Garut (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengedukasi masyarakat tentang kesehatan reproduksi dan keluarga berencana (KB) agar bisa mematangkan rencana menikah dan program hamil sebagai langkah pencegahan dan menurunkan kasus angka kematian ibu dan bayi.
"Kasus-kasus seperti ini harus dicegah sejak awal, dan penting kegiatan ini mengajak peran serta semua pihak agar remaja putri yang ada di sekolah khususnya calon pengantin atau ibu-ibu muda bisa merencanakan pernikahan, dan kehamilannya," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dinkes Kabupaten Garut Tri Cahyo Nugroho di Garut, Jumat.
Baca juga: Dinkes Garut waspadai ancaman DBD saat musim hujan
Dinkes Kabupaten Garut mengadakan pertemuan kesehatan reproduksi dengan melibatkan lintas sektor, organisasi profesi, serta lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang tergabung dalam Satuan Tugas Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Mereka yang hadir dalam pertemuan itu, kata dia, diharapkan nantinya bisa kembali mengedukasi masyarakat secara luas, atau sesuai sasaran programnya seperti dari kalangan remaja putri, calon pengantin, dan ibu muda agar mereka bisa merencanakan pernikahan dan juga kehamilannya.
"Kita harapkan sebuah kehamilan yang sehat, sebuah kehamilan yang diinginkan, sehingga proses itu bisa menjadi kehamilan persalinan yang sehat dan aman juga," katanya.
Ia menyampaikan isu kesehatan reproduksi dan perencanaan kehamilan memerlukan perhatian khusus, termasuk masalah kesehatan ibu dan bayi, karena masalah kesehatan itu akan berdampak pada kematian ibu, kematian bayi, dan stunting.
Kasus kematian ibu dan bayi maupun stunting pada anak itu, kata dia, tentunya harus dicegah sejak dini dengan melibatkan berbagai pihak yang bisa memberikan pemahaman kepada semua elemen masyarakat.
"Khususnya bagi remaja putri dan calon pengantin, agar dapat merencanakan pernikahan dan kehamilannya secara baik," katanya.
Sub Koordinator Kesehatan Keluarga dan Gizi pada Dinkes Garut, Sri Prihatin menambahkan, upaya penurunan AKI dan AKB serta stunting dapat dilakukan optimalisasi kesehatan pada remaja putri usia 12-18 tahun dengan pemberian tablet tambah darah (TTD), dan edukasi bagi calon pengantin terkait kesehatan reproduksi.
Dinkes Garut mencatat angka kematian ibu dan bayi tahun 2023 tercatat sebanyak 42 kasus, kemudian tahun 2024 sampai 1 November tercatat sebanyak 34 kasus dengan penyebabnya hipertensi kehamilan, penyakit jantung, gangguan pernapasan, infeksi, dan pendarahan.
Pemerintah daerah, kata Sri, saat ini terus berupaya mengurangi angka tersebut dengan berbagai program yang telah menjadi prioritas nasional, untuk itu perlu kerja sama semua pihak yang tidak hanya dari jajaran Dinkes tetapi semua pihak berperan untuk mengatasi masalah itu.
"Di hilirnya itu adalah upaya-upaya yang bisa dilaksanakan, dengan pencegahan terkait dengan kehamilan, persalinan, nifas, agar tidak terjadi kasus kematian ibu, dan kematian bayi," katanya.
Baca juga: Dinkes Garut optimalkan program Germas untuk hadapi musim hujan
Dinkes Garut edukasi masyarakat mencegah kasus kematian ibu dan anak
Jumat, 15 November 2024 17:03 WIB