Masker kain yang diproduksi oleh PT Ateja Tritunggal, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat (Jabar) yang sudah di produksi sejak Maret 2020 telah diekspor ke delapan negara di tiga benua.
“Kita telah melakukan ekspor ke delapan negara tiga benua, mereka menerima dan cukup baik responsnya,” kata Senior Director PT Ateja Tritunggal Benny Judihardjo pada acara menyerahkan Sertifikat SNI Produk Ateja Mask di PT Ateja Tritunggal, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Senin.
Benny menuturkan masker yang menerima sertifikat SNI bernomor seri 8914:2020 itu terbuat dari kain tenun dan kain rajut dengan berbagai jenis serat. Masker tersebut memiliki efisiensi filtrasi partikulat yang dapat membunuh virus dalam 30 menit.
Benny Judihardjo menuturkan, produknya secara filtrasi ada lapisan anti virus di bagian paling depan.
“Memang secara filtrasi ada lapisan anti virus di depan, masker medis pun tidak memiliki keunggulan tersebut, dalam 30 menit virus pun hancur. Melalui filtrasi di depan. Ada 3 lapis masker sehingga droplet tidak bisa masuk,” ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga berperan aktif mengurangi sampah B3.
"Mari kita terus mengingatkan Bangga Buatan Indonesia, sehingga kita semua dapat semakin maju," katanya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil saat menyerahkan Sertifikat SNI Produk Ateja Mask di PT Ateja Tritunggal, mendorong industri untuk intens berinovasi di tengah pandemi. Dengan inovasi, industri diharapkan dapat tumbuh dan berkembang kendati dalam situasi pandemi.
"Kita sedang beradaptasi melalui inovasi. Ciptakan kain-kain yang aman dari virus. Kain anti virus dibutuhkan untuk menahan disrupsi masa depan," kata Kang Emil sapaan Ridwan Kamil.
Adapun masker yang menerima sertifikat SNI bernomor seri 8914:2020 itu terbuat dari kain tenun dan kain rajut dengan berbagai jenis serat. Masker tersebut memiliki efisiensi filtrasi partikulat yang dapat membunuh virus dalam 30 menit.
Menurut Kang Emil, Pemda Provinsi Jabar akan turut mendorong industri untuk berinovasi. Hal itu bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat dan mendongkrak ekonomi kerakyatan.
“Tolong ceritakan ke kami (Pemda Provinsi Jabar) inovasi anti penyakit yang ujung-ujungnya untuk ekonomi kerakyatan agar harga yang dijual tidak mahal,” ucapnya.
Selain itu, Kang Emil berpesan kepada PT Ateja Tritunggal untuk membuat masker dengan desain yang beragam dan sesuai kebutuhan pasar.
“Saya ini desainer, saya menolong UMKM dengan mendesain helm, masker dan lain-lain. Jadi, kalau boleh (maskernya) setengahnya kosong dan setengahnya batik mega mendung. Jadi nanti ada desain saya di Ateja,” katanya.
“Jadi masker tidak hanya bagus secara teknologi, tapi juga tampilannya. Karena harus serasi dengan warna pakaian sehari-hari orang yang dipakai," katanya.
Baca juga: Pemkab Bogor dapat kiriman 24 ribu masker dari Korea Selatan
Baca juga: ITB lakukan pengujian masker selama pandemi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
“Kita telah melakukan ekspor ke delapan negara tiga benua, mereka menerima dan cukup baik responsnya,” kata Senior Director PT Ateja Tritunggal Benny Judihardjo pada acara menyerahkan Sertifikat SNI Produk Ateja Mask di PT Ateja Tritunggal, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Senin.
Benny menuturkan masker yang menerima sertifikat SNI bernomor seri 8914:2020 itu terbuat dari kain tenun dan kain rajut dengan berbagai jenis serat. Masker tersebut memiliki efisiensi filtrasi partikulat yang dapat membunuh virus dalam 30 menit.
Benny Judihardjo menuturkan, produknya secara filtrasi ada lapisan anti virus di bagian paling depan.
“Memang secara filtrasi ada lapisan anti virus di depan, masker medis pun tidak memiliki keunggulan tersebut, dalam 30 menit virus pun hancur. Melalui filtrasi di depan. Ada 3 lapis masker sehingga droplet tidak bisa masuk,” ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga berperan aktif mengurangi sampah B3.
"Mari kita terus mengingatkan Bangga Buatan Indonesia, sehingga kita semua dapat semakin maju," katanya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil saat menyerahkan Sertifikat SNI Produk Ateja Mask di PT Ateja Tritunggal, mendorong industri untuk intens berinovasi di tengah pandemi. Dengan inovasi, industri diharapkan dapat tumbuh dan berkembang kendati dalam situasi pandemi.
"Kita sedang beradaptasi melalui inovasi. Ciptakan kain-kain yang aman dari virus. Kain anti virus dibutuhkan untuk menahan disrupsi masa depan," kata Kang Emil sapaan Ridwan Kamil.
Adapun masker yang menerima sertifikat SNI bernomor seri 8914:2020 itu terbuat dari kain tenun dan kain rajut dengan berbagai jenis serat. Masker tersebut memiliki efisiensi filtrasi partikulat yang dapat membunuh virus dalam 30 menit.
Menurut Kang Emil, Pemda Provinsi Jabar akan turut mendorong industri untuk berinovasi. Hal itu bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat dan mendongkrak ekonomi kerakyatan.
“Tolong ceritakan ke kami (Pemda Provinsi Jabar) inovasi anti penyakit yang ujung-ujungnya untuk ekonomi kerakyatan agar harga yang dijual tidak mahal,” ucapnya.
Selain itu, Kang Emil berpesan kepada PT Ateja Tritunggal untuk membuat masker dengan desain yang beragam dan sesuai kebutuhan pasar.
“Saya ini desainer, saya menolong UMKM dengan mendesain helm, masker dan lain-lain. Jadi, kalau boleh (maskernya) setengahnya kosong dan setengahnya batik mega mendung. Jadi nanti ada desain saya di Ateja,” katanya.
“Jadi masker tidak hanya bagus secara teknologi, tapi juga tampilannya. Karena harus serasi dengan warna pakaian sehari-hari orang yang dipakai," katanya.
Baca juga: Pemkab Bogor dapat kiriman 24 ribu masker dari Korea Selatan
Baca juga: ITB lakukan pengujian masker selama pandemi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021