Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengatakan para pelaku koperasi maupun usaha mikro kecil menengah (UMKM) harus bisa bertransformasi menuju ekosistem digital untuk menatap era usai pandemi COVID-19.
Pasalnya perilaku konsumen pada era pandemi COVID-19 mulai beralih kepada pasar digital. Setelah pandemi COVID-19 pun, kata dia, perilaku tersebut bakal tetap ada dengan angka yang besar.
"Data ini, 93 persen konsumen akan tetap memanfaatkan digital setelah pandemi, jadi mau tidak mau kita harus masuk," kata Teten di Bandung, Jawa Barat, Kamis.
Selain itu, dia mengatakan saat ini memang ada peningkatan UMKM yang masuk ke ekosistem pasar digital pada masa pandemi COVID-19 ini. Hal itu juga menurutnya ditunjang dengan adanya 37 persen pengguna jasa internet baru.
Sebelum adanya pandemi, menurutnya hanya sekitar 8 juta atau 23 persen UMKM yang terhubung dengan ekosistem digital. Sedangkan dalam beberapa bulan sejak adanya pandemi COVID-19, angka UMKM yang terhubung dengan ekosistem digital meningkat menjadi sekitar 10,25 juta atau 16 persen.
"Rata-rata akses internet orang adalah 4,3 jam sampai 4,7 jam per hari, ini menunjukkan bahwa trennya memang sudah kesana," kata Teten.
Menurutnya, di masa pandemi COVID-19 ini hanya UMKM yang masuk ke ekosistem digital yang mengalami pertumbuhan. Pada kuartal dua tahun 2020, menurutnya penjualan di pasar digital naik 26 persen dibandingkan tahun lalu.
"Sementara yang belum terhubung ke platform digital yang banyak yang mengalami penurunan omzet ya penurunan penjualan penurunan pendapatan," katanya.
Selain itu, ia juga mendorong UMKM tak hanya mampu membuat produksi yang dikonsumsi secara langsung. Ia ingin, kedepannya ada UMKM yang mampu memproduksi barang-barang yang masuk ke dalam rantai pasok industri nasional, seperti suku cadang mobil, atau barang lainnya yang menunjang produk industri besar.
"Beberapa waktu lalu saya ketemu dengan anak-anak muda yang memproduksi motor custom, saya udah lihat potensi mereka bisa menjadi rantai pasok dunia, ada yang sudah memproduksi knalpot motor custom di ekspor ke Austria," katanya.
Pasalnya, ia juga mengaku sempat disinggung oleh Presiden Joko Widodo soal produk-produk kecil yang diimpor dari luar negeri. Padahal, ia yakin UMKM dalam negeri bisa membuat produk yang kualitasnya tak kalah saing dengan produk luar negeri.
"Pak Presiden bilang kepada saya, katanya 'masa itu gantungan baju saja buatan Tiongkok', maka dari itu kita harus lompat (ke ekosistem digital)," kata Teten.
Baca juga: Google sebut UMKM dan ekonomi digital Indonesia potensial
Baca juga: Pemerintah akan lanjutkan program pemberdayaan UMKM di 2021
Baca juga: Pemkot Bogor gelar pelatihan Kawani bagi pelaku UMKM
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Pasalnya perilaku konsumen pada era pandemi COVID-19 mulai beralih kepada pasar digital. Setelah pandemi COVID-19 pun, kata dia, perilaku tersebut bakal tetap ada dengan angka yang besar.
"Data ini, 93 persen konsumen akan tetap memanfaatkan digital setelah pandemi, jadi mau tidak mau kita harus masuk," kata Teten di Bandung, Jawa Barat, Kamis.
Selain itu, dia mengatakan saat ini memang ada peningkatan UMKM yang masuk ke ekosistem pasar digital pada masa pandemi COVID-19 ini. Hal itu juga menurutnya ditunjang dengan adanya 37 persen pengguna jasa internet baru.
Sebelum adanya pandemi, menurutnya hanya sekitar 8 juta atau 23 persen UMKM yang terhubung dengan ekosistem digital. Sedangkan dalam beberapa bulan sejak adanya pandemi COVID-19, angka UMKM yang terhubung dengan ekosistem digital meningkat menjadi sekitar 10,25 juta atau 16 persen.
"Rata-rata akses internet orang adalah 4,3 jam sampai 4,7 jam per hari, ini menunjukkan bahwa trennya memang sudah kesana," kata Teten.
Menurutnya, di masa pandemi COVID-19 ini hanya UMKM yang masuk ke ekosistem digital yang mengalami pertumbuhan. Pada kuartal dua tahun 2020, menurutnya penjualan di pasar digital naik 26 persen dibandingkan tahun lalu.
"Sementara yang belum terhubung ke platform digital yang banyak yang mengalami penurunan omzet ya penurunan penjualan penurunan pendapatan," katanya.
Selain itu, ia juga mendorong UMKM tak hanya mampu membuat produksi yang dikonsumsi secara langsung. Ia ingin, kedepannya ada UMKM yang mampu memproduksi barang-barang yang masuk ke dalam rantai pasok industri nasional, seperti suku cadang mobil, atau barang lainnya yang menunjang produk industri besar.
"Beberapa waktu lalu saya ketemu dengan anak-anak muda yang memproduksi motor custom, saya udah lihat potensi mereka bisa menjadi rantai pasok dunia, ada yang sudah memproduksi knalpot motor custom di ekspor ke Austria," katanya.
Pasalnya, ia juga mengaku sempat disinggung oleh Presiden Joko Widodo soal produk-produk kecil yang diimpor dari luar negeri. Padahal, ia yakin UMKM dalam negeri bisa membuat produk yang kualitasnya tak kalah saing dengan produk luar negeri.
"Pak Presiden bilang kepada saya, katanya 'masa itu gantungan baju saja buatan Tiongkok', maka dari itu kita harus lompat (ke ekosistem digital)," kata Teten.
Baca juga: Google sebut UMKM dan ekonomi digital Indonesia potensial
Baca juga: Pemerintah akan lanjutkan program pemberdayaan UMKM di 2021
Baca juga: Pemkot Bogor gelar pelatihan Kawani bagi pelaku UMKM
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020