Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 menginformasikan bahwa penerima vaksin COVID-19 dosis penguat di Indonesia bertambah 86.517 orang sehingga total penerima hingga Rabu mencapai 48.038.725 orang.
Menurut data Satgas Penanganan COVID-19 yang diterima di Jakarta, Rabu, juga ada penambahan sebanyak 24.085 orang yang hari ini mendapatkan vaksin dosis lengkap sehingga total menjadi 168.183.942 orang.
Sementara itu, jumlah total warga yang telah mendapatkan vaksinasi COVID-19 dosis pertama hingga saat ini mencapai 200.941.640 orang atau bertambah 20.948 orang.
Satgas Penanganan COVID-19 juga menginformasikan kasus positif COVID-19 di Indonesia pada Rabu bertambah 1.242 orang sehingga total pada saat ini mencapai 6.063.251 kasus.
Sementara itu, Satgas juga kembali mengingatkan masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran COVID-19 mengingat saat ini masih dalam masa pandemi COVID-19.
Protokol kesehatan yang dimaksud antara lain menggunakan masker khususnya saat berada di dalam ruangan, saat sedang sakit, saat berada di angkutan publik, serta bagi mereka yang memiliki komorbid.
Selain itu, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak dan juga menghindari kerumunan.
Sementara itu, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengingatkan perlunya meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19 hingga dosis penguat guna mengantisipasi penyebaran subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.
“Kementerian Kesehatan RI sudah mengumumkan ditemukannya varian baru Omicron di Indonesia,” kata Ketua Kelompok Kerja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K).
Erlina menjelaskan perlunya tetap memakai masker jika berada di dalam ruangan, kendaraan umum, di tengah kerumunan atau jika sedang merasa sakit dan tidak enak badan.
“Selain itu perlu peningkatan surveilans genomik pada pasien COVID-19 bergejala sedang, berat, kritis atau meninggal,” katanya.
Selain itu dia juga mengingatkan perlunya mengirimkan sampel kasus positif COVID-19 untuk dilakukan whole genome sequencing (WGS) sesuai proporsi.
Subvarian Omicron
Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Mohammad Syahril melaporkan jumlah kasus terbaru subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Tanah Air hingga Selasa siang berjumlah 20 kasus.
"Sampai hari ini, ada 20 subvarian Omicron yang terdiri atas dua kasus BA.4 dan 18 kasus BA.5," kata Mohammad Syahril.
Dengan begitu, laju kasus subvarian Omicron tersebut bertambah 12 kasus dari laporan sebelumnya yang berjumlah delapan kasus.
BA.4 dan BA.5 di Indonesia bermula dari laporan empat kasus di Bali pada 6 Juni 2022 dan bertambah empat kasus lagi di Jakarta dalam beberapa hari kemudian.
Secara terpisah, Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan laju penularan BA.4 dan BA.5 di Indonesia diperkirakan naik lima kali lipat dalam beberapa hari terakhir.
Informasi terbaru dari European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) yang dirilis per Senin (13/6) menyebutkan BA.4 dan BA.5 kali pertama ditemukan di Afrika Selatan pada Januari dan Februari 2022.
Menurut Tjandra BA.4 dan BA.5 adalah bagian dari Omicron clade (B.1.1.529). ECDC meningkatkan klasifikasi BA.4 and BA.5 dari Variants of Interest menjadi Variants of Concern (VOC) pada 12 Mei 2022.
"Diperkirakan akan menjadi dominan di Eropa dalam minggu-minggu mendatang," ujarnya.
Tjandra yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu mengatakan potensi peningkatan kasus tergantung pada proteksi imunitas yang berkaitan dengan cakupan dan kapan waktu vaksinasi sebelumnya.
"Untuk tenaga kesehatan kita sudah dibooster lebih dari 6 bulan yang lalu. Kenaikan kasus juga dipengaruhi landscape dari gelombang yang lalu," katanya.
Secara umum, kata Tjandra, tidak ada bukti ilmiah yang menyebutkan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 menimbulkan sakit yang lebih parah dari varian pendahulunya. "Tapi harus amat diwaspadai peningkatan hospitalisasi pada mereka yang berusia di atas 60 atau 65 tahun," katanya.
ECDC hingga kini masih mengumpulkan data tentang efektivitas obat monoclonal antibodies (mAb) pada pasien BA.4 dan BA.5. "Tetapi sejauh ini nampaknya efeknya sedikit menurun atau tetap saja," katanya
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022
Menurut data Satgas Penanganan COVID-19 yang diterima di Jakarta, Rabu, juga ada penambahan sebanyak 24.085 orang yang hari ini mendapatkan vaksin dosis lengkap sehingga total menjadi 168.183.942 orang.
Sementara itu, jumlah total warga yang telah mendapatkan vaksinasi COVID-19 dosis pertama hingga saat ini mencapai 200.941.640 orang atau bertambah 20.948 orang.
Satgas Penanganan COVID-19 juga menginformasikan kasus positif COVID-19 di Indonesia pada Rabu bertambah 1.242 orang sehingga total pada saat ini mencapai 6.063.251 kasus.
Sementara itu, Satgas juga kembali mengingatkan masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran COVID-19 mengingat saat ini masih dalam masa pandemi COVID-19.
Protokol kesehatan yang dimaksud antara lain menggunakan masker khususnya saat berada di dalam ruangan, saat sedang sakit, saat berada di angkutan publik, serta bagi mereka yang memiliki komorbid.
Selain itu, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak dan juga menghindari kerumunan.
Sementara itu, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengingatkan perlunya meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19 hingga dosis penguat guna mengantisipasi penyebaran subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.
“Kementerian Kesehatan RI sudah mengumumkan ditemukannya varian baru Omicron di Indonesia,” kata Ketua Kelompok Kerja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K).
Erlina menjelaskan perlunya tetap memakai masker jika berada di dalam ruangan, kendaraan umum, di tengah kerumunan atau jika sedang merasa sakit dan tidak enak badan.
“Selain itu perlu peningkatan surveilans genomik pada pasien COVID-19 bergejala sedang, berat, kritis atau meninggal,” katanya.
Selain itu dia juga mengingatkan perlunya mengirimkan sampel kasus positif COVID-19 untuk dilakukan whole genome sequencing (WGS) sesuai proporsi.
Subvarian Omicron
Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Mohammad Syahril melaporkan jumlah kasus terbaru subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Tanah Air hingga Selasa siang berjumlah 20 kasus.
"Sampai hari ini, ada 20 subvarian Omicron yang terdiri atas dua kasus BA.4 dan 18 kasus BA.5," kata Mohammad Syahril.
Dengan begitu, laju kasus subvarian Omicron tersebut bertambah 12 kasus dari laporan sebelumnya yang berjumlah delapan kasus.
BA.4 dan BA.5 di Indonesia bermula dari laporan empat kasus di Bali pada 6 Juni 2022 dan bertambah empat kasus lagi di Jakarta dalam beberapa hari kemudian.
Secara terpisah, Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan laju penularan BA.4 dan BA.5 di Indonesia diperkirakan naik lima kali lipat dalam beberapa hari terakhir.
Informasi terbaru dari European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) yang dirilis per Senin (13/6) menyebutkan BA.4 dan BA.5 kali pertama ditemukan di Afrika Selatan pada Januari dan Februari 2022.
Menurut Tjandra BA.4 dan BA.5 adalah bagian dari Omicron clade (B.1.1.529). ECDC meningkatkan klasifikasi BA.4 and BA.5 dari Variants of Interest menjadi Variants of Concern (VOC) pada 12 Mei 2022.
"Diperkirakan akan menjadi dominan di Eropa dalam minggu-minggu mendatang," ujarnya.
Tjandra yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu mengatakan potensi peningkatan kasus tergantung pada proteksi imunitas yang berkaitan dengan cakupan dan kapan waktu vaksinasi sebelumnya.
"Untuk tenaga kesehatan kita sudah dibooster lebih dari 6 bulan yang lalu. Kenaikan kasus juga dipengaruhi landscape dari gelombang yang lalu," katanya.
Secara umum, kata Tjandra, tidak ada bukti ilmiah yang menyebutkan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 menimbulkan sakit yang lebih parah dari varian pendahulunya. "Tapi harus amat diwaspadai peningkatan hospitalisasi pada mereka yang berusia di atas 60 atau 65 tahun," katanya.
ECDC hingga kini masih mengumpulkan data tentang efektivitas obat monoclonal antibodies (mAb) pada pasien BA.4 dan BA.5. "Tetapi sejauh ini nampaknya efeknya sedikit menurun atau tetap saja," katanya
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022