Bandung, 19/1 (ANTARA) - Balai Bahasa Bandung melakukan pemetaan kembali penggunaan bahasa daerah di kawasan Bogor, Depok dan Bekasi (Bodebek) untuk mengoptimalkan kembali penerapan pelajaran muatan lokal (mulok).

"Selama ini penerapan muatan lokal bahasa Sunda diterapkan secara menyeluruh, padahal ada beberapa kecamatan yang tidak cocok muloknya, kami akan petakan lagi," kata Kepala Balai Bahasa Bandung, M Abdul Khak di Bandung, Rabu.

Menurut Abdul Khak, wilayah Bodebek selam ini merupakan kawasan perbatasan pengguna Bahasa Sunda, Betawi. Dan hasilnya ada Bahasa Melayu Betawi.

Pemetaan sebelumnya masih belum jelas menunjukan batas wilayah penggunaan Bahasa Sunda dan Melayu Betawi.

"Hasil penelitian Balai Bahasa Bandung, sementara ada 16 kecamatan yang masuk kawasan penggunaan Bahasa Melayu Betawi, namun muloknya Bahasa Sunda. Jelas peserta didik kerepotan dan tidak efektif," kata Abdul Khak.

Pemetaan yang dilakukan Balai Bahasa, kata dia difokuskan untuk lebih memaksimalkan muatan lokal. Bila tidak tepat menerapkan mulok, jelas hal itu tidak efektif dan pelajaran itu tidak terserap oleh peserta didik.

Ia menyebutkan, pemetaan juga dilakukan di beberapa kawasan pertemuan bahasa daerah seperti di Cirebon dan di perbatasan Jabar bagian selatan.

Namun berbeda dengan kawasan Bodebek, kawasan Cirebon atau Pantura dan selatan Jabar relatif tidak ada masalah dan rata-rata masyarakat dan peserta didik menguasai Bahasa Jawa maupun Sunda.

"Meski demikian kami tetap melakukan pemetaan secara linguistik dan itu sangat diperlukan untuk perkembangan ke depan," katanya.

Selain itu Balai Bahasa Bandung juga akan melakukan pemetaan dan pendataan sastra dan penulis sastra daerah, sekaligus mendokumentasikannya agar tidak ada klaim dari pihak luar.

Menurut Abdul Khak, sejumlah karya sastra daerah rawan diklaim oleh pihak lain karena tidak memiliki dokumentasi keabsahan. Dengan adanya pemetaan dan pendokumentasian sastra daerah itu otomatis bisa terhindar dari pencaplokan oleh pihak lain.

"Di Jabar cukup banyak karya dan penulis sastra, termasuk karya sastra tua. Dalam beberapa tahun ini kita petakan kembali," kata Kepala Balai Bahasa Bandung itu menambahkan.

Syarif A

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011