Sumedang, 5/11 (ANTARA) - Masyarakat Sumedang dan Cicalengka Kabupaten Bandung, Jumat, merasakan hujan debu vulkanik yang berasal dari letusan Gunung Merapi,
Meski debu yang turun dari udara masih relatif sedikit, namun beberapa masyarakat yang ditemui di Tanjungsari, Jatinangor Sumedang hingga ke Cicalengka menyatakan cukup kerepotan.
Defi Otoris (41), warga Jatinangor, Sumedang, mengatakan dia bersama istrinya kerepotan karena pakaian yang dijemur, apalagi yang berwarna terang terlihat kotor.
"Terpaksa dia harus kembali membersihkannya lagi, dan menjemur di dalam rumah dengan resiko cucian tersebut susah untuk kering," kata dia.
Menurut Defi, hujan debu tersebut paling dirasakan sejak Jumat pagi. Selain mengotori pakaian yang dijemur, teras dan kaca rumahnya pun harus sering disapu dari bercak debu vulkanik itu.
Hal senada diungkapkan warga Tanjungsari, Riki (26). Menurutnya, hujan debu vulkanik dari letusan Gunung Merapi, dapat diketahuinya ketika dia akan berangkat kerja.
"Saya merasakan kondisi udara sangat beda. Saya baru sadar terjadi hujan debu, ketika motor yang di parkirnya penuh dengan kotoran debu. Pantas teman-teman saya tadi banyak yang memakai masker, dan yang lainnya menanyakan dimana beli masker," tuturnya.
Sementara itu, H Engkos warga Nagreg Kabupaten Bandung, yang sedang berkunjung ke Rumah Sakit Umum Daerah Cicalengka pun mengakui terjadinya hujan debu di kampungnya.
Menurut H Engkos, jika hujan debu tersebut akan semakin besar dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan masyarakat, apalagi yang mempunyai penyakit asma seperti yang diidapnya.
"Mumpung saya sedang ke RSUD mengunjungi teman, saya mau sekalian menanyakan kepada dokter sejauh mana resiko hujan debu ini. Bengek (asma) saya bisa-bisa kambuh lagi, kalau cuaca terus menerus seperti ini," kata H Engkos, pemilik pabrik tahu tersebut. ***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010
Meski debu yang turun dari udara masih relatif sedikit, namun beberapa masyarakat yang ditemui di Tanjungsari, Jatinangor Sumedang hingga ke Cicalengka menyatakan cukup kerepotan.
Defi Otoris (41), warga Jatinangor, Sumedang, mengatakan dia bersama istrinya kerepotan karena pakaian yang dijemur, apalagi yang berwarna terang terlihat kotor.
"Terpaksa dia harus kembali membersihkannya lagi, dan menjemur di dalam rumah dengan resiko cucian tersebut susah untuk kering," kata dia.
Menurut Defi, hujan debu tersebut paling dirasakan sejak Jumat pagi. Selain mengotori pakaian yang dijemur, teras dan kaca rumahnya pun harus sering disapu dari bercak debu vulkanik itu.
Hal senada diungkapkan warga Tanjungsari, Riki (26). Menurutnya, hujan debu vulkanik dari letusan Gunung Merapi, dapat diketahuinya ketika dia akan berangkat kerja.
"Saya merasakan kondisi udara sangat beda. Saya baru sadar terjadi hujan debu, ketika motor yang di parkirnya penuh dengan kotoran debu. Pantas teman-teman saya tadi banyak yang memakai masker, dan yang lainnya menanyakan dimana beli masker," tuturnya.
Sementara itu, H Engkos warga Nagreg Kabupaten Bandung, yang sedang berkunjung ke Rumah Sakit Umum Daerah Cicalengka pun mengakui terjadinya hujan debu di kampungnya.
Menurut H Engkos, jika hujan debu tersebut akan semakin besar dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan masyarakat, apalagi yang mempunyai penyakit asma seperti yang diidapnya.
"Mumpung saya sedang ke RSUD mengunjungi teman, saya mau sekalian menanyakan kepada dokter sejauh mana resiko hujan debu ini. Bengek (asma) saya bisa-bisa kambuh lagi, kalau cuaca terus menerus seperti ini," kata H Engkos, pemilik pabrik tahu tersebut. ***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010