Makara Art Center Universitas Indonesia (MAC UI) mendukung penuh pengembangan seni budaya desa adat Kampung Pulo di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Kepala MAC UI, Dr Ngatawi Al-Zastrouw M.Si dalam keterangannya di Depok, Jumat mengatakan sebenarnya seni tradisi yang ada di komunitas adat mengandung nilai dan pengetahuan yang sangat dibutuhkan oleh bangsa ini.

Baca juga: Pupuk Kujang pastikan pupuk subsidi tersedia aman untuk Garut capai 65.326 ton

Ia mengatakan jika nilai-nilai dan pengetahuan tradisional itu digali dan dikembangkan akan sangat bermanfaat untuk menjawab tantangan zaman.

"Di Kampung Pulo ini kita dapat melihat, bagaimana toleransi dan moderasi sudah diajarkan oleh para leluhur. Di sini ada Candi Cangkuan peninggalan Hindu yang berdampingan dengan makam Syech Arifu Muhammad yang beragama Islam," katanya.

Menurut dia, dengan adanya candi dan makam keramat yang berdampingan umat Hindu yang beribadah di candi dan umat Islam yang ziarah di makam dapat sama-sama melakukan ritual tanpa saling mengganggu.

MAC UI menyelenggarakan berbagai program kegiatan seni dan budaya di Kabupaten Garut selama tiga hari, sejak 16 hingga 18 Maret 2022.
 

Beberapa kegiatan budaya yang dilaksanakan di Garut adalah kunjungan penelitian ke desa adat Kampung Pulo, sarasehan kebudayaan dan workshop fotografi, serta pagelaran seni tradisi.

Menurut Zastrouw, kegiatan ini merupakan bagian dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan tinggi UI, khususnya dharma ketiga, pengabdian masyarakat. Kegiatan terlaksana atas kerja sama MAC UI dengan Dewan Kebudayaan Kabupaten Garut (DKKG) dan didukung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Garut.

Baca juga: Pasokan minyak goreng di Garut cukup, dijual di atas HET

Zastrouw mengatakan berupaya menjadikan komunitas adat Garut sebagai laboratorium kebudayaan MAC dan mendorong pengembangan seni budaya adat yang sudah dilakukan oleh para penggerak kebudayaan di Garut.

"Kami akan mengajak mahasiswa UI untuk belajar di sini dan mendorong para akademisi UI melakukan penelitian dan kajian di sini," kata zastrouw.

Pada sesi sarasehan kebudayaan, Dr Ari Prasetiyo M.Si dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI bersama tokoh budaya Garut Asep Santana, membawakan materi tentang manajemen pementasan seni dan budaya.

Ari Prasetiyo menjelaskan bahwa seni tradisi, selain saat dipentaskan harus indah secara performanya, penting juga harus diperhatikan sisi lain manfaatnya sebagai sarana pembentukan karakter, seperti seni tradisi mampu melatih pelakunya memiliki sifat kepemimpinan, kepercayaan diri, dan rasa saling menghormati kepada sesama.
 

Ada berbagai seni tradisi yang dipentaskan dalam kegiatan ini, di antaranya tarawangsa, dang ding, debus, pencak silat Garut, dan lain-lain.

Ketua Dewan Kebudayaan Kabupaten Garut (DKKG) Kang Jiwan menyatakan bahwa ada ratusan sanggar seni tradisional di Garut masih eksis hingga saat ini. Mereka bertahan hidup ala kadarnya.

“Kami merasa bersyukur MAC UI hadir dan mendukung pengembangan seni tradisi yang ada di Garut. Saya yakin teman-teman adat yang selama ini bergerak sendirian merasa bangga dan besar hati dengan dukungan MAC UI ini," katanya.

Baca juga: BPBD Garut sebut tidak ada kerusakan akibat gempa Sukabumi

Baca juga: Kemenparekraf dorong pelaku ekonomi kreatif bertransformasi digital

 

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Feri Purnama


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022