Bupati Garut, Jawa Barat Rudy Gunawan menyatakan sebagian besar daerah itu mulai darurat kemarau yang menyebabkan lahan produktif pertanian mengering dan warga kesulitan air sehingga perlu upaya untuk mengatasi kondisi darurat tersebut.
"Kemarau di daerah kita ini sudah mulai darurat, banyak lahan pertanian yang sudah mulai retak-retak," katanya usai melaksanakan shalat "istisqa" dan doa bersama memohon kepada Allah SWT agar turun hujan di Lapangan Sekretariat Daerah Pemkab Garut, Selasa.
Ia menjelaskan bahwa musim kemarau 2019 sudah berlangsung lama melanda wilayah Garut yang berdampak areal pertanian warga, terutama yang jauh dari irigasi sudah kekeringan.
Menurut dia, darurat kekeringan akibat musim kemarau tersebut hampir terjadi di setiap kecamatan di Garut yang selama ini lahan pertanian tidak lagi produktif dan warga kesulitan mendapatkan air bersih.
"Lahan pertanian sudah banyak yang tidak produktif karena sudah berbulan-bulan tidak teraliri air," katanya.
Ia menambahkan, dampak kemarau tersebut menjadikan wilayah Garut bagian utara dan selatan siaga bencana kekeringan.
"Kita sudah menyatakan siaga bencana kekeringan," katanya.
Pemkab Garut, lanjut dia, telah melakukan upaya mengatasi bencana kekeringan dengan mendistribusikan air kepada masyarakat yang daerahnya sulit mendapatkan air bersih.
"Menghadapi kemarau yang panjang ini kami menyiapkan langkah-langkah salah satunya menyediakan air minum," demikian Rudy Gunawan.
Sementara itu, Dinas Pertanian Kabupaten Garut mencatat seluas 2.760 hektare lahan pertanian dan perkebunan di Garut dilanda kekeringan, dan 5.600 hektare lahan terancam kekeringan tersebar di wilayah Garut.
Baca juga: Pemkab Garut segera manfaatkan 20 sumber mata air baru
Baca juga: Petani di Garut nganggur akibat dampak kekeringan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Kemarau di daerah kita ini sudah mulai darurat, banyak lahan pertanian yang sudah mulai retak-retak," katanya usai melaksanakan shalat "istisqa" dan doa bersama memohon kepada Allah SWT agar turun hujan di Lapangan Sekretariat Daerah Pemkab Garut, Selasa.
Ia menjelaskan bahwa musim kemarau 2019 sudah berlangsung lama melanda wilayah Garut yang berdampak areal pertanian warga, terutama yang jauh dari irigasi sudah kekeringan.
Menurut dia, darurat kekeringan akibat musim kemarau tersebut hampir terjadi di setiap kecamatan di Garut yang selama ini lahan pertanian tidak lagi produktif dan warga kesulitan mendapatkan air bersih.
"Lahan pertanian sudah banyak yang tidak produktif karena sudah berbulan-bulan tidak teraliri air," katanya.
Ia menambahkan, dampak kemarau tersebut menjadikan wilayah Garut bagian utara dan selatan siaga bencana kekeringan.
"Kita sudah menyatakan siaga bencana kekeringan," katanya.
Pemkab Garut, lanjut dia, telah melakukan upaya mengatasi bencana kekeringan dengan mendistribusikan air kepada masyarakat yang daerahnya sulit mendapatkan air bersih.
"Menghadapi kemarau yang panjang ini kami menyiapkan langkah-langkah salah satunya menyediakan air minum," demikian Rudy Gunawan.
Sementara itu, Dinas Pertanian Kabupaten Garut mencatat seluas 2.760 hektare lahan pertanian dan perkebunan di Garut dilanda kekeringan, dan 5.600 hektare lahan terancam kekeringan tersebar di wilayah Garut.
Baca juga: Pemkab Garut segera manfaatkan 20 sumber mata air baru
Baca juga: Petani di Garut nganggur akibat dampak kekeringan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019