Warga tiga desa di Kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, terisolir sejak jembatan bambu di atas Sungai Gonggang yang berarus deras putus, bahkan ratusan siswa SD dan SMP terpaksa libur ketika hujan turun deras karena sungai sulit dilewati.
"Kalau musim kemarau arus sungai tidak terlalu deras, sehingga masih banyak warga yang berani melintas. Tapi kalau seperti sekarang arus sungai deras dan berbahaya kalau melintas," kata Imat (42), tokoh masyarakat Agrabinta kepada wartawan di Cianjur, Selasa.
Ia menjelaskan, putusnya jembatan gantung yang terbuat dari bambu sepanjang 14 meter dengan lebar 4 meter hasil swadaya masyarakat itu, akibat derasnya arus sungai setelah hujan turun deras dengan intensitas tinggi, beberapa hari yang lalu.
Putusnya jembatan yang menjadi akses utama warga di tiga desa, Neglasari, Bunisari dan Mulyasari, membuat aktifitas warga terhenti, bahkan terisolir selama beberapa hari karena tidak dapat dilalui.
"Semua tersapu habis dari ujung ke ujung jembatan, sehingga akses warga terputus. Satu-satunya jalan melalui sungai yang sejak satu pekan terakhir arusnya deras dan sulit untuk dilalui," katanya.
Saat ini, ada warga yang memaksakan diri untuk melintasi sungai karena keperluan mendesak, termasuk anak sekolah yang digendong orang tuanya untuk sampai ke ujung sungai.
Warga berharap dinas terkait di Pemkab Cianjur dapat segera membangun jembatan darurat atau langsung membangun jembatan permanen untuk aktivitas warga di tiga desa yang berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi itu.
"Sudah beberapa kali mantan Bupati Cianjur, bersama orang dinas datang ke lokasi. Namun hingga saat ini, harapan untuk memiliki jembatan permanen belum terwujud," katanya.
Ia menambahkan, saat ini sebagian besar warga dari tiga desa terutama anak sekolah terpaksa meliburkan diri karena tidak ada akses yang aman untuk dilalui.
Kepala Desa Neglasari Nasihin, mengatakan sejak putusnya jembatan Sungai Gonggang, pihaknya langsung membuat laporan melalui kecamatan ke dinas terkait di Pemkab Cianjur untuk segera ditanggapi.
Putusnya jembatan tersebut membuat seribu lebih kepala keluarga dari tiga desa terisolir. Menyeberang sungai merupakan solusi satu-satunya.
"Risikonya sangat besar terlebih kalau arus sungai deras disertai hujan, sangat sulit untuk melintas. Kalau mendesak warga bertaruh nyawa melintasi sungai untuk sampai ke jalan utama kabupaten," katanya.
Dia berharap dinas terkait segera turun ke lokasi untuk membangun jembatan sementara.
Baca juga: Bupati janji semua akses di Sukajaya Bogor terbuka pekan ini
Baca juga: Jembatan Putus Warga Satu Kampung di Cianjur Terisolir
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Kalau musim kemarau arus sungai tidak terlalu deras, sehingga masih banyak warga yang berani melintas. Tapi kalau seperti sekarang arus sungai deras dan berbahaya kalau melintas," kata Imat (42), tokoh masyarakat Agrabinta kepada wartawan di Cianjur, Selasa.
Ia menjelaskan, putusnya jembatan gantung yang terbuat dari bambu sepanjang 14 meter dengan lebar 4 meter hasil swadaya masyarakat itu, akibat derasnya arus sungai setelah hujan turun deras dengan intensitas tinggi, beberapa hari yang lalu.
Putusnya jembatan yang menjadi akses utama warga di tiga desa, Neglasari, Bunisari dan Mulyasari, membuat aktifitas warga terhenti, bahkan terisolir selama beberapa hari karena tidak dapat dilalui.
"Semua tersapu habis dari ujung ke ujung jembatan, sehingga akses warga terputus. Satu-satunya jalan melalui sungai yang sejak satu pekan terakhir arusnya deras dan sulit untuk dilalui," katanya.
Saat ini, ada warga yang memaksakan diri untuk melintasi sungai karena keperluan mendesak, termasuk anak sekolah yang digendong orang tuanya untuk sampai ke ujung sungai.
Warga berharap dinas terkait di Pemkab Cianjur dapat segera membangun jembatan darurat atau langsung membangun jembatan permanen untuk aktivitas warga di tiga desa yang berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi itu.
"Sudah beberapa kali mantan Bupati Cianjur, bersama orang dinas datang ke lokasi. Namun hingga saat ini, harapan untuk memiliki jembatan permanen belum terwujud," katanya.
Ia menambahkan, saat ini sebagian besar warga dari tiga desa terutama anak sekolah terpaksa meliburkan diri karena tidak ada akses yang aman untuk dilalui.
Kepala Desa Neglasari Nasihin, mengatakan sejak putusnya jembatan Sungai Gonggang, pihaknya langsung membuat laporan melalui kecamatan ke dinas terkait di Pemkab Cianjur untuk segera ditanggapi.
Putusnya jembatan tersebut membuat seribu lebih kepala keluarga dari tiga desa terisolir. Menyeberang sungai merupakan solusi satu-satunya.
"Risikonya sangat besar terlebih kalau arus sungai deras disertai hujan, sangat sulit untuk melintas. Kalau mendesak warga bertaruh nyawa melintasi sungai untuk sampai ke jalan utama kabupaten," katanya.
Dia berharap dinas terkait segera turun ke lokasi untuk membangun jembatan sementara.
Baca juga: Bupati janji semua akses di Sukajaya Bogor terbuka pekan ini
Baca juga: Jembatan Putus Warga Satu Kampung di Cianjur Terisolir
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020