Purwakarta, 25/11 (ANTARA) - Para petani teh rakyat di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat mengaku produksi pucuk teh mereka menurun cukup tajam dalam beberapa bulan terakhir karena pengaruh cuaca buruk.

"Produksi pucuk teh menurun hampir 50 persen karena hujan yang terus menerus," tutur Ayud, seorang petani teh di Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakata, Kamis.

Menurut dia, hujuan yang turun setiap hari mengguyur daerah dataran tinggi menyebabkan pucuk teh sulit tumbuh.

Dalam kondisi normal, produksi pucuk teh rakyat rata-rata mencapai lima kuintal per hektare, atau sekitar satu ton per bulan, dengan dua kali pemetikan.

Namun dalam beberapa bulan terakhir dengan kondisi hujan yang terus mengguyur, produksi pucuk teh anjlok dan terjadi penurunan hampir 50 persen. "Kami tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali pasrah dengan kondisi sekarang ini," katanya.

Perkebunan teh rakyat di Kabupaten Purwakarta menghampar di daerah dataran tinggi sebelah selatan ibu kota kabupaten, yakni di Kecamatan Bojong, Darangdan, Wanayasa di Kecamatan Kiarapedes.

Ayud dan para petani lainya menyebutkan, mereka menggeluti perkebunan teh merupakan usaha turun temurun, sehingga menjadi sandaran kehidupan keluarga.

Akan tetapi, mereka terus mengeluh dan mengaku kurang bersemangat dalam pengelolaan perkebunan, karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap para petani teh.

" Petani teh jalan sendiri, tidak ada bimbingan khusus untuk meningkatkan produktivitas. Menikmati keberhasilan dari kebun teh juga sebatas angan-angan," katanya.

Mereka mencontohkan soal harga pucuk teh yang tidak menentu, dan sangat terasakan saat merosotnya produksi teh, seperti sekarang ini.

Harga jual pucuk teh di tingkat petani saat ini tidak lebih dari Rp900 per kilorgam.

Sedangkan pengeluaran cukup besar, seperti ongkos pemetikan Rp300 per kilogram dan ongkos angkut Rp150 per kilogram.

"Jika dihitung penghasilan petani teh minim sekali, apalagi petani yang memiliki kebun teh satu atau dua petak," ujar Sanusi, petani di Wanayasa.

Adjat S

Pewarta:

Editor : Teguh Handoko


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010