Pengrajin gula semut di selatan Cianjur, Jawa Barat, kesulitan mendapatkan bahan baku air lahang sejak tiga bulan terakhir karena selama kemarau air lahang dari pohon kelapa terus berkurang, sehingga pengrajin kesulitan memenuhi pesanan dari luar kota seperti Jabodetabek.

"Selama kemarau sejak tiga bulan terakhir, produksi gula semut mengalami penurunan, sehingga membuat debit air lahang yang dihasilkan pohon kelapa hanya sedikit," kata Ridwan (43) petani gula semut di Desa Hegarsari, Kecamatan Sindangbarang saat dihubungi, Rabu.

Ia menjelaskan, menurunnya produksi lahang tersebut sangat terasa sejak satu bulan terakhir, dari 25 pohon kelapa yang biasa menyuplai air lahang sebagai bahan baku hanya mampu diolah menjadi delapan kilogram gula semut setiap harinya.

"Sebelum musim kemarau dari 25 pohon, kami mampu mendapatkan 18 sampai 23 kilogram gula kelapa dalam satu hari. Namun sejak satu bulan terakhir, air lahang terus menurun, sehingga dari 25 pohon hanya bisa menjadi 8 kilogram gula semut," katanya.

Menurunnya produksi gula tersebut tidak membuat harga gula menjadi naik, saat ini harga gula per kilogram di tingkat bandar Rp12.000. Namun untuk memenuhi pesanan dari pelanggan di luar kota, ungkap dia, pengrajin di wilayah tersebut cukup kesulitan karena minimnya bahan baku.

Bahkan beberapa orang pengrajin terpaksa menolak pesanan dari luar kota seperti Jabodetabek karena minimnya bahan baku. Pengrajin berharap musim hujan segera turun agar stok bahan baku di pohon kelapa kembali melimpah dan produksi kembali normal.

"Kalau sebelum sulit mendapat bahan baku, setiap minggunya kami bisa mendapatkan Rp1.932.000 namun kini sangat menurun. Sekarang dalam satu minggu hanya mendapatkan Rp672.000, belum ditambah beli kebutuhan bahan, paling sisanya Rp272.000," katanya.

Baca juga: Perajin gula merah Cianjur memilih jual "lahang" ke Bandung

Baca juga: Perajin Cianjur keluhkan harga gula aren turun

Pewarta: Ahmad Fikri

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020