Harga Jahe di sejumlah pasar tradisional di Cianjur, Jawa Barat, melambung dari Rp20.000 per kilogram menjadi Rp50.000 akibat minimnya pasokan dari tingkat petani di Cianjur selatan.

Meroketnya harga bumbu dapur tersebut, sudah terjadi sejak satu bulan terakhir, sehingga daya beli masyarakat menurun drastis, dampaknya sejumlah pedagang merugi karena Jahe yang tidak terjual membusuk.

"Minimnya paoskan membuat harga meroket mulai dari tingkat distributor dan petani. Biasnya paling tinggi harga Jahe di angka Rp20.000 per kilogram, namun sejak satu bulan terakhir melambung," karta Cepi, pedagang bumbu dapur di Pasar Induk Pasirhayam Kamis.

Musim kemarau panjang, ungkap dia, membuat hasil panen petani Jahe di Cianjur selatan tidak maksimal, sehingga dampak luasnya terhadap pasokan ke sejumlah pasar tradisonal di Cianjur.

"Sejak harga naik, tingkat daya beli masyarakat mengalami penurunan hingga 50 persen, biasanya stok 50 kilogram, sudah habis dalam waktu tiga hari atau paling lama empat hari," katanya.

Namun sejak harga melambung untuk menjual jahe sebanyak 20 kilogram dalam waktu tujuh hari belum habis, sehingga stok yang ada membusuk dan tidak dapat dijual karena minimnya pembeli.

"Paling mengandalkan langganan yang rata-rata merupakan pedagang olahan makan yang mengunakan Jahe. Satu hari paling banyak menjual 4 sampai 5 kilogram," katanya.

Mahalnya harga jahe tersebut, dikeluhkan ibu rumah tangga, khususnya pemilik warung dan rumah makan karena tidak dapat menaikan harga lauk pauk yang mengunakan bahan pokok jahe.

"Paling disiasati dengan mengurangi jumlah pemakaian Jahe untuk bumbu masakan, asal tidak merubah cita rasa, meskipun banyak pelanggan yang datang merasa kurang karena harga tidak bisa dinaikan seenaknya," kata Asriyanti, pemilik warung makan di Cianjur.
Baca juga: Harga daging ayam di pasar Cianjur kembali naik

Baca juga: Harga gabah selama musim kemarau di Karawang stabil



 

Pewarta: Ahmad Fikri

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019