Cianjur (Antaranews Jabar) - Perajin gula aren di Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mengeluhkan penurunan harga yang signifikan sejak sebulan terakhir, akibatnya penghasilan perajin menurun dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Adul (52) salah seorang perajin gula asal Naringgul saat dihubungi, Kamis, mengatakan, harga gula aren saat ini hanya diterima tengkulak Rp8.000 atau paling tinggi Rp9000 dari standar harga Rp12.000 per kilogram.

Ketika harga kebutuhan lainnya naik, harga gula aren turun, berbeda saat menjelang bulan Ramdahan lalu, harga gula aren masih stabil, mencapai Rp12.000 per kilogram.

"Kami berharap ada perhatian dari pemerintah dalam menyetabilkan harga di tingkat tengkulak, agar tidak merugikan perajin. Penghasilan perajin menurun seiring turunnya harga gula aren," katanya.

Pihaknya berharap harga gula aren kembali stabil agar perajin dapat menutupi kebutuhan sehari-hari dan tidak sampai gulung tikar karena biaya produksi tetap tinggi.

Suryaman (40) perajin gula aren lainnya mengatakan, biaya produksi terus meningkat dengan adanya kenaikan harga bahan pokok tidak seimbang dengan harga jual yang merugikan perajin.

"Ongkos produksi termasuk harga kayu bakar per kubik mahal, sehingga perajin merugi kalau harganya terus menurun tajam. Saat ini banyak perajin yang menjual bahan mentah air nira atau aren karena tidak sanggup mengolah," katanya.

Sementara seorang tengkulak Herli (35) mengatakan harga jual gula aren setelah Ramadhan memang merosot karena kebutuhan pasar dan penerimaan dari kota-kota besar seperti Bandung dan Jabodetabek menurun.

"Harapan kami sama dengan perajin agar tetap stabil, namun setelah puasa pemakaian menurun tajam terutama pesanan dari Bandung dan Jabodetabek. Kami tidak berani menjual mahal karena stok tidak akan terjual," katanya.
 

Pewarta: Ahmad Fikri

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018