Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria mendorong Indonesia agar dapat menjadi bangsa pembelajar sehingga bisa menyelesaikan berbagai persoalan secara tepat guna dengan ilmu pengetahuan.
"Pembelajar akan menyikapi dengan cara baru. Cara lama tidak akan bisa mengatasi tantangan masa depan," kata Arif dalam diskusi daring di Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang dipantau dari Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, persoalan keahlian masyarakat dalam membaca dan menulis saja tidak cukup untuk membawa Indonesia keluar dari berbagai persoalan bangsa. Lebih dari itu, Indonesia harus jadi bangsa pembelajar yang menjadikan segala perkembangannya tidak hanya jalan di tempat.
Baca juga: Laboratorium IPB sudah uji 273 sampel pasien terduga COVID-19
Dia mengatakan bangsa pembelajar akan menyikapi berbagai persoalan terkini dengan inovasi. Misalnya persoalan COVID-19 saat ini tidak pernah terbayang sebelumnya. Jika wabah tersebut disikapi dengan cara-cara lama maka pandemi tersebut tidak dapat diatasi bahkan bisa memperparah kesehatan masyarakat.
Secara makro, Arif mengatakan terdapat empat bidang persoalan kebangsaan yang harus disikapi dengan cara luar biasa sehingga harus inovatif.
Empat bidang itu, kata dia, di antaranya pendidikan, ekonomi, pangan dan kesehatan yang harus digarap dengan visi jauh ke depan untuk mengantisipasi perubahan dunia yang sangat cepat.
Baca juga: THE Impact tempatkan IPB University Top 77 Dunia
Rektor IPB mengatakan kondisi pandemi COVID-19 seperti saat ini tidak pernah terpikir akan sangat berdampak. Tetapi terdapat hal-hal baik yang sebaiknya dapat diteruskan.
Dia mencontohkan sistem pendidikan saat ini harus berubah cepat ketika wabah corona memaksa masyarakat untuk bekerja dan belajar dari rumah.
Di dunia kampus, dia mengatakan situasi COVID-19 membuat kalangan civitas akademika harus fleksibel dengan ketidakpastian situasi kegiatan belajar mengajar. Dengan begitu, banyak kegiatan pendidikan tidak lagi dilakukan dengan tatap muka tetapi melalui daring.
Baca juga: Rektor IPB sarankan stimulus khusus petani-nelayan selama wabah
Pada masa normal, kata dia, kegiatan belajar mengajar melalui telekonferensi daring masih jarang dilakukan bahkan penerapannya banyak ditentang. Tetapi kini mau tidak mau proses pendidikan harus melalui jaringan internet.
"Kuliah daring dulu banyak yang anti, sekarang menjadi keniscayaan. Dulu banyak yang menentang di era Revolusi Industri 4.0 yang terus berkembang. Mau tidak mau dosen, mahasiswa harus bisa untuk belajar online," katanya.
Kendati begitu, dia meminta pemerintah untuk responsif dengan memberi subsidi pendidikan dengan adanya keterbatasan mahasiswa dalam mengakses jaringan internet, kuota internet dan hal terkait lainnya.
Baca juga: IPB nyatakan siap lakukan uji diagnostik COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Pembelajar akan menyikapi dengan cara baru. Cara lama tidak akan bisa mengatasi tantangan masa depan," kata Arif dalam diskusi daring di Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang dipantau dari Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, persoalan keahlian masyarakat dalam membaca dan menulis saja tidak cukup untuk membawa Indonesia keluar dari berbagai persoalan bangsa. Lebih dari itu, Indonesia harus jadi bangsa pembelajar yang menjadikan segala perkembangannya tidak hanya jalan di tempat.
Baca juga: Laboratorium IPB sudah uji 273 sampel pasien terduga COVID-19
Dia mengatakan bangsa pembelajar akan menyikapi berbagai persoalan terkini dengan inovasi. Misalnya persoalan COVID-19 saat ini tidak pernah terbayang sebelumnya. Jika wabah tersebut disikapi dengan cara-cara lama maka pandemi tersebut tidak dapat diatasi bahkan bisa memperparah kesehatan masyarakat.
Secara makro, Arif mengatakan terdapat empat bidang persoalan kebangsaan yang harus disikapi dengan cara luar biasa sehingga harus inovatif.
Empat bidang itu, kata dia, di antaranya pendidikan, ekonomi, pangan dan kesehatan yang harus digarap dengan visi jauh ke depan untuk mengantisipasi perubahan dunia yang sangat cepat.
Baca juga: THE Impact tempatkan IPB University Top 77 Dunia
Rektor IPB mengatakan kondisi pandemi COVID-19 seperti saat ini tidak pernah terpikir akan sangat berdampak. Tetapi terdapat hal-hal baik yang sebaiknya dapat diteruskan.
Dia mencontohkan sistem pendidikan saat ini harus berubah cepat ketika wabah corona memaksa masyarakat untuk bekerja dan belajar dari rumah.
Di dunia kampus, dia mengatakan situasi COVID-19 membuat kalangan civitas akademika harus fleksibel dengan ketidakpastian situasi kegiatan belajar mengajar. Dengan begitu, banyak kegiatan pendidikan tidak lagi dilakukan dengan tatap muka tetapi melalui daring.
Baca juga: Rektor IPB sarankan stimulus khusus petani-nelayan selama wabah
Pada masa normal, kata dia, kegiatan belajar mengajar melalui telekonferensi daring masih jarang dilakukan bahkan penerapannya banyak ditentang. Tetapi kini mau tidak mau proses pendidikan harus melalui jaringan internet.
"Kuliah daring dulu banyak yang anti, sekarang menjadi keniscayaan. Dulu banyak yang menentang di era Revolusi Industri 4.0 yang terus berkembang. Mau tidak mau dosen, mahasiswa harus bisa untuk belajar online," katanya.
Kendati begitu, dia meminta pemerintah untuk responsif dengan memberi subsidi pendidikan dengan adanya keterbatasan mahasiswa dalam mengakses jaringan internet, kuota internet dan hal terkait lainnya.
Baca juga: IPB nyatakan siap lakukan uji diagnostik COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020