Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Setiawan Wangsaatmaja mengatakan Pemprov Jabar akan membeli peralatan untuk rapid test virus corona atau COVID-19 sebagaimana anjuran Presiden Republik Indonesia Joko Widodo untuk menggelar rapid test COVID-19 dengan cakupan lebih besar.
"Kemarin sudah dengar semua, bahwa pergeseran anggaran dilakukan dan kami memang merencanakan membeli beberapa peralatan, termasuk test kit, PCR (Polymerase Chain Reaction), dan alat-alat pelindung diri lainnya. Termasuk juga bantuan rumah sakit terkait ruang isolasi," kata Setiawan di Bandung, Kamis.
Baca juga: Gubernur Jabar sebut Maret puncak penyebaran COVID-19
"Sudah dilakukan rapat koordinasi dengan Dinas Kesehatan sebagai leading sector dan juga BKAD untuk menyiapkan anggaran itu. Mudah-mudahan untuk Jabar ini bisa lancar bisa berikan peralatan secepatnya. Kami perkirakan kurang lebih 10 ribu (kit)," lanjut dia.
Sekda Jabar mengatakan, hingga Kamis (19/3) sore, terdapat 26 orang yang dinyatakan positif COVID-19 di Jabar.
Dari data 26 orang tersebut, tiga orang di antaranya sudah sembuh dari virus SARS-CoV-2, sementara dua di antaranya meninggal akibat virus asal Wuhan, China itu.
Baca juga: Gubernur Jawa Barat instruksikan bupati/wali kota kurangi kegiatan massa
"Kemudian PDP (Pasien Dalam Pengawasan) totalnya 132, yang selesai 49 orang, yang masih dalam pengawasan totalnya 83 orang," kata Setiawan.
"Lalu ODP (Orang Dalam Pemantauan) total 1.412 orang, selesai 594 orang, dan masih dalam pemantauan 816 orang," tambahnya.
Meski begitu, Setiawan menegaskan bahwa yang akan dilakukan tes adalah terhadap ODP dan orang yang didata dari hasil tracking.
"Pengawasan atau testing secara proaktif terus dilakukan, itu pun ada kriterianya karena keterbatasan anggaran dan alat, kami pilah mana yang diprioritaskan untuk tes di tahap pertama ini," katanya.
Baca juga: Anggota DPRD dukung Ridwan Kamil liburkan sekolah di Jawa Barat
Dalam konferensi pers tersebut, Setiawan juga mengatakan, pihaknya telah mengatur jika skenario terburuk penyebaran COVID-19 ini terus meningkat di Jabar.
Selain disokong oleh bantuan 90 hingga 900 bed siap pakai, Pemprov Jabar juga sudah merencanakan akan mengubah Gedung Kemuning RSHS Bandung khusus untuk pasien COVID-19.
"RSHS akan convert, yang saat ini Gedung Kemuning untuk pasien TB, akan memindahkan pasien TB tersebut ke rumah sakit lain dan satu gedung itu akan digunakan pasien COVID-19. Kami sudah menyiapkan berbagai skenario, termasuk apabila lonjakan tinggi sekali dan harus masuk (rumah sakit) mana saja," katanya.
Baca juga: Antisipasi COVID-19, Gubernur Jabar putuskan siswa belajar di rumah selama dua pekan
Terkait agenda salat Jumat pada Jumat (20/3) besok, Setiawan berujar bahwa Sekretariat Daerah Provinsi Jabar telah mengeluarkan panduan protokol salat Jumat.
"Intinya, bahwa sebaiknya situasi Jumatan yang sifatnya homogen, artinya yang kita tahu persis orang-orangnya, itu bisa dilakukan tetap dengan protokol COVID-19," ujarnya.
"Kedua, apabila sudah ada yang terinfeksi di sana, sebaiknya tidak dilakukan di ruangan tersebut. Lalu penyelenggaraannya, dibatasi jarak sesuai protokol COVID-19. Ceramah tidak terlalu panjang, harus disiapkan hand sanitizer, dianjurkan bawa sajadah sendiri. Yang pasti protokol COVID-19 harus selalu dipatuhi," imbaunya.
Setiawan memastikan, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Jabar bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jabar termasuk MUI untuk memberikan protokol kesehatan terhadap pertemuan-pertemuan yang akan dilaksanakan. "Bahkan yang berisiko sudah banyak yang dibatalkan," ujarnya mengakhiri.
Baca juga: Gubernur Jabar tinjau harga kebutuhan pokok di Pasar Sederhana Bandung
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Kemarin sudah dengar semua, bahwa pergeseran anggaran dilakukan dan kami memang merencanakan membeli beberapa peralatan, termasuk test kit, PCR (Polymerase Chain Reaction), dan alat-alat pelindung diri lainnya. Termasuk juga bantuan rumah sakit terkait ruang isolasi," kata Setiawan di Bandung, Kamis.
Baca juga: Gubernur Jabar sebut Maret puncak penyebaran COVID-19
"Sudah dilakukan rapat koordinasi dengan Dinas Kesehatan sebagai leading sector dan juga BKAD untuk menyiapkan anggaran itu. Mudah-mudahan untuk Jabar ini bisa lancar bisa berikan peralatan secepatnya. Kami perkirakan kurang lebih 10 ribu (kit)," lanjut dia.
Sekda Jabar mengatakan, hingga Kamis (19/3) sore, terdapat 26 orang yang dinyatakan positif COVID-19 di Jabar.
Dari data 26 orang tersebut, tiga orang di antaranya sudah sembuh dari virus SARS-CoV-2, sementara dua di antaranya meninggal akibat virus asal Wuhan, China itu.
Baca juga: Gubernur Jawa Barat instruksikan bupati/wali kota kurangi kegiatan massa
"Kemudian PDP (Pasien Dalam Pengawasan) totalnya 132, yang selesai 49 orang, yang masih dalam pengawasan totalnya 83 orang," kata Setiawan.
"Lalu ODP (Orang Dalam Pemantauan) total 1.412 orang, selesai 594 orang, dan masih dalam pemantauan 816 orang," tambahnya.
Meski begitu, Setiawan menegaskan bahwa yang akan dilakukan tes adalah terhadap ODP dan orang yang didata dari hasil tracking.
"Pengawasan atau testing secara proaktif terus dilakukan, itu pun ada kriterianya karena keterbatasan anggaran dan alat, kami pilah mana yang diprioritaskan untuk tes di tahap pertama ini," katanya.
Baca juga: Anggota DPRD dukung Ridwan Kamil liburkan sekolah di Jawa Barat
Dalam konferensi pers tersebut, Setiawan juga mengatakan, pihaknya telah mengatur jika skenario terburuk penyebaran COVID-19 ini terus meningkat di Jabar.
Selain disokong oleh bantuan 90 hingga 900 bed siap pakai, Pemprov Jabar juga sudah merencanakan akan mengubah Gedung Kemuning RSHS Bandung khusus untuk pasien COVID-19.
"RSHS akan convert, yang saat ini Gedung Kemuning untuk pasien TB, akan memindahkan pasien TB tersebut ke rumah sakit lain dan satu gedung itu akan digunakan pasien COVID-19. Kami sudah menyiapkan berbagai skenario, termasuk apabila lonjakan tinggi sekali dan harus masuk (rumah sakit) mana saja," katanya.
Baca juga: Antisipasi COVID-19, Gubernur Jabar putuskan siswa belajar di rumah selama dua pekan
Terkait agenda salat Jumat pada Jumat (20/3) besok, Setiawan berujar bahwa Sekretariat Daerah Provinsi Jabar telah mengeluarkan panduan protokol salat Jumat.
"Intinya, bahwa sebaiknya situasi Jumatan yang sifatnya homogen, artinya yang kita tahu persis orang-orangnya, itu bisa dilakukan tetap dengan protokol COVID-19," ujarnya.
"Kedua, apabila sudah ada yang terinfeksi di sana, sebaiknya tidak dilakukan di ruangan tersebut. Lalu penyelenggaraannya, dibatasi jarak sesuai protokol COVID-19. Ceramah tidak terlalu panjang, harus disiapkan hand sanitizer, dianjurkan bawa sajadah sendiri. Yang pasti protokol COVID-19 harus selalu dipatuhi," imbaunya.
Setiawan memastikan, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Jabar bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jabar termasuk MUI untuk memberikan protokol kesehatan terhadap pertemuan-pertemuan yang akan dilaksanakan. "Bahkan yang berisiko sudah banyak yang dibatalkan," ujarnya mengakhiri.
Baca juga: Gubernur Jabar tinjau harga kebutuhan pokok di Pasar Sederhana Bandung
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020