Puluhan perajin gula semut di Kecamatan Naringgul, Cianjur, Jawa Barat, dapat memproduksi gula semut atau gula aren butir hingga 4 ton setiap bulannya, sehingga pendapatan perajin di bawah binaan Kecamatan Naringgul itu, dapat meningkatkan perekonomian selama pandemi COVID-19.
Camat Naringgul, Ijuh Sugandi saat dihubungi Rabu, mengatakan selama pandemi COVID-19, pihaknya mencoba merangkul sejumlah petani dan perajin aren yang selama ini fokus memproduksi gula merah untuk berinovasi mengembangkan gula semut karena sama-sama menggunakan bahan baku nira aren karena tingginya tingkat pemakaian di pasaran.
"Selama ini sebagian besar petani dan perajin aren di Naringgul, terkenal dengan gula merahnya, belum ada yang mengembangkan gula semut yang bahan bakunya sama dari pohon aren. Sehingga kami mencoba untuk mengembangkan produksi gula semut, selama pandemi dan hasilnya setiap bulan ada pesanan sampai 4 ton perbulan," katanya.
Ijuh menjelaskan, melihat peluang pasar yang cukup besar, itu pun baru dari satu distributor di Kabupaten Bandung, membuat pihaknya bekerja sama dengan Bank BRI untuk memberikan kredit ringan bagi pengrajin, sehingga mereka dapat mengembangkan hasil produksi lebih banyak serta dapat membuka peluang tenaga kerja baru terutama bagi mereka yang terdampak PHK.
BRI membuat Kredit Usaha Rakyat dalam bentuk klaster gula semut untuk perajin dan petani di Naringgul, sehingga memudahkan mereka untuk mendapatkan kredit dan kemudahan lainnya untuk mengembangkan usaha yang baru berjalan selama pandemi, namun sudah mendapat pasar yang cukup luas. Bahkan pihaknya akan merangkul petani dan perajin aren lainnya untuk mengembangkan produksi gula semut di Naringgul.
Kepala Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Desa Naringgul, Idrus selaku ketua klaster gula semut, mengatakan bidang usaha yang mulai digeluti puluhan anggota yang awalnya merupakan perajin dan petani gula merah, mulai tertarik mengembangkan usaha yang berbahan baku sama, namun memiliki nilai jual yang tinggi berbeda dengan memproduksi gula merah.
"Untuk saat ini, dari 25 pengrajin gula semut yang ada, sudah dapat memenuhi pesanan 1 ton per minggu. Pesanan tersebut baru dari satu distributor di Bandung, belum kota lain seperti Jabodetabek yang sudah mulai melirik. Untuk pengemasan masih sederhana, namun akan terus dikembangkan," katanya.
Ia mengatakan saat ini satu kilogram gula semut dijual dengan harga Rp22.000 sedangkan gula merah dijual dengan harga Rp14.000 per kilogram, untuk pengolahan hampir sama, namun nilai jual yang cukup tinggi membuat pengrajin mulai tertarik mengembangkan produksi gula semut sebagai komoditi andalan Kecamatan Naringgul.
Pihaknya berharap ada bantuan modal lainnya, guna memudahkan pengrajin untuk meningkatkan produksi karena selama ini, 25 anggota hanya mengandalkan bantuan dari Bank BRI yang dinilai masih kurang, sedangkan untuk pengembangan serta meningkatkan produksi membutuhkan modal lebih, ditambah sebagian besar pengrajin mulai melibatkan tenaga kerja untuk meningkatkan hasil produksi.
"Harapan kami ada dorongan atau bantuan dalam bentuk lain dari pemerintah, terkait tambahan modal. Untuk saat ini, hasil produksi cukup maksimal, namun kami belum berani menerima pesanan secara besar-besaran karena terbentur permodalan," katanya.
Baca juga: Pengrajin gula semut di Cianjur kesulitan bahan baku saat kemarau
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020