Bandung (ANTARA) - Indonesia menjadi salah satu negara yang sering diguncang gempa bumi akibat berada di jalur ‘Ring of Fire’ adalah daerah di sekitar Samudra Pasifik yang terkenal dengan aktivitas vulkanik dan seismik yang tinggi.
Daerah ini merupakan jalur pertemuan lempeng tektonik, tempat terjadinya banyak gempa bumi dan letusan gunung berapi. Untuk itu, pemerintah telah menetapkan standar bangunan tahan gempa yang wajib dipenuhi, terutama agar rumah atau gedung tidak mudah runtuh saat gempa datang. Standar ini penting untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kerugian besar.
Apa Itu Bangunan Tahan Gempa?
Bangunan tahan gempa adalah rumah atau gedung yang dirancang khusus agar tetap berdiri kokoh meski terjadi guncangan. Pemerintah melalui Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan Kementerian PUPR sudah menetapkan aturan resminya dalam bentuk SNI (Standar Nasional Indonesia), salah satunya adalah SNI 1726:2019.
Spesifikasi Bangunan Tahan Gempa yang Perlu Diketahui
1. Struktur Harus Simpel dan Simetris
Denah rumah sebaiknya tidak terlalu rumit dan bentuknya seimbang (misalnya bentuk kotak atau persegi panjang). Ini membuat beban gempa terbagi rata ke seluruh bagian bangunan.
2. Gunakan Material Berkualitas dan Bersertifikat SNI
Semua bahan bangunan seperti semen, besi tulangan, dan batu bata sebaiknya sudah sesuai dengan standar nasional (SNI). Ini penting agar kekuatannya terjamin dan tidak mudah rusak saat terjadi gempa.
3.Pondasi Kuat dan Sesuai Jenis Tanah
Pondasi rumah harus menyesuaikan dengan kondisi tanah. Jika tanahnya lunak atau berada di daerah rawan gempa, maka jenis pondasi harus lebih dalam atau diperkuat.
4. Struktur Harus Saling Terikat
Bagian-bagian bangunan seperti kolom, balok, dan dinding harus saling menyatu dan mengikat. Ini membantu bangunan tetap berdiri meski terguncang.
5. Gunakan Besi Bertulang yang Lentur dan Kuat
Besi tulangan di dalam beton sebaiknya bersifat lentur agar tidak mudah patah. Ini disebut struktur “duktil”, artinya masih bisa bergerak tanpa langsung runtuh saat diguncang.
Apa Saja yang Harus Dihindari?
1. Menambah Lantai atau Ruangan Tanpa Perhitungan Ulang
Jika ingin merenovasi rumah, apalagi menambah lantai, pastikan struktur lama cukup kuat untuk menahan beban baru. Tambahan tanpa perhitungan bisa membuat rumah runtuh.
2. Mengabaikan Tanah dan Lokasi
Jangan membangun di tanah yang mudah longsor atau dekat patahan gempa tanpa penguatan khusus.
3. Menggunakan Bahan Murah yang Tidak Standar
Harga murah kadang berarti kualitas buruk. Hindari membeli besi atau semen yang tidak jelas asal-usulnya.
4. Desain Denah Asimetris
Bangunan berbentuk L atau U tanpa struktur tambahan seringkali lebih lemah saat terjadi gempa.
Membangun rumah tahan gempa saat ini merupakan langkah yang penting bukan hanya karena rumah yang kuat bisa menyelamatkan keluarga dari bahaya, tapi juga menghindari kerugian material yang besar apabila terjadi gempa.
Terlebih bangunan tahan gempa dirancang untuk bertahan lama, bahkan sampai 50 tahun atau lebih, asalkan dirawat dengan baik.
Membangun rumah tahan gempa bukan hanya soal mengikuti aturan, tapi juga bentuk perlindungan untuk diri sendiri dan keluarga.
Dengan desain yang tepat, bahan berkualitas, dan perencanaan yang benar, rumah bisa menjadi tempat aman bahkan saat gempa terjadi. Di negara rawan gempa seperti Indonesia, membangun rumah tahan gempa bukan pilihan — tapi keharusan.
