ANTARAJAWABARAT.com, 8/9 - Angin kencang disertai gelombang tinggi akibat perubahan musim angin barat ke angin timur, beberapa hari ini, membuat sekitar 70 persen nelayan tradisional di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, berhenti melaut.

Manajer TPI Glayem Dedi Aryanto di Indramayu, kepada wartawan di Indramayu, Jum'at, mengatakan, akibat cuaca tidak menentu itu kurang dari 70 nelayan tradisional memilih mendaratkan perahunya untuk sementara.

"Perubahan musim angin barat ke angin timur kondisi gelombang di perairan laut Jawa sulit diperkirakan, saat nelayan berangkat melaut gelombang normal namun setelah diperjalanan gelombang mendadak tinggi kurang dari tiga meter," kata Dedi Aryanto.

Para nelayan itu khawatir keselamatannya terancama, dari 70 perahu yang mendaratkan ikan di TPI Glayem hanya 20 perahu berani berangkat melaut.

Menurut dia, hasil pendaratan ikan dari 20 perahu cukup membantu produksi ikan di TPI Glayem yang beberapa pekan terganggu akibat cuaca buruk, tangkapan yang melimpah ikan kualitas ekspor sehingga biaya melaut mereka terpenuhi.

Diharapkan setelah kondisi cuaca stabil semua nelayan tradisional melaut, sehingga produksi ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Glayem meningkat.

Kur, salah seorang nelayan tradisional di Indramayu menuturkan, nelayan kecil dengan alat tangkap sederhana khawatir jika memaksakan melaut karena gelombang sering mendadak tinggi, sedangkan alat keselamatan terbatas.

Hanya sebagian dari nelayan tradisional berani berangkat melaut, kata dia, diperkirakan dua pekan kedepan jika cuaca membaik semua nelayan melaut, karena berhenti melaut mereka tidak punya penghasilan lain.

Dirinya berharap kondisi cuaca di perairan laut Jawa normal, supaya nelayan tradisional berangkat melaut, sebab berhenti melaut bukan pilihan nelayan namun akibat angin kencang dan gelombang tinggi itu.

Pewarta:

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011