Warga Inggris secara umum dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan tanggapan mereka terhadap karantina nasional akibat virus corona, yakni mereka yang menerima situasi, mereka yang menderita akibat situasi, serta mereka yang menolak situasi, menurut analisis King's College London, Senin.
Pemerintah mengumumkan karantina wilayah nasional untuk mengatasi penyebaran virus corona pada 23 Maret, memberitahu warga Inggris agar keluar rumah hanya untuk kebutuhan dasar, berolahraga sekali sehari, untuk kebutuhan medis, atau untuk bekerja jika mereka tidak dapat bekerja dari rumah.
Data yang dianalisis oleh King's dari survei terhadap 2.250 orang dewasa dilakukan oleh Ipsos MORI pada awal April dan menemukan bahwa 48 persen dapat dikatakan sebagai kelompok "menerima", 44 persen kelompok "menderita" dan 9 persen kelompok "menolak".
"Sebagian besar populasi sepenuhnya berada di balik langkah tersebut, tetapi bahkan dalam kelompok ini terdapat garis pemisah yang jelas antara mereka yang mengatasi dengan cukup baik dan mereka yang benar-benar menderita," kata Bobby Duffy, Direktur Institut Kebijakan di King's College London.
"Hampir semua kelompok menderita ini merasa lebih cemas dan depresi, dan enam dari 10 orang kurang tidur."
Studi ini menunjukkan bahwa kaum muda kemungkinan besar berada dalam kelompok yang menolak, yang 64 persen laki-laki, dan orang berusia 55-75 tahun adalah proporsi terbesar yang menerima. Sementara mereka yang menderita lebih merata di semua kelompok umur, hampir dua pertiganya perempuan.
Kelompok menerima itu kemungkinan besar akan memilih Konservatif Perdana Menteri Boris Johnson dan mendukung Brexit, kata King's, sedangkan kelompok menentang lebih cenderung mendukung Partai Buruh oposisi dan tetap di Uni Eropa (UE).
King's menemukan 93 persen dari kelompok menderita mengatakan mereka mengikuti aturan karantina wilayah secara penuh atau hampir sepanjang waktu, dibandingkan dengan hanya 49 persen yang menolak. Yang terakhir sekitar 10 kali lebih mungkin dibandingkan kelompok lain untuk mengatakan bahwa mereka telah bertemu dengan teman atau keluarga di luar rumah mereka.
Pemerintah dituduh lamban menanggapi penyebaran virus, meski para menteri berpendapat bahwa mereka mengikuti saran ilmiah.
Kelompok menerima memiliki kepercayaan terbesar terhadap pemerintah dalam menangani wabah, sementara kelompok menderita sepertinya berpikir Inggris bertindak terlalu lamban.
Kelompok menolak sekitar enam kali lebih mungkin dibandingkan kelompok lain untuk berpikir terlalu banyak keributan yang dibuat tentang risiko virus dan juga yang paling mungkin percaya salah klaim yang tidak mungkin tentang hal itu, menurut King's.
Baca juga: Pulih sehat, PM Inggris Johnson kembali bekerja pada Senin
Baca juga: Pemain Arsenal diizinkan kembali gunakan lapangan latihan pekan depan
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Pemerintah mengumumkan karantina wilayah nasional untuk mengatasi penyebaran virus corona pada 23 Maret, memberitahu warga Inggris agar keluar rumah hanya untuk kebutuhan dasar, berolahraga sekali sehari, untuk kebutuhan medis, atau untuk bekerja jika mereka tidak dapat bekerja dari rumah.
Data yang dianalisis oleh King's dari survei terhadap 2.250 orang dewasa dilakukan oleh Ipsos MORI pada awal April dan menemukan bahwa 48 persen dapat dikatakan sebagai kelompok "menerima", 44 persen kelompok "menderita" dan 9 persen kelompok "menolak".
"Sebagian besar populasi sepenuhnya berada di balik langkah tersebut, tetapi bahkan dalam kelompok ini terdapat garis pemisah yang jelas antara mereka yang mengatasi dengan cukup baik dan mereka yang benar-benar menderita," kata Bobby Duffy, Direktur Institut Kebijakan di King's College London.
"Hampir semua kelompok menderita ini merasa lebih cemas dan depresi, dan enam dari 10 orang kurang tidur."
Studi ini menunjukkan bahwa kaum muda kemungkinan besar berada dalam kelompok yang menolak, yang 64 persen laki-laki, dan orang berusia 55-75 tahun adalah proporsi terbesar yang menerima. Sementara mereka yang menderita lebih merata di semua kelompok umur, hampir dua pertiganya perempuan.
Kelompok menerima itu kemungkinan besar akan memilih Konservatif Perdana Menteri Boris Johnson dan mendukung Brexit, kata King's, sedangkan kelompok menentang lebih cenderung mendukung Partai Buruh oposisi dan tetap di Uni Eropa (UE).
King's menemukan 93 persen dari kelompok menderita mengatakan mereka mengikuti aturan karantina wilayah secara penuh atau hampir sepanjang waktu, dibandingkan dengan hanya 49 persen yang menolak. Yang terakhir sekitar 10 kali lebih mungkin dibandingkan kelompok lain untuk mengatakan bahwa mereka telah bertemu dengan teman atau keluarga di luar rumah mereka.
Pemerintah dituduh lamban menanggapi penyebaran virus, meski para menteri berpendapat bahwa mereka mengikuti saran ilmiah.
Kelompok menerima memiliki kepercayaan terbesar terhadap pemerintah dalam menangani wabah, sementara kelompok menderita sepertinya berpikir Inggris bertindak terlalu lamban.
Kelompok menolak sekitar enam kali lebih mungkin dibandingkan kelompok lain untuk berpikir terlalu banyak keributan yang dibuat tentang risiko virus dan juga yang paling mungkin percaya salah klaim yang tidak mungkin tentang hal itu, menurut King's.
Baca juga: Pulih sehat, PM Inggris Johnson kembali bekerja pada Senin
Baca juga: Pemain Arsenal diizinkan kembali gunakan lapangan latihan pekan depan
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020