Anggota Komisi V DPRD Provinsi Jawa Barat Enjang Tedi menyampaikan bangunan sekolah yang terdampak pembangunan jalan tol di Kabupaten Garut harus diganti oleh pemerintah ke tempat lebih ideal agar siswa tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan nyaman.
"Kalau nanti ada relokasi karena akan terkena dampak pembangunan jalan tol, maka sekolah harus pindah, kami minta pemerintah ke depan sekolah ini boleh pindah setelah ada relokasi baru yang ideal," kata Enjang usai meninjau SMA Negeri 8 Garut di Kecamatan Cilawu yang rencananya terdampak pembangunan Jalan Tol Getaci di Garut, Selasa.
Ia menuturkan, pemerintah telah merencanakan program pembangunan Jalan Tol Getaci yang membentang dari Gede Bage, Bandung, kemudian Garut, Tasikmalaya sampai Cilacap, dan terkait pembangunan jalan tersebut akan banyak rumah termasuk sekolah yang harus direlokasi.
Khusus bangunan sekolah yang terdampak, kata dia, pemerintah harus lebih memprioritaskan rencana relokasinya, dan harus lebih dulu disiapkan tempatnya yang ideal sebelum sekolahnya dihancurkan untuk pembangunan jalan tol.
"Itu harus segera ada kepastian, karena kalau tidak ada kepastian akan bingung, tempat relokasinya harus ada lebih dulu, baru bisa pindah kalau sarana dan prasarananya sudah selesai," kata Enjang.
Ia berharap pembangunan sekolah baru nanti harus lebih baik dari segi tempat yang mudah diakses masyarakat, khususnya siswa seperti lokasi sekolah saat ini berada di jalan raya Kecamatan Cilawu.
Kemudian, kata dia, luas lahan sekolah jika memungkinkan bisa lebih luas lagi, lalu bangunan sekolah yang lebih baik, nyaman dan aman bagi siswa maupun tenaga pendidik di sekolah tersebut.
"Ini harus menjadi perhatian kita semua bahwa pembangunan infrastruktur itu jangan sampai mengganggu proses belajar mengajar," katanya.
Kepala SMA Negeri 8 Garut, Jujun mengatakan, rencana pembangunan jalan tol yang akan akan berdampak pada bangunan sekolah itu sudah diketahuinya sejak beberapa tahun lalu.
Ia sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar hanya dapat mengikuti kebijakan pemerintah untuk mendukung program pembangunan jalan tol tersebut.
Namun, ia berharap jika nanti disiapkan lahan relokasi sebaiknya berada di tempat yang mudah aksesnya oleh siswa.
"Syaratnya tempatnya strategis lagi, sekolah ini kan mudah dijangkau oleh angkutan umum, kalau di tempat lain agak susah, terutama akses jalan, dan keinginan ada pengganti lebih luas lagi," katanya.
Ia menyampaikan luas lahan sekolah SMA Negeri 8 Garut saat ini hampir 1 hektare yang sudah berdiri sejak tahun 1990 dengan jumlah siswa saat ini sebanyak 860 siswa.
Selama ini, kata dia, SMA Negeri 8 Garut belum berani membangun bangunan sekolah baru untuk menunjang kegiatan belajar maupun memperbaiki kondisi bangunan yang ada karena khawatir setelah selesai dibangun justru dihancurkan untuk pembangunan jalan tol.
"Kami jadi bingung, jadi enggak ada kepastian itu, sekolah lain berupaya dapat bantuan fisik, kita terkendala masalah jalan tol, takut dibongkar lagi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
"Kalau nanti ada relokasi karena akan terkena dampak pembangunan jalan tol, maka sekolah harus pindah, kami minta pemerintah ke depan sekolah ini boleh pindah setelah ada relokasi baru yang ideal," kata Enjang usai meninjau SMA Negeri 8 Garut di Kecamatan Cilawu yang rencananya terdampak pembangunan Jalan Tol Getaci di Garut, Selasa.
Ia menuturkan, pemerintah telah merencanakan program pembangunan Jalan Tol Getaci yang membentang dari Gede Bage, Bandung, kemudian Garut, Tasikmalaya sampai Cilacap, dan terkait pembangunan jalan tersebut akan banyak rumah termasuk sekolah yang harus direlokasi.
Khusus bangunan sekolah yang terdampak, kata dia, pemerintah harus lebih memprioritaskan rencana relokasinya, dan harus lebih dulu disiapkan tempatnya yang ideal sebelum sekolahnya dihancurkan untuk pembangunan jalan tol.
"Itu harus segera ada kepastian, karena kalau tidak ada kepastian akan bingung, tempat relokasinya harus ada lebih dulu, baru bisa pindah kalau sarana dan prasarananya sudah selesai," kata Enjang.
Ia berharap pembangunan sekolah baru nanti harus lebih baik dari segi tempat yang mudah diakses masyarakat, khususnya siswa seperti lokasi sekolah saat ini berada di jalan raya Kecamatan Cilawu.
Kemudian, kata dia, luas lahan sekolah jika memungkinkan bisa lebih luas lagi, lalu bangunan sekolah yang lebih baik, nyaman dan aman bagi siswa maupun tenaga pendidik di sekolah tersebut.
"Ini harus menjadi perhatian kita semua bahwa pembangunan infrastruktur itu jangan sampai mengganggu proses belajar mengajar," katanya.
Kepala SMA Negeri 8 Garut, Jujun mengatakan, rencana pembangunan jalan tol yang akan akan berdampak pada bangunan sekolah itu sudah diketahuinya sejak beberapa tahun lalu.
Ia sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar hanya dapat mengikuti kebijakan pemerintah untuk mendukung program pembangunan jalan tol tersebut.
Namun, ia berharap jika nanti disiapkan lahan relokasi sebaiknya berada di tempat yang mudah aksesnya oleh siswa.
"Syaratnya tempatnya strategis lagi, sekolah ini kan mudah dijangkau oleh angkutan umum, kalau di tempat lain agak susah, terutama akses jalan, dan keinginan ada pengganti lebih luas lagi," katanya.
Ia menyampaikan luas lahan sekolah SMA Negeri 8 Garut saat ini hampir 1 hektare yang sudah berdiri sejak tahun 1990 dengan jumlah siswa saat ini sebanyak 860 siswa.
Selama ini, kata dia, SMA Negeri 8 Garut belum berani membangun bangunan sekolah baru untuk menunjang kegiatan belajar maupun memperbaiki kondisi bangunan yang ada karena khawatir setelah selesai dibangun justru dihancurkan untuk pembangunan jalan tol.
"Kami jadi bingung, jadi enggak ada kepastian itu, sekolah lain berupaya dapat bantuan fisik, kita terkendala masalah jalan tol, takut dibongkar lagi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023