Bandung, 30/12 (ANTARA) - Tim Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (ISSEMU) diprediksi bisa mencapai puncak Gunung Aconcagua (6.692 mdpl) di Argentina pada 10 Januari 2010 atau sehari lebih cepat dari yang diprediksi sebelumnya.

"Berdasarkan koordinasi dan informasi dari tim, kemungkinan bisa mencapai puncak Aconcagua 10 Januari 2010 atau lebih cepat dari prediksi sebelumnya," kata juru bicara Tim Mahitala Unpar, Audy Tanhari saat dihubungi ANTARA di Bandung, Kamis.

Menurut Audy, sebelumnya berdasarkan informasi dari agen pendakian kemungkinan puncak Aconcagua bisa dinaiki tim pada 11 Januari. Namun koordinasi terakhir dengan tim menunjukkan bisa lebih cepat menuntaskan misi itu.

Juru bicara Tim ISSEMU Mahitala itu menyebutkan, pendakian sudah dimulai sejak Selasa (28/12) lalu dan Rabu (29/12) mencapai camp Penitentes.

"Berdasarkan rute yang ditempuh, Kamis (30/12) ini tim mencapai Base Camp Plaza Argentina (4.180 mdpl). Sejauh ini awal pendakian berlangsung cukup mulus dan belum menembus kondisi ekstrem," kata Audy.

Tim Mahitala terdiri dari Sofyan Arief Fasa (ketua tim), Janathan Ginting, Boery Andrew dan Xaverius Frans. Pendakian dilakukan dengan melalui rute panjang Polish Original Glacier yang merupakan rute klasik yang pertama kali digunakan oleh pendaki Polandia untuk mencapai puncak gunung tertinggi di Amerika Selatan itu.

Pendakian dipandu oleh tim pemandu dari Ancomara pimpinan Holmes Pantoja serta dua pendamping lainnya Mauricio Moreno dan Marcos Sentis.

Lebih lanjut, Audy menyebutkan, misi penaklukan puncak Ancocagua itu merupakan misi kelima dari rangkaian Indonesia Sevent Summits yang dilakukan tim itu. Sebelumnya tim baru tuntas melakukan pendakian dari puncak tertinggi di Antartika awal Desember 2010.

Tim itu langsung menuju Argentina dan melakukan recovery di negerinya "Evita Veron" itu untuk selanjutnya melakukan pendakian ke puncak tertinggi di kawasan Amerika Selatan itu.

Audy menyebutkan, tim membawa peralatan secara lengkap, termasuk mantel dan perangkat lainnya untuk menembus kondisi ektrem sepertihalnya yang dihadapi di puncak tertinggi Antartika.

"Peralatan yang dibawa lengkap menyesuaikan dengan kondisi dan karakter Aconcagua, meski tidak esekstrem saat di Antartika, namun mereka tetap membekali diri dengan lengkap," katanya.

Audy menyebutkan, tim saat mendaki di Antartika harus menaklukan hawa minus 40 derajat celcius sehingga memerlukan perlengkapan dan alat pemanas di dalam mantel yang optimal.

"Kami terus kontak melalui sambungan telepon satelit dan internet," kata juru bicara Tim Mahitala itu menambahkan.***4***

Syarif A

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010