Ratusan nelayan di pantai selatan Cianjur, Jawa Barat, berhenti melaut karena cuaca ekstrem dan gelombang tinggi, sehingga sebagian besar terpaksa menganggur karena tidak memiliki keahlian lain.
BPBD Cianjur sejak jauh hari mengimbau nelayan untuk tidak melaut karena puncak La Nina yang diperkirakan akan terjadi akhir tahun.
"Sudah satu pekan terakhir, sekitar 450 orang nelayan aktif di Pantai Jayanti, Kecamatan Cidaun, tidak melaut karena cuaca ekstrem ditambah gelombang tinggi, sehingga berisiko terhadap keselamat nelayan," kata Ketua Kelompok Usaha Bersama Nelayan Jayanti saat dihubungi, Jumat.
Ia menjelaskan, sebagian besar nelayan yang tidak melaut terpaksa mendaratkan perahu karena takut rusak dihantam gelombang.
Untuk mengisi kegiatan sehari-hari mereka memilih memperbaiki perahu yang rusak atau memperbaiki jaring untuk digunakan kembali ketika cuaca mulai bersahabat.
Hanya sebagian kecil yang beralih profesi agar tetap memiliki pendapatan selama tidak melaut, mulai dari kuli tani atau buruh serabutan.
"Paling jadi buruh tani atau kuli bangunan, agar tetap mendapat penghasilan, sebagian besar menganggur, untuk mengisi kesibukan paling memperbaiki perahu yang rusak," katanya.
Kepala UPTD PPI Jayanti, Eli Muslihat, mengatakan seak satu bulan terakhir, cuaca ekstrem dengan gelombang tinggi melanda sebagian besar pantai selatan Jawa Barat, sehingga beresiko ketika ada nelayan yang memaksakan diri untuk melaut, sehingga pihaknya mengimbau nelayan agar tidak dulu melaut.
"Akibatnya ratusan nelayan di pantai selatan Cianjur, berhenti melaut dan tidak mendapatkan penghasilan. Meski memiliki kartu nelayan, namun sebagian besar belum dapat digunakan secara maksimal. Kami berharap ada bantuan langsung dari Kemeterian terkait untuk nelayan," katanya.
Pasalnya warga lain mendapat bantuan langsung tunai dari Kementerian Sosial, namun tidka menyenth langsung bagi nelayan di pantai selatan Cianur.
"Harapan kami Kementerian Kelautan dapat memberikan bantuan untuk nelayan di pesisir pantai selatan, layaknya bantuan untuk masyarakat umum," katanya.
Sekretaris BPBD Cianjur Irfan Sopyan menjelaskan berdasarkan perkiraan BMKG puncak La Nina akan terjadi di akkhir tahun, sehingga pihaknya mengimbau berbagai kalangan termasuk nelayan di pantai selatan Cianjur, untuk tidak dulu melaut karena cuaca ekstrem dan gelombang tinggi.
"Sejak jauh hari, melalui relawan di pesisir selatan Cianjur, kami mengimbau nelayan agar tidak melaut sebagai upaya antisipasi terjadinya puncak La Nina dengan cuaca esktrem dan gelombang tinggi yang dapat terjadi setiap saat," katanya.
Ia menambahkan di penghujung tahun, tanda alam terjadinya gelombang tinggi dan cuaca ekstrem mulai terlihat di pesisir pantai selatan dan beberapa wilayah rawan bencana di Cianjur. Hujan deras disertai angin kencang, melanda sebagia besar wilayah Cianjur, sehingga wwarga diimbau untuk ekstra waspada.
Baca juga: BMKG imbau nelayan pantai selatan Cianjur tak melaut sepekan
Baca juga: Nelayan pantai selatan Cianjur berharap bantuan dari pemerintah
Baca juga: Alasan nelayan pantai Selatan Cianjur berhenti melaut
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
BPBD Cianjur sejak jauh hari mengimbau nelayan untuk tidak melaut karena puncak La Nina yang diperkirakan akan terjadi akhir tahun.
"Sudah satu pekan terakhir, sekitar 450 orang nelayan aktif di Pantai Jayanti, Kecamatan Cidaun, tidak melaut karena cuaca ekstrem ditambah gelombang tinggi, sehingga berisiko terhadap keselamat nelayan," kata Ketua Kelompok Usaha Bersama Nelayan Jayanti saat dihubungi, Jumat.
Ia menjelaskan, sebagian besar nelayan yang tidak melaut terpaksa mendaratkan perahu karena takut rusak dihantam gelombang.
Untuk mengisi kegiatan sehari-hari mereka memilih memperbaiki perahu yang rusak atau memperbaiki jaring untuk digunakan kembali ketika cuaca mulai bersahabat.
Hanya sebagian kecil yang beralih profesi agar tetap memiliki pendapatan selama tidak melaut, mulai dari kuli tani atau buruh serabutan.
"Paling jadi buruh tani atau kuli bangunan, agar tetap mendapat penghasilan, sebagian besar menganggur, untuk mengisi kesibukan paling memperbaiki perahu yang rusak," katanya.
Kepala UPTD PPI Jayanti, Eli Muslihat, mengatakan seak satu bulan terakhir, cuaca ekstrem dengan gelombang tinggi melanda sebagian besar pantai selatan Jawa Barat, sehingga beresiko ketika ada nelayan yang memaksakan diri untuk melaut, sehingga pihaknya mengimbau nelayan agar tidak dulu melaut.
"Akibatnya ratusan nelayan di pantai selatan Cianjur, berhenti melaut dan tidak mendapatkan penghasilan. Meski memiliki kartu nelayan, namun sebagian besar belum dapat digunakan secara maksimal. Kami berharap ada bantuan langsung dari Kemeterian terkait untuk nelayan," katanya.
Pasalnya warga lain mendapat bantuan langsung tunai dari Kementerian Sosial, namun tidka menyenth langsung bagi nelayan di pantai selatan Cianur.
"Harapan kami Kementerian Kelautan dapat memberikan bantuan untuk nelayan di pesisir pantai selatan, layaknya bantuan untuk masyarakat umum," katanya.
Sekretaris BPBD Cianjur Irfan Sopyan menjelaskan berdasarkan perkiraan BMKG puncak La Nina akan terjadi di akkhir tahun, sehingga pihaknya mengimbau berbagai kalangan termasuk nelayan di pantai selatan Cianjur, untuk tidak dulu melaut karena cuaca ekstrem dan gelombang tinggi.
"Sejak jauh hari, melalui relawan di pesisir selatan Cianjur, kami mengimbau nelayan agar tidak melaut sebagai upaya antisipasi terjadinya puncak La Nina dengan cuaca esktrem dan gelombang tinggi yang dapat terjadi setiap saat," katanya.
Ia menambahkan di penghujung tahun, tanda alam terjadinya gelombang tinggi dan cuaca ekstrem mulai terlihat di pesisir pantai selatan dan beberapa wilayah rawan bencana di Cianjur. Hujan deras disertai angin kencang, melanda sebagia besar wilayah Cianjur, sehingga wwarga diimbau untuk ekstra waspada.
Baca juga: BMKG imbau nelayan pantai selatan Cianjur tak melaut sepekan
Baca juga: Nelayan pantai selatan Cianjur berharap bantuan dari pemerintah
Baca juga: Alasan nelayan pantai Selatan Cianjur berhenti melaut
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020