Bupati Garut Rudy Gunawan mengingatkan seluruh masyarakat mewaspadai lonjakan kasus positif COVID-19 dari berbagai klaster dengan selalu patuh menerapkan protokol kesehatan saat beraktivitas maupun berinteraksi di luar rumah agar terhindar dari penularan COVID-19.
"Sekarang ini masyarakat abai, makanya kita terus melakukan langkah-langkah untuk mencegah penularan COVID-19," kata dia kepada wartawan di Garut, Senin.
Baca juga: Rumah sakit swasta di Garut belum mau melayani pasien COVID-19
Ia menuturkan selama ini di sejumlah tempat keramaian seperti pasar terlihat banyak orang yang mengabaikan protokol kesehatan, salah satunya tidak membiasakan diri menggunakan masker saat berinteraksi.
Menurut dia, patuh pada protokol kesehatan merupakan satu-satunya cara agar tidak terjadi penularan maupun lonjakan kasus positif COVID-19 di Garut.
"Kalau memang kasusnya banyak maka akan diberlakukan PSBM (Pembatasan Sosial Berskala Mikro) atau parsial," katanya.
Ia menyampaikan penyebaran cukup banyak kasus positif COVID-19 itu salah satunya ada di lingkungan pondok pesantren di Garut.
Bupati berharap, lembaga pendidikan yang kewenangannya di bawah Kementerian Agama untuk mematuhi protokol kesehatan saat melakukan berbagai kegiatan belajar.
"Sekolah yang dibuka di bawah Depag (Kementerian Agama, red.) boleh dibuka tapi perhatikan protokol kesehatannya," kata Rudy.
Baca juga: Kasus positif COVID-19 di Garut bertambah 63 orang
Pemkab Garut terus berupaya menelusuri dan melakukan tes usap terhadap warga yang memiliki risiko tinggi penularan COVID-19 seperti tenaga kesehatan dan warga yang kontak erat dengan pasien COVID-19.
Selama ini, lanjut dia, sudah melakukan tes usap sampai 31 ribu orang, padahal target sebelumnya 27 ribu orang, dan selanjutnya akan terus dilakukan untuk mendeteksi secara dini penyebaran COVID-19 di Garut.
"Kita sudah 31 ribu, sudah lebih target 27 ribu (tes usap, red.)," kata dia.
Pimpinan Humas Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan COVID-19 Garut Yeni Yunita menambahkan pandemi COVID-19 di Garut masih terjadi, bahkan saat ini yang harus diwaspadai dari klaster keluarga.
Tercatat jumlah kasus positif COVID-19, lanjut dia, seluruhnya 426 kasus, 157 kasus menjalani isolasi di rumah sakit, 255 kasus dinyatakan sembuh, dan 14 kasus meninggal dunia.
"Ancaman penularan virus COVID-19 di keluarga semakin meningkat, klaster keluarga ini merupakan penularan virus dari salah satu anggota keluarga pada anggota keluarga yang lainnya," katanya.
Baca juga: Wabup Garut sebut sebagian besar pasien COVID-19 sembuh
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Sekarang ini masyarakat abai, makanya kita terus melakukan langkah-langkah untuk mencegah penularan COVID-19," kata dia kepada wartawan di Garut, Senin.
Baca juga: Rumah sakit swasta di Garut belum mau melayani pasien COVID-19
Ia menuturkan selama ini di sejumlah tempat keramaian seperti pasar terlihat banyak orang yang mengabaikan protokol kesehatan, salah satunya tidak membiasakan diri menggunakan masker saat berinteraksi.
Menurut dia, patuh pada protokol kesehatan merupakan satu-satunya cara agar tidak terjadi penularan maupun lonjakan kasus positif COVID-19 di Garut.
"Kalau memang kasusnya banyak maka akan diberlakukan PSBM (Pembatasan Sosial Berskala Mikro) atau parsial," katanya.
Ia menyampaikan penyebaran cukup banyak kasus positif COVID-19 itu salah satunya ada di lingkungan pondok pesantren di Garut.
Bupati berharap, lembaga pendidikan yang kewenangannya di bawah Kementerian Agama untuk mematuhi protokol kesehatan saat melakukan berbagai kegiatan belajar.
"Sekolah yang dibuka di bawah Depag (Kementerian Agama, red.) boleh dibuka tapi perhatikan protokol kesehatannya," kata Rudy.
Baca juga: Kasus positif COVID-19 di Garut bertambah 63 orang
Pemkab Garut terus berupaya menelusuri dan melakukan tes usap terhadap warga yang memiliki risiko tinggi penularan COVID-19 seperti tenaga kesehatan dan warga yang kontak erat dengan pasien COVID-19.
Selama ini, lanjut dia, sudah melakukan tes usap sampai 31 ribu orang, padahal target sebelumnya 27 ribu orang, dan selanjutnya akan terus dilakukan untuk mendeteksi secara dini penyebaran COVID-19 di Garut.
"Kita sudah 31 ribu, sudah lebih target 27 ribu (tes usap, red.)," kata dia.
Pimpinan Humas Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan COVID-19 Garut Yeni Yunita menambahkan pandemi COVID-19 di Garut masih terjadi, bahkan saat ini yang harus diwaspadai dari klaster keluarga.
Tercatat jumlah kasus positif COVID-19, lanjut dia, seluruhnya 426 kasus, 157 kasus menjalani isolasi di rumah sakit, 255 kasus dinyatakan sembuh, dan 14 kasus meninggal dunia.
"Ancaman penularan virus COVID-19 di keluarga semakin meningkat, klaster keluarga ini merupakan penularan virus dari salah satu anggota keluarga pada anggota keluarga yang lainnya," katanya.
Baca juga: Wabup Garut sebut sebagian besar pasien COVID-19 sembuh
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020