Ciamis, 28/2 (ANTARA) - Upacara adat tradisi "Nyangku" yang digelar dalam rangkaian kegiatan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, dilaksanakan di Alun-alun Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Senin, dipadati warga yang hadir dari berbagai daerah.
Rangkaian kegiatan tradisi "Nyangku" tersebut dilaksanakan dengan membersihkan benda pusaka peninggalan Raja Panjalu setelah melakukan ziarah ke makam Prabu Hariang Kencana putra dari Hariang Borosngora Raja Panjalu yang dimakamkan di Situ Lengkong, Panjalu.
"Nyangku ini sebuah budaya, tradisi yang terus dijaga oleh warga Panjalu, sebagai penghormatan sesepuh kapungkur (dahulu) dengan membersihkan benda pusaka peninggalan zaman dulu," kata Salah seorang panitia pelaksana tradisi Nyangku, Tatang.
Digelarnya upacara Nyangku, kata Tatang merupakan bagian penghormatan warga Panjalu atas jasa-jasa para leluhur Panjalu, dengan membersihkan benda pusaka yang disakralkan masyarakat Ciamis khususnya keturunan Raja Panjalu.
Upacara Nyangku merupakan kegiatan yang dinanti-nanti masyarakat Ciamis, bahkan warga Panjalu yang berada diluar kota sengaja datang untuk menghadiri upacara adat tahunan tersebut.
Salah seorang warga Panjalu tinggal dan bekerja di Kota Bandung, Neni Nuraeni mengatakan sengaja libur bekerja hanya sekedar ingin menyaksikan upacara adat Nyangku.
Bukan hanya Neni yang sengaja datang ke Panjalu, melainkan tetangganya juga saudara-saudaranya yang tinggal di luar kota menyempatkan waktu untuk menghadiri upacara Nyangku.
"Memang bukan tuntutan harus datang. Bukan saya saja tapi saudara-saduara saya juga sengaja datang ke sini, seperti Lebaran saja kumpul-kumpul," kata Neni.
Sementara itu pengunjung yang hadir menyaksikan upacara Nyangku memadati lapangan alun-alun Panjalu menyambut kedatangan rombongan para warga yang membawa benda pusaka setelah berjiarah ke makam di Situ Lengkong.
Rombongan pembawa pusaka mengenakan pakaian muslimin dan muslimah beserta pakaian adat Sunda dengan berjalan kaki bersamaan dari Bumi Alit atau rumah penyimpanan benda pusaka menuju Situ Lengkong, kembali ke alun-alun dan disimpan di Bumi Alit.
Pembawa pusaka diiringi dengan lantunan musik rebana, dan membacaakan shalawat menuju panggung utama tempat digelarnya membersihkan benda pusaka.
Menurut cerita masyarakat Panjalu, Nyangku merupakan ungkapan terima kasih telah masuknya ajaran agama Islam ke wilayah Panjalu yang dibawa oleh seseorang bernama Sanghyang Borosngora
Feri P
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011
Rangkaian kegiatan tradisi "Nyangku" tersebut dilaksanakan dengan membersihkan benda pusaka peninggalan Raja Panjalu setelah melakukan ziarah ke makam Prabu Hariang Kencana putra dari Hariang Borosngora Raja Panjalu yang dimakamkan di Situ Lengkong, Panjalu.
"Nyangku ini sebuah budaya, tradisi yang terus dijaga oleh warga Panjalu, sebagai penghormatan sesepuh kapungkur (dahulu) dengan membersihkan benda pusaka peninggalan zaman dulu," kata Salah seorang panitia pelaksana tradisi Nyangku, Tatang.
Digelarnya upacara Nyangku, kata Tatang merupakan bagian penghormatan warga Panjalu atas jasa-jasa para leluhur Panjalu, dengan membersihkan benda pusaka yang disakralkan masyarakat Ciamis khususnya keturunan Raja Panjalu.
Upacara Nyangku merupakan kegiatan yang dinanti-nanti masyarakat Ciamis, bahkan warga Panjalu yang berada diluar kota sengaja datang untuk menghadiri upacara adat tahunan tersebut.
Salah seorang warga Panjalu tinggal dan bekerja di Kota Bandung, Neni Nuraeni mengatakan sengaja libur bekerja hanya sekedar ingin menyaksikan upacara adat Nyangku.
Bukan hanya Neni yang sengaja datang ke Panjalu, melainkan tetangganya juga saudara-saudaranya yang tinggal di luar kota menyempatkan waktu untuk menghadiri upacara Nyangku.
"Memang bukan tuntutan harus datang. Bukan saya saja tapi saudara-saduara saya juga sengaja datang ke sini, seperti Lebaran saja kumpul-kumpul," kata Neni.
Sementara itu pengunjung yang hadir menyaksikan upacara Nyangku memadati lapangan alun-alun Panjalu menyambut kedatangan rombongan para warga yang membawa benda pusaka setelah berjiarah ke makam di Situ Lengkong.
Rombongan pembawa pusaka mengenakan pakaian muslimin dan muslimah beserta pakaian adat Sunda dengan berjalan kaki bersamaan dari Bumi Alit atau rumah penyimpanan benda pusaka menuju Situ Lengkong, kembali ke alun-alun dan disimpan di Bumi Alit.
Pembawa pusaka diiringi dengan lantunan musik rebana, dan membacaakan shalawat menuju panggung utama tempat digelarnya membersihkan benda pusaka.
Menurut cerita masyarakat Panjalu, Nyangku merupakan ungkapan terima kasih telah masuknya ajaran agama Islam ke wilayah Panjalu yang dibawa oleh seseorang bernama Sanghyang Borosngora
Feri P
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011