Purwakarta, 4/8 (ANTARA) - Ribuan hektare perkebunan teh milik rakyat di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, ditelantarkan oleh petani karena harga pucuk daun teh masih terlalu rendah.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Purwakarta Syarif Hidayatullah, Rabu mengatakan dari sekitar 4.500 hektare luas kebun teh rakyat yang ada, sekarang ini tersisa sekitar 2.500 hektare kebun teh yang masih produktif.
Sisanya sudah ditumbuhi ilalang, bahkan tidak sedikit areal kebun teh rakyat di wilayah selatan Purwakarta itu yang sudah berubah menjadi peternakan ayam.
Ia menyebutkan HKTI telah berkonsultasi dengan pemerintah pusat untuk mengembalikan keberadaan kebun teh rakyat di Purwakarta, dan menjadikan andalan kehidupan para petani.
Upaya HKTI tersebut juga terdorong oleh harga pucuk teh yang saat ini mulai membaik dan mencapai Rp1.200 per kilogram, dari harga sebelumnya yang hanya Rp600 per kilogram.
Menciutnya areal kebun teh rakyat di Purwakarta dalam beberapa tahun terakhir dipicu oleh tidak menentunya harga pucuk teh, yang membuat para petani patah semangat.
Mereka membiarkan kebun teh miliknya tanpa perawatan.
Syarif menyebutkan ada sekitar 1.500 hektare kebun teh rakyat di Purwakarta, sekarang ini dalam keadaan terlantar. Bahkan banyak petani terpaksa menjual kebun teh miliknya untuk dijadikan lokasi peternakan ayam.
"Para petani patah semangat karena ketidakpastian harga pucuk, bahkan tidak ada nilainya," tutur Syarif.
Pemerintah, menurut Syarif, merespons upaya HKTI untuk merehabilitasi kebun teh rakyat dan berencana mendirikan pabrik penampung produksi pucuk teh rakyat dibawah pengelolaan HKTI di Purwakarta.
"Diharapkan rencana HKTI dalam waktu dekat terwujud. Teh rakyat di Purwakarta merupakan cikal bakal kebun teh rakyat di Jawa Barat, sehingga harus dipertahankan," katanya.
Areal kebun teh rakyat di Kabupaten Purwakarta tersebar di Kecamatan Kiarapedes, Wanayasa, Bojong dan Darangdan.
Adjat S
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Purwakarta Syarif Hidayatullah, Rabu mengatakan dari sekitar 4.500 hektare luas kebun teh rakyat yang ada, sekarang ini tersisa sekitar 2.500 hektare kebun teh yang masih produktif.
Sisanya sudah ditumbuhi ilalang, bahkan tidak sedikit areal kebun teh rakyat di wilayah selatan Purwakarta itu yang sudah berubah menjadi peternakan ayam.
Ia menyebutkan HKTI telah berkonsultasi dengan pemerintah pusat untuk mengembalikan keberadaan kebun teh rakyat di Purwakarta, dan menjadikan andalan kehidupan para petani.
Upaya HKTI tersebut juga terdorong oleh harga pucuk teh yang saat ini mulai membaik dan mencapai Rp1.200 per kilogram, dari harga sebelumnya yang hanya Rp600 per kilogram.
Menciutnya areal kebun teh rakyat di Purwakarta dalam beberapa tahun terakhir dipicu oleh tidak menentunya harga pucuk teh, yang membuat para petani patah semangat.
Mereka membiarkan kebun teh miliknya tanpa perawatan.
Syarif menyebutkan ada sekitar 1.500 hektare kebun teh rakyat di Purwakarta, sekarang ini dalam keadaan terlantar. Bahkan banyak petani terpaksa menjual kebun teh miliknya untuk dijadikan lokasi peternakan ayam.
"Para petani patah semangat karena ketidakpastian harga pucuk, bahkan tidak ada nilainya," tutur Syarif.
Pemerintah, menurut Syarif, merespons upaya HKTI untuk merehabilitasi kebun teh rakyat dan berencana mendirikan pabrik penampung produksi pucuk teh rakyat dibawah pengelolaan HKTI di Purwakarta.
"Diharapkan rencana HKTI dalam waktu dekat terwujud. Teh rakyat di Purwakarta merupakan cikal bakal kebun teh rakyat di Jawa Barat, sehingga harus dipertahankan," katanya.
Areal kebun teh rakyat di Kabupaten Purwakarta tersebar di Kecamatan Kiarapedes, Wanayasa, Bojong dan Darangdan.
Adjat S
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010