Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jawa Barat (Jabar) akan menelusuri sebaran ajakan demonstrasi yang disebarkan melalui media sosial kepada para siswa hingga akhirnya ada siswa melakukan aksi turun ke jalan mengikuti demonstrasi bersama pengunjuk rasa mahasiswa di Simpang Lima, Kabupaten Garut, Kamis.
Kepala Kantor Cabang Dinas (KCD) Disdik Provinsi Jabar wilayah XI Garut, Asep Sudarsono mengatakan, adanya siswa SMA dan SMK sederajat yang turun ke jalan karena pengaruh pesan bohong berantai yang disebar di media sosial, untuk itu akan ditelusuri siapa penyebarnya.
"Ya nanti kita akan lakukan itu (penelusuran) dari siapa, karena itu merepotkan," kata Asep.
Ia menuturkan, sejumlah siswa di Garut diketahui ada yang turun ke jalan untuk sekadar nonton ada juga ikut berkerumun dengan massa aksi, meski akhirnya diminta untuk kembali ke sekolah atau pulang ke rumah.
Mereka yang turun ke jalan, kata dia, karena mendapatkan undangan yang seolah-olah ditujukan kepada sekolah dan alumni untuk ikut aksi menyampaikan aspirasi tentang penolakan Rancangan Undang-undang.
"Mereka itu pengaruh dari hoaks dari medsos yang tersebar," katanya.
Ia menyampaikan, jajarannya sudah mengimbau seluruh kepala sekolah untuk menjaga siswa siswinya agar tidak ikut demonstrasi dengan turun ke jalan.
"Jadi kita ingatkan karena mereka (siswa) tidak tahu," katanya.
Sementara itu, sejumlah kelompok aksi mahasiswa di Kabupaten Garut diikuti para kalangan pelajar dengan berseragam SMA yang berkerumun di Simpang Lima sambil membawa bendera dan spanduk.
Namun kehadiran aksi para siswa itu, ada sebagian siswa yang tidak tahu tentang tujuan dan harapan dari kegiatan demonstrasi tersebut.
Seorang siswa saat ikut aksi mengaku, protes yang disampaikan tentang undang-undang, namun tidak tahu undang-undang mana yang ditolak.
"Demo tolak undang-undang, ikut saja meramaikan," kata seorang siswa berseragam SMA itu.
Ia mengaku, datang ke pusat titik kumpul demostrasi di Simpang Lima karena diajak teman sekolahnya, kemudian bersatu di tengah kerumunan lalu membawa spanduk.
"Diajak teman saja, untuk yang ngadain demonya tidak tahu," katanya.
Sementara itu, aksi mahasiswa dari perguruan tinggi di Garut dan kalangan pelajar tingkat SMA mendapatkan pengamanan dan pengawalan jajaran kepolisian di Garut.
Baca juga: Mahasiswa kembali aksi ke DPRD Garut, merembet persoalkan pemda
Baca juga: Disdik Jawa Barat larang siswa di Garut ikut demonstrasi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
Kepala Kantor Cabang Dinas (KCD) Disdik Provinsi Jabar wilayah XI Garut, Asep Sudarsono mengatakan, adanya siswa SMA dan SMK sederajat yang turun ke jalan karena pengaruh pesan bohong berantai yang disebar di media sosial, untuk itu akan ditelusuri siapa penyebarnya.
"Ya nanti kita akan lakukan itu (penelusuran) dari siapa, karena itu merepotkan," kata Asep.
Ia menuturkan, sejumlah siswa di Garut diketahui ada yang turun ke jalan untuk sekadar nonton ada juga ikut berkerumun dengan massa aksi, meski akhirnya diminta untuk kembali ke sekolah atau pulang ke rumah.
Mereka yang turun ke jalan, kata dia, karena mendapatkan undangan yang seolah-olah ditujukan kepada sekolah dan alumni untuk ikut aksi menyampaikan aspirasi tentang penolakan Rancangan Undang-undang.
"Mereka itu pengaruh dari hoaks dari medsos yang tersebar," katanya.
Ia menyampaikan, jajarannya sudah mengimbau seluruh kepala sekolah untuk menjaga siswa siswinya agar tidak ikut demonstrasi dengan turun ke jalan.
"Jadi kita ingatkan karena mereka (siswa) tidak tahu," katanya.
Sementara itu, sejumlah kelompok aksi mahasiswa di Kabupaten Garut diikuti para kalangan pelajar dengan berseragam SMA yang berkerumun di Simpang Lima sambil membawa bendera dan spanduk.
Namun kehadiran aksi para siswa itu, ada sebagian siswa yang tidak tahu tentang tujuan dan harapan dari kegiatan demonstrasi tersebut.
Seorang siswa saat ikut aksi mengaku, protes yang disampaikan tentang undang-undang, namun tidak tahu undang-undang mana yang ditolak.
"Demo tolak undang-undang, ikut saja meramaikan," kata seorang siswa berseragam SMA itu.
Ia mengaku, datang ke pusat titik kumpul demostrasi di Simpang Lima karena diajak teman sekolahnya, kemudian bersatu di tengah kerumunan lalu membawa spanduk.
"Diajak teman saja, untuk yang ngadain demonya tidak tahu," katanya.
Sementara itu, aksi mahasiswa dari perguruan tinggi di Garut dan kalangan pelajar tingkat SMA mendapatkan pengamanan dan pengawalan jajaran kepolisian di Garut.
Baca juga: Mahasiswa kembali aksi ke DPRD Garut, merembet persoalkan pemda
Baca juga: Disdik Jawa Barat larang siswa di Garut ikut demonstrasi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019