Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Jawa Barat menyiapkan tim untuk pengetesan kesehatan secara acak sebesar 10 persen dari jumlah siswa setiap bulan untuk mendeteksi penyebaran wabah COVID-19 di tengah penerapan pembelajaran tatap muka di sekolah.
"Jadi 10 persen dari jumlah siswa di masing-masing sekolah akan di testing, termasuk di pesantren juga sama akan dilakukan," kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Leli Yuliani di Garut, Selasa.
Baca juga: Kasus aktif positif COVID-19 di Garut turun tinggal 1.322 orang
Ia mengatakan tim medis di lapangan akan melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan siswa dengan melakukan tes usap untuk mendeteksi penularan COVID-19 di lingkungan sekolah.
Pengetesan kesehatan secara berkala kepada siswa itu, kata dia, sebagai langkah antisipasi, apabila ditemukan kasus positif maka dapat secepatnya ditangani sesuai ketenuan yang berlaku.
"Kalau jumlah siswa ada 200 ribu, maka setiap bulannya kita akan memeriksa 20 ribu siswa," katanya.
Ia menyampaikan langkah selanjutnya apabila ada siswa terpapar COVID-19 maka sesuai aturan lingkungan sekolah maupun pesantren harus ditutup sementara untuk dilakukan sterilisasi.
"Misal lebih dari tiga siswa positif berarti ditutup sementara, tapi kita tidak tahu ke depan apa kebijakan akan berubah atau tidak," kata Leli Yuliani.
Baca juga: Lonjakan kasus COVID-19 di Garut didominasi kasus tanpa gejala
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut Ade Manadin menambahkan jajarannya telah menyiapkan tim patroli untuk memastikan seluruh kegiatan sekolah yang memberlakukan pembelajaran tatap muka sudah sesuai protokol kesehatan.
"PTM ini diberlakukan 50 persen, dan wajib menerapkan prokes seperti pakai masker," katanya.
Seorang siswa Kelas VI SD Negeri Samarang 1 Riani Kusuma mengatakan senang bisa sekolah lagi meskipun masih dibatasi jumlah siswa dan waktu pembelajarannya.
Meski begitu, kata dia, tidak masalah asalkan bisa belajar tatap muka dengan tetap mematuhi protokol kesehatan karena saat ini pandemi COVID-19 belum berakhir.
"Ya senang bisa belajar langsung di sekolah, karena sekarang kan mau ujian nasional, harus benar-benar belajarnya," kata Riani.
Baca juga: Sekolah di Garut kembali diizinkan PTM dengan kapasitas 50 persen
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022
"Jadi 10 persen dari jumlah siswa di masing-masing sekolah akan di testing, termasuk di pesantren juga sama akan dilakukan," kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Leli Yuliani di Garut, Selasa.
Baca juga: Kasus aktif positif COVID-19 di Garut turun tinggal 1.322 orang
Ia mengatakan tim medis di lapangan akan melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan siswa dengan melakukan tes usap untuk mendeteksi penularan COVID-19 di lingkungan sekolah.
Pengetesan kesehatan secara berkala kepada siswa itu, kata dia, sebagai langkah antisipasi, apabila ditemukan kasus positif maka dapat secepatnya ditangani sesuai ketenuan yang berlaku.
"Kalau jumlah siswa ada 200 ribu, maka setiap bulannya kita akan memeriksa 20 ribu siswa," katanya.
Ia menyampaikan langkah selanjutnya apabila ada siswa terpapar COVID-19 maka sesuai aturan lingkungan sekolah maupun pesantren harus ditutup sementara untuk dilakukan sterilisasi.
"Misal lebih dari tiga siswa positif berarti ditutup sementara, tapi kita tidak tahu ke depan apa kebijakan akan berubah atau tidak," kata Leli Yuliani.
Baca juga: Lonjakan kasus COVID-19 di Garut didominasi kasus tanpa gejala
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut Ade Manadin menambahkan jajarannya telah menyiapkan tim patroli untuk memastikan seluruh kegiatan sekolah yang memberlakukan pembelajaran tatap muka sudah sesuai protokol kesehatan.
"PTM ini diberlakukan 50 persen, dan wajib menerapkan prokes seperti pakai masker," katanya.
Seorang siswa Kelas VI SD Negeri Samarang 1 Riani Kusuma mengatakan senang bisa sekolah lagi meskipun masih dibatasi jumlah siswa dan waktu pembelajarannya.
Meski begitu, kata dia, tidak masalah asalkan bisa belajar tatap muka dengan tetap mematuhi protokol kesehatan karena saat ini pandemi COVID-19 belum berakhir.
"Ya senang bisa belajar langsung di sekolah, karena sekarang kan mau ujian nasional, harus benar-benar belajarnya," kata Riani.
Baca juga: Sekolah di Garut kembali diizinkan PTM dengan kapasitas 50 persen
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022