Sejumlah siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 139 Sukarasa, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, Kamis, mengutarakan harapannya dengan aksara sunda, yang salah satu diantaranya berharap agar aksi demo tanpa kekerasan.
Harapan tersebut ditulis oleh seorang siswi kelas 6, Ayuk Dira. Ia berharap aksi unjuk rasa yang merupakan proses demokrasi tidak diwarnai dengan kekerasan apalagi menelan korban.
“Saya berharap tidak ada lagi demo yang memakan korban jiwa. Indonesia bisa menjadi bangsa yang maju, teknologi karya anak bangsa digunakan tanpa barang impor,” tulis Ayuk di atas kertas lipat berwarna dalam aksara sunda.
Sedangkan siswi lainnya, Aura Khaira Surga menuliskan optimismenya bahwa Indonesia bisa menjadi negara yang mandiri. Tak lupa dia pun memanjatkan doa agar Indonesia tetap menjadi negeri yang damai.
“Aku berharap Indonesia bisa lebih maju dari negara lainnya, lebih canggih teknologinya dan tidak bergantung dengan negara lain serta tidak ada lagi perpecahan. Indonesia jadi aman dan tentram,” tulis Aura dalam aksara Sunda.
Salah seorang guru SDN 139 Sukarasa, Fauzan mengatakan kegiatan ini sengaja dikemas untuk memanfaatkan jeda kegiatan belajar mengajar setelah Ujian Tengah Semester (UTS) semester ganjil.
Kegiatan penulisan gagasan, doa dan harapan bagi Indonesia ini, kata dia, menjadi upaya sekolah untuk menumbuhkan fondasi kehidupan berbangsa kepada para siswa juga sekaligus melestarikan kebudayaan sunda.
“Jadi kita berusaha untuk menggugah dan menumbuhkan nasionalisme kepada anak anak sejak masih di sekolah dasar. Selain itu kita juga ingin melestarikan kebudayaan,” kata Fauzan.
Fauzan memaparkan kegiatan ini juga membuat siswa lebih banyak beraktivitas, sehingga dapat meminimalisir penggunaan gawai.
“Secara pribadi saya juga menyampaikan informasi kekinian. Sehingga anak tidak hanya melihat gim dan informasi yang belum semestinya. Ini juga agar literasi anak itu juga kuat,” kata dia.
“Ini menjadi penting karena kalau bukan kita yang mengajarkan, siapa lagi. Sedangkan tantangannya menggugah semangat literasi di kalangan anak-anak ini semakin sulit seiring berkembangnya zaman,” tambah Fauzan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
Harapan tersebut ditulis oleh seorang siswi kelas 6, Ayuk Dira. Ia berharap aksi unjuk rasa yang merupakan proses demokrasi tidak diwarnai dengan kekerasan apalagi menelan korban.
“Saya berharap tidak ada lagi demo yang memakan korban jiwa. Indonesia bisa menjadi bangsa yang maju, teknologi karya anak bangsa digunakan tanpa barang impor,” tulis Ayuk di atas kertas lipat berwarna dalam aksara sunda.
Sedangkan siswi lainnya, Aura Khaira Surga menuliskan optimismenya bahwa Indonesia bisa menjadi negara yang mandiri. Tak lupa dia pun memanjatkan doa agar Indonesia tetap menjadi negeri yang damai.
“Aku berharap Indonesia bisa lebih maju dari negara lainnya, lebih canggih teknologinya dan tidak bergantung dengan negara lain serta tidak ada lagi perpecahan. Indonesia jadi aman dan tentram,” tulis Aura dalam aksara Sunda.
Salah seorang guru SDN 139 Sukarasa, Fauzan mengatakan kegiatan ini sengaja dikemas untuk memanfaatkan jeda kegiatan belajar mengajar setelah Ujian Tengah Semester (UTS) semester ganjil.
Kegiatan penulisan gagasan, doa dan harapan bagi Indonesia ini, kata dia, menjadi upaya sekolah untuk menumbuhkan fondasi kehidupan berbangsa kepada para siswa juga sekaligus melestarikan kebudayaan sunda.
“Jadi kita berusaha untuk menggugah dan menumbuhkan nasionalisme kepada anak anak sejak masih di sekolah dasar. Selain itu kita juga ingin melestarikan kebudayaan,” kata Fauzan.
Fauzan memaparkan kegiatan ini juga membuat siswa lebih banyak beraktivitas, sehingga dapat meminimalisir penggunaan gawai.
“Secara pribadi saya juga menyampaikan informasi kekinian. Sehingga anak tidak hanya melihat gim dan informasi yang belum semestinya. Ini juga agar literasi anak itu juga kuat,” kata dia.
“Ini menjadi penting karena kalau bukan kita yang mengajarkan, siapa lagi. Sedangkan tantangannya menggugah semangat literasi di kalangan anak-anak ini semakin sulit seiring berkembangnya zaman,” tambah Fauzan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019