Antarajabar.com - PLN Distribusi Jabar Banten (DJBB) mengimbau masyarakat untuk menghemat energi pada beban puncak untuk mengurangi beban menyusul berkurangnya kemampuan pasokan dari pembangkitan.
"Dengan berkurangnya kemampuan pembangkitan untuk memasok listrik, khususnya dari PLTA maka masyarakat konsumen PLN untuk menghemat energi pada beban puncak," kata Manajer Komunikasi, Hukum dan Administrasi PLN DJBB Agung Murdifi di Bandung, Jumat.
Musim kemarau yang berlangsung cukup panjang tahun ini mempengaruhi operasi beberapa Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA). Hal ini menyebabkan berkurangnya pasokan listrik dari beberapa pusat pembangkit.
Di Jawa Bali yang telah tersambung menjadi satu sistem kelistrikan, pada waktu beban puncak (18.00 - 22.00 waktu setempat) mengalami kekurangan pasokan.
Sehingga terpaksa dilakukan pemadaman di beberapa lokasi secara bergilir maksimal selama tiga jam setiap kali padam supaya tidak terlalu mengganggu aktivitas pelanggan.
Di wilayah Jawa Barat Banten sendiri beban puncak malam sekitar 8027 MW. Namun dengan berkurangnya kemampuan pembangkit untuk memasok listrik, beban di Jawa Barat dan Banten terpaksa dikurangi sekitar 530 MW.
"Angka ini kemudian dibagi berdasarkan prosentase besarnya beban di masing-masing area PLN DJBB. Adapun untuk wilayah Bandung dan sekitarnya mendapat kuota sekitar 40 MW," kata Agung.
Pemadaman akan dilakukan berdasarkan pertimbangan dan meminimalisasi dampak.
"PLN meminta maaf atas ketidaknyamanan ini. Bagi pelanggan yang tidak mengalami padam dimohon partisipasinya untuk menghemat penggunaan listrik di rumah karena sangat bermanfaat untuk meminimalisir pemadaman," katanya.
PLN mengimbau partisipasi pelanggan untuk mengurangi pemakaian listrik pada waktu beban puncak.
Dalam rilis Plt Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN Bambang Dwiyanto menyebutkan Dua PLTA besar yaitu PLTA Cirata 1000 Mega Watt (MW) dan PLTA Saguling 700 MW di Jawa Barat tidak bisa beroperasi karena air waduk yang terbatas dan diprioritaskan untuk pengairan. Beberapa PLTA lain juga mengalami hal serupa.
Pada saat yang sama sejak 28 Oktober dini hari terjadi gangguan pada main transformer PLTU Paiton unit 7 & 8 kapasitas 1200 MW yang dioperasikan oleh Pailton Energy Company (PEC). Disamping itu beberapa pembangkit besar juga seperti PLTU Indramayu, PLTU Suralaya dan PLTU Pelabuhan Ratu.
Akibat dari kondisi ini, dua hari terakhir ini terjadi defisit di Jawa dan Bali sekitar 1.000 MW di saat beban puncak. Beban puncak sistem kelistrikan Jawa Bali sekitar 23.900 MW. Ada kemungkinan defisit ini masih akan berlangsung beberapa hari ke depan bila perbaikan beberapa pembangkit yang terganggu mengalami keterlambatan.
Pihaknya berupaya semaksimal mungkin untuk mempercepat perbaikan pembangkit.
"Mohon partisipasi pelanggan untuk mematikan lampu dan alat elektronik yang tidak diperlukan, terutama pada waktu beban puncak. Hal ini sangat signifikan untuk mengurangi defisit daya," kata Bambang Dwiyanto.