Antarajabar.com - Sampah berpotensi merusak lingkungan hingga menyebabkan pencemaran bila tidak dikelola dengan baik, namun, jika diolah, sampah masih memungkinkan untuk dimanfaatkan dalam bentuk aslinya ataupun melalui proses daur ulang, kata seniman visual Henryette Louise.
"Sampah bisa menjadi teror kalau tidak diolah, hal yang sudah rusak seperti sampah pun harus kita rawat" kata Henryette Louise pada pameran tunggalnya yang bertajuk "Loko Sitato Mahluk" di S.14 Art Space and Library, Jalan Sosiologi 14, Bandung, Sabtu.
Pada pameran tersebut, ia menampilkan karya instalasi berupa ragam rupa makhluk berkaki empat yang dibuat dari lempengan-lempengan timah sari alias seng serta pipa bekas.
"Awalnya bermula dari kebiasaan mengumpulkan barang bekas ketika kuliah dulu," kata lulusan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (sekarang Institut Seni dan Budaya Indonesia) Bandung ini.
Ia mengatakan, bentuk dari masing-masing makhluk yang ia ciptakan terinspirasi dari sifat-sifat manusia Indonesia yang dipaparkan dalam buku karya Mochtar Lubis, "Manusia Indonesia", di antaranya adalah munafik, enggan bertanggung jawab, feodal, percaya takhayul, lemah watak dan artistik.
"Dalam kehidupan sehari-hari, saya banyak menemukan sifat-sifat artistik manusia yang salah satunya terlihat dari kesenangan mereka merias diri," kata dia.
Menurut Louise, bentuk makhluk bercorong tersebut pun merupakan wujud perpaduan dari beragam rupa makhluk hidup di bumi ini, mulai dari binatang hingga virus.
Pemilihan limbah seng sebagai media utama pembentuk wujud masing-masing makhluk, kata dia, adalah bentuk metafor dari rumah-rumah `bedeng¿ semi-temporer yang banyak ditemukan sepanjang permukiman kumuh di sisi kota.
"Manusia hidup pasti membutuhkan rumah. Bumi ini seolah merupakan tempat parkir bagi manusianya yang hanya hidup sementara dan akan membutuhkan rumah kembali di kehidupan selanjutnya," kata perempuan kelahiran Blitar 35 tahun silam itu.
Di samping memamerkan karya instalasi hasil daur ulang sampah, ia juga berencana mengajak khalayak untuk berperan serta menciptakan suatu karya dari modifikasi seng yang dapat dibentuk menjadi sejumlah barang keseharian, seperti celengan, vas bunga, bahkan tempat sampah.
"Setelah ini akan bikin lokakarya 'Tok Ketok Celengan', intinya tidak hanya membuat karya seni yang berakhir jadi benda pajang, mainan atau dekorasi interior dan eksterior ruang saja, melainkan diaplikasikan secara fungsional," katanya.
Selain itu, Louise dan timnya juga akan menampilkan musik eksperimental dari medium seng di penghujung pamerannya nanti. Pameran hasil karya Louise masih berlangsung hingga 21 September mendatang
"Yang jelas ada suara seng, bisa berupa gitar, perkusi, atau apapun," kata dia menambahkan.