sebesar 2,09 persen.
Berdasarkan kelompok secara bulanan, inflasi didorong kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,38 persen dengan andil 0,34; disusul kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga mengalami inflasi 0,14 persen dengan andil 0,02.
Adapun komoditas yang memiliki andil besar terhadap inflasi adalah cabai merah (memberi andil 0,17), cabai rawit (0,06), bawang merah (0,04), beras (0,28), dan tarif air PDAM (0,02).
Sementara itu, untuk kelompok transportasi mengalami deflasi terbesar yakni -0,28 persen yang memiliki andil -0,03 ini terhadap posisi inflasi bulanan pada November 2023 ini.
Adapun komoditas yang memberi andil deflasi cukup signifikan secara bulanan sebagai pengimbang inflasi, adalah bensin (-0,04), daging ayam (-0,02), sabun cair/cuci piring (-0,008), melon (-0,006), dan kentang (-0,006).
Dari tujuh kota di Jabar, inflasi tahunan pada November 2023 tertinggi terjadi di Kota Bogor sebesar 3,64 persen, sementara yang terendah di Kota Bandung sebesar 2,36 persen.
Secara bulanan, inflasi tertinggi di Kota Bogor sebesar 0,81 persen akibat kenaikan harga PDAM, dan terendah di Kota Cirebon 0,16 persen.
Sementara inflasi tahun kalender pada November 2023 ini, Kota Bogor menjadi yang tertinggi dengan 3,13 persen, dan Kota Bandung terendah dengan 0,31 persen.
"Mudah-mudahan pada Desember 2023 mampu kendalikan harga akibat kenaikan air PDAM tadi, jangan sampai berlanjut, mudah-mudahan TPID Kota Bogor mampu menyeimbangkan beberapa komoditas yang menahan laju peningkatan harga dari komoditas lainnya akibat kenaikan harga air itu. Termasuk oleh provinsi agar diwaspadai," ujarnya pula.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BPS Jabar berharap pengendalian inflasi November capai 2,85 persen
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023