Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat menyebutkan surplus beras pada 2019 diperkirakan mencapai 400 ribu ton yang kemungkinan jumlah tersebut bisa kembali bertambah karena masih banyak lahan padi yang akan panen hingga akhir tahun.
"Surplus beras ini dihitung dari jumlah produksi beras di Kabupaten Sukabumi yang mencapai 650 ribu ton dikurangi kebutuhan warga selama setahun sekitar 250 ribu ton sehingga, selisih jumlah tersebut merupakan surplus," kata Kepala Distan Kabupaten Sukabumi Sudrajat di Sukabumi, Minggu.
Menurutnya, surplus beras setiap tahunnya selalu meningkat seperti pada 2018 lalu mencapai 350 ribu ton bahkan, meskipun sejak Juli wilayah Kabupaten Sukabumi memasuki musim kemarau tetapi, tidak mempengaruhi produksi beras.
Tingginya surplus beras ini menjadikan Kabupaten Sukabumi sebagai lumbung beras nasional bahkan, beras dari kabupaten terluas di Pulau Jawa dan Bali ini dipasok ke daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).
Ia menambahkan di November ini akan ada panen padi di sekitar 8.300 hektare dan hasil panen tersebut tentunya mencukupi untuk kebutuhan beras dalam sebulan ke depan.
Selain itu, pihaknya pun menargetkan dari 8.300 hektare lahan itu minimalnya 5 ribu hektare yang bisa panen secara maksimal jika kurang dari angka tersebut maka akan dilakukan evaluasi penyebabnya bisa saja akibat gagal panen yang dipengaruhi musim kemarau maupun serangan hama.
"Kami menargetkan setiap tahunnya luas lahan padi yang bisa panen sekitar 170 ribu hektare yang artinya produksi gabah 950 ribu ton dan jika dikonversi menjadi beras menjadi sekitar 650 ribu ton atau susut 30 persen," tambahnya.
Sudrajat mengatakan untuk luas lahan pertanian basah di Kabupaten Sukabumi mencapai 55.300 hektare yang satu hektare lahan itu bisa dua sampai tiga kali panen. Ia mengatakan mayoritas lahan pertanian merupakan sawah tadah hujan sehingga, produksi berasnya sangat mengandalkan hujan.
Namun demikian, pihaknya sudah melakukan antisipasi seperti membangun saluran irigasi dan pompanisasi untuk mengairi sawah di saat musim kemarau. Dengan membludaknya produksi ini Kabupaten Sukabumi tidak pernah kekurangan persediaan beras dan harga stabil sepanjang tahun seperti 2019 ini.
Pihaknya pun tetap mengimbau kepada petani atau pengusaha beras agar hasil produksinya tidak langsung dipasok ke luar daerah tetapi, harus memenuhi permintaan pasar lokal. Imbauan ini dilakukan agar kebutuhan permintaan warga terpenuhi dan tidak ada kekurangan.
Baca juga: Stok beras Kabupaten Bandung berpotensi berkurang pada akhir tahun
Baca juga: Harga gabah selama musim kemarau di Karawang stabil
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Surplus beras ini dihitung dari jumlah produksi beras di Kabupaten Sukabumi yang mencapai 650 ribu ton dikurangi kebutuhan warga selama setahun sekitar 250 ribu ton sehingga, selisih jumlah tersebut merupakan surplus," kata Kepala Distan Kabupaten Sukabumi Sudrajat di Sukabumi, Minggu.
Menurutnya, surplus beras setiap tahunnya selalu meningkat seperti pada 2018 lalu mencapai 350 ribu ton bahkan, meskipun sejak Juli wilayah Kabupaten Sukabumi memasuki musim kemarau tetapi, tidak mempengaruhi produksi beras.
Tingginya surplus beras ini menjadikan Kabupaten Sukabumi sebagai lumbung beras nasional bahkan, beras dari kabupaten terluas di Pulau Jawa dan Bali ini dipasok ke daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).
Ia menambahkan di November ini akan ada panen padi di sekitar 8.300 hektare dan hasil panen tersebut tentunya mencukupi untuk kebutuhan beras dalam sebulan ke depan.
Selain itu, pihaknya pun menargetkan dari 8.300 hektare lahan itu minimalnya 5 ribu hektare yang bisa panen secara maksimal jika kurang dari angka tersebut maka akan dilakukan evaluasi penyebabnya bisa saja akibat gagal panen yang dipengaruhi musim kemarau maupun serangan hama.
"Kami menargetkan setiap tahunnya luas lahan padi yang bisa panen sekitar 170 ribu hektare yang artinya produksi gabah 950 ribu ton dan jika dikonversi menjadi beras menjadi sekitar 650 ribu ton atau susut 30 persen," tambahnya.
Sudrajat mengatakan untuk luas lahan pertanian basah di Kabupaten Sukabumi mencapai 55.300 hektare yang satu hektare lahan itu bisa dua sampai tiga kali panen. Ia mengatakan mayoritas lahan pertanian merupakan sawah tadah hujan sehingga, produksi berasnya sangat mengandalkan hujan.
Namun demikian, pihaknya sudah melakukan antisipasi seperti membangun saluran irigasi dan pompanisasi untuk mengairi sawah di saat musim kemarau. Dengan membludaknya produksi ini Kabupaten Sukabumi tidak pernah kekurangan persediaan beras dan harga stabil sepanjang tahun seperti 2019 ini.
Pihaknya pun tetap mengimbau kepada petani atau pengusaha beras agar hasil produksinya tidak langsung dipasok ke luar daerah tetapi, harus memenuhi permintaan pasar lokal. Imbauan ini dilakukan agar kebutuhan permintaan warga terpenuhi dan tidak ada kekurangan.
Baca juga: Stok beras Kabupaten Bandung berpotensi berkurang pada akhir tahun
Baca juga: Harga gabah selama musim kemarau di Karawang stabil
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019