Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kondisi perekonomian mulai menunjukkan adanya tandanya pemulihan, meski secara keseluruhan masih terkontraksi pada triwulan III-2020.
"Pertumbuhan ekonomi masih terkontraksi, tapi tidak sedalam triwulan II-2020," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Suhariyanto mengatakan pemulihan ini terlihat dari adanya pertumbuhan ekonomi secara kuartal sebesar 5,05 persen (qtq) pada triwulan III-2020.
Dari sisi lapangan usaha, kondisi industri pengolahan, pertanian, perdagangan, konstruksi maupun pertambangan menunjukkan adanya perbaikan dibandingkan triwulan II-2020.
Sektor industri tercatat tumbuh 5,25 persen, pertanian tumbuh 1,01 persen, perdagangan tumbuh 5,68 persen, konstruksi 5,72 persen dan pertambangan tumbuh 1,72 persen.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, konsumsi rumah tangga, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), konsumsi pemerintah dan ekspor juga tumbuh positif secara kuartal pada triwulan III-2020.
Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,7 persen, PMTB tumbuh 8,45 persen, konsumsi pemerintah tumbuh 16,93 persen dan ekspor tumbuh 12,14 persen lebih baik dari triwulan II-2020.
"Konsumsi pemerintah tumbuh tinggi, karena belanja negara triwulan III-2020 mencapai Rp771,37 triliun, didorong kenaikan belanja bansos serta barang dan jasa," kata Suhariyanto.
Meski demikian, lanjutnya, secara tahunan (yoy) perekonomian masih tercatat kontraksi 3,49 persen pada triwulan III-2020 karena perbaikan ekonomi masih terhambat tingginya kasus COVID-19.
Secara kumulatif perekonomian Indonesia hingga triwulan III-2020 juga masih tercatat kontraksi sebesar 2,03 persen.
Dengan kondisi ini maka Indonesia resmi mengalami resesi seperti yang sudah dialami berbagai negara yang terdampak COVID-19, karena selama dua triwulan berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif.
Sebelumnya, BPS mencatat terjadi kontraksi dalam perekonomian Indonesia pada triwulan II-2020 atau tumbuh minus 5,32 persen karena pandemi COVID-19 telah membatasi aktivitas ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi pada level negatif tersebut merupakan yang pertama kalinya sejak triwulan I-1999 sebesar minus 6,13 persen atau ketika Indonesia berupaya pulih dari krisis finansial Asia.
Baca juga: BPS catat ekonomi Indonesia triwulan III-2020 minus 3,49 persen
Baca juga: BPS: Cabai dan bawang merah sumbang inflasi di Kota Cirebon
Baca juga: BPS: Neraca perdagangan Agustus 2020 surplus 2,33 miliar dolar AS
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Pertumbuhan ekonomi masih terkontraksi, tapi tidak sedalam triwulan II-2020," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Suhariyanto mengatakan pemulihan ini terlihat dari adanya pertumbuhan ekonomi secara kuartal sebesar 5,05 persen (qtq) pada triwulan III-2020.
Dari sisi lapangan usaha, kondisi industri pengolahan, pertanian, perdagangan, konstruksi maupun pertambangan menunjukkan adanya perbaikan dibandingkan triwulan II-2020.
Sektor industri tercatat tumbuh 5,25 persen, pertanian tumbuh 1,01 persen, perdagangan tumbuh 5,68 persen, konstruksi 5,72 persen dan pertambangan tumbuh 1,72 persen.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, konsumsi rumah tangga, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), konsumsi pemerintah dan ekspor juga tumbuh positif secara kuartal pada triwulan III-2020.
Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,7 persen, PMTB tumbuh 8,45 persen, konsumsi pemerintah tumbuh 16,93 persen dan ekspor tumbuh 12,14 persen lebih baik dari triwulan II-2020.
"Konsumsi pemerintah tumbuh tinggi, karena belanja negara triwulan III-2020 mencapai Rp771,37 triliun, didorong kenaikan belanja bansos serta barang dan jasa," kata Suhariyanto.
Meski demikian, lanjutnya, secara tahunan (yoy) perekonomian masih tercatat kontraksi 3,49 persen pada triwulan III-2020 karena perbaikan ekonomi masih terhambat tingginya kasus COVID-19.
Secara kumulatif perekonomian Indonesia hingga triwulan III-2020 juga masih tercatat kontraksi sebesar 2,03 persen.
Dengan kondisi ini maka Indonesia resmi mengalami resesi seperti yang sudah dialami berbagai negara yang terdampak COVID-19, karena selama dua triwulan berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif.
Sebelumnya, BPS mencatat terjadi kontraksi dalam perekonomian Indonesia pada triwulan II-2020 atau tumbuh minus 5,32 persen karena pandemi COVID-19 telah membatasi aktivitas ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi pada level negatif tersebut merupakan yang pertama kalinya sejak triwulan I-1999 sebesar minus 6,13 persen atau ketika Indonesia berupaya pulih dari krisis finansial Asia.
Baca juga: BPS catat ekonomi Indonesia triwulan III-2020 minus 3,49 persen
Baca juga: BPS: Cabai dan bawang merah sumbang inflasi di Kota Cirebon
Baca juga: BPS: Neraca perdagangan Agustus 2020 surplus 2,33 miliar dolar AS
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020