Pengadilan Agama Cianjur, Jawa Barat, mencatat faktor ekonomi masih menjadi penyebab tertinggi angka perceraian di wilayah tersebut karena sepanjang tahun 2019 sudah ada 3.351 permohonan perceraian yang masuk.
Humas Pengadilan Agama Cianjur, Asep di Cianjur Kamis, mengatakan dari total 3.351 kasus perceraian, 2.831 diantaranya merupakan cerai gugat yang diajukan pihak perempuan.
"Hanya 520 perkara perceraian yang merupakan cerai talak dari pihak laki-laki. Pemohonan perceraian didominasi pihak perempuan, dari data terlihat lima kali lipat dibandingkan cerai talak," katanya.
Dibandingkan tahun lalu, ungkap dia, angka pemohonan perceraian hingga September masih sedikit, namun angka tersebut diperkirakan akan meningkat hingga akhir tahun dengan jumlah lebih banyak dari tahun sebelumnya.
"Tahun lalu sekitar 5.000 perkara perceraian yang masuk, kemungkinan tahun ini sama di angka 5.000 atau lebih karena hingga bulan ini angkanya sudah mendekati empat ribu," katanya.
Faktor ekonomi dominan pemicu terjadinya perceraian karena perempuan yang bekerja sedangkan suaminya tidak. Sehingga pihak perempuan yang menggugat biasanya bekerja ke luar negeri sebagai TKI atau buruh pabrik di daerah.
Untuk menekan angka perceraian, pihaknya kerap melakukan sosialisasi ke berbagai daerah dengan menekankan penguatan fungsi keluarga serta pembinaan lebih intens terhadap pasangan baru menikah.
"Harapan kami pemerintah daerah perlu menjamin lapangan pekerjaan terhadap kaum laki-laki, sehingga tanggungjawab sebagai kepala rumah tangga bisa terlaksana dengan baik," katanya.
Plt Bupati Cianjur, Herman Suherman, mengatakan sejak beberapa tahun lalu perceraian meningkat dengan adanya perusahaan di Cianjur yang lebih banyak merekrut tenaga kerja perempuan.
Namun pemkab terus berupaya agar lapangan pekerjaan bagi laki-laki ditingkatkan agar tidak terjadi kesenjangan yang menyebabkan konflik dalam rumah tangga karena sebagian besar perempuan yang mencari nafkah.
"Tahun ini mulai ada perubahan dari pihak perusahaan yang membuka rekrutmen untuk laki-laki, secara bertahap akan diperbanyak kuota laki-laki, sehingga tidak merusak urusan keluarga di Cianjur dan angka perceraian menurun," katanya.
Baca juga: Medsos jadi penyebab dominan perceraian di Depok meningkat
Baca juga: Perceraian di Kota Bogor tahun 2018 turun signifikan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
Humas Pengadilan Agama Cianjur, Asep di Cianjur Kamis, mengatakan dari total 3.351 kasus perceraian, 2.831 diantaranya merupakan cerai gugat yang diajukan pihak perempuan.
"Hanya 520 perkara perceraian yang merupakan cerai talak dari pihak laki-laki. Pemohonan perceraian didominasi pihak perempuan, dari data terlihat lima kali lipat dibandingkan cerai talak," katanya.
Dibandingkan tahun lalu, ungkap dia, angka pemohonan perceraian hingga September masih sedikit, namun angka tersebut diperkirakan akan meningkat hingga akhir tahun dengan jumlah lebih banyak dari tahun sebelumnya.
"Tahun lalu sekitar 5.000 perkara perceraian yang masuk, kemungkinan tahun ini sama di angka 5.000 atau lebih karena hingga bulan ini angkanya sudah mendekati empat ribu," katanya.
Faktor ekonomi dominan pemicu terjadinya perceraian karena perempuan yang bekerja sedangkan suaminya tidak. Sehingga pihak perempuan yang menggugat biasanya bekerja ke luar negeri sebagai TKI atau buruh pabrik di daerah.
Untuk menekan angka perceraian, pihaknya kerap melakukan sosialisasi ke berbagai daerah dengan menekankan penguatan fungsi keluarga serta pembinaan lebih intens terhadap pasangan baru menikah.
"Harapan kami pemerintah daerah perlu menjamin lapangan pekerjaan terhadap kaum laki-laki, sehingga tanggungjawab sebagai kepala rumah tangga bisa terlaksana dengan baik," katanya.
Plt Bupati Cianjur, Herman Suherman, mengatakan sejak beberapa tahun lalu perceraian meningkat dengan adanya perusahaan di Cianjur yang lebih banyak merekrut tenaga kerja perempuan.
Namun pemkab terus berupaya agar lapangan pekerjaan bagi laki-laki ditingkatkan agar tidak terjadi kesenjangan yang menyebabkan konflik dalam rumah tangga karena sebagian besar perempuan yang mencari nafkah.
"Tahun ini mulai ada perubahan dari pihak perusahaan yang membuka rekrutmen untuk laki-laki, secara bertahap akan diperbanyak kuota laki-laki, sehingga tidak merusak urusan keluarga di Cianjur dan angka perceraian menurun," katanya.
Baca juga: Medsos jadi penyebab dominan perceraian di Depok meningkat
Baca juga: Perceraian di Kota Bogor tahun 2018 turun signifikan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019