Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyayangkan adanya keluarga penerima bantuan langsung tunai (BLT) yang membelanjakan sebagian besar uangnya untuk membeli rokok alih-alih untuk akses pangan bernutrisi untuk mencegah stunting anak-anaknya.
"Betapa sedih, kita kasih BLT di bawah sejuta (rupiah) tapi merokoknya Rp600 ribu sebulan. Karena kalau kita survei, pengeluaran keluarga pertama itu untuk padi-padian, kedua untuk tembakau," kata Hasto saat membuka webinar rangkaian peringatan Hari Keluarga Nasional ke-28 bertema Sobat Milenial Yuks Cegah Stunting yang diadakan BKKBN diakses dari Jakarta, Rabu.
Jadi, menurut dia, jika keluarga mau melakukan refocusing belanja kebutuhan pokoknya dan diarahkan juga untuk mencukupi kebutuhan masa depan anak-anaknya, akan sangat membantu mengatasi persoalan stunting.
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya, terganggu perkembangan otaknya yang sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif.
Sebelumnya Hasto mengatakan ada faktor-faktor sensitif yang dapat mempengaruhi anak terkena stunting. Kondisi lingkungan, kemiskinan, ketersediaan air bersih, dan juga masalah akses pangan menjadi beberapa faktor tersebut. Ada pola mainset pola makan dan persoalan strastegi inkubasi.
Namun demikian, menurut dia, sebetulnya tidak semua faktor tersebut ada dalam posisi rendah. "Contoh masalah kemiskinan. Hari ini orang merasa miskin kemudian beralasan tidak bisa mengakses makanan, tapi kalau dicek pengeluaran keluarganya banyak belanja yang tidak penting. Di desa kalau dicek ada kredit motor, kulkas, macam-macam. Itu belenggu ekonomi rakyat".
Ia lalu menyebutkan hasil survei yang pernah dilakukan saat dirinya menjabat sebagai Bupati Kulon Progo, di mana masyarakat di sana diketahui membelanjakan Rp1,2 miliar untuk rokok dan Rp800 juta untuk pulsa dalam setahun. Karenanya dirinya melakukan refocusing belanja masyarakat ketika itu.
Hasto mengatakan hal yang diperlukan adalah mengubah pola pikir masyarakat, dan itu sebenarnya tidak membutuhkan uang banyak, hanya mendorong kesadaran tinggi mereka saja. Hal itu termasuk dalam hal menjaga lingkungan yang juga menjadi faktor sensitif menjaga kesehatan masyarakat.
Baca juga: Kepala BKKBN paparkan penyebab stunting di Indonesia
Baca juga: Pemprov Jabar sebar 50.000 telur ayam di Bandung Raya cegah "stunting"
Baca juga: Pemprov Jabar luncurkan program edukasi protein ayam dan telur
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021