Bandung (ANTARA) - Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat Ajam Mustajam mengungkapkan Aplikasi Kawal Haji dan Skema Murur di Muzdalifah, merupakan dua revolusi progresif bagi kenyamanan berhaji pada tahun 1445 H/2024 ini.
"Ada dua inovasi yang menjadi revolusi progresif Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam Pelayanan Jamaah Haji Indonesia tahun ini, yakni Aplikasi Kawal Haji dan Skema Murur ini demi kenyamanan jamaah haji," kata Ajam dalam keterangan di Bandung, Jumat.
Ajam yang juga merupakan Petugas Pengawas Penyelenggara Ibadah Haji di Makkah, menjelaskan bahwa Aplikasi Kawal Haji merupakan bagian dari komitmen Kemenag untuk memudahkan akses bagi jamaah dan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) dalam menyampaikan persoalan terkait dengan penyelenggaraan ibadah haji.
"Aplikasi Kawal Haji ini juga sekaligus komitmen Kemenag RI terhadap proses keterbukaan informasi dalam penyelenggaraan ibadah haji," ucap Ajam.
Selain itu, tutur Ajam, aplikasi ini juga untuk memastikan para petugas baik PPIH Arab Saudi maupun PPIH Kloter benar-benar bekerja optimal.
"Mereka diwajibkan melaporkan setiap kerja dan kinerjanya melalui aplikasi petugas yang dipantau langsung oleh Menteri Agama," ucapnya.
Sementara itu, untuk tetap menjaga kesehatan jamaah haji lansia dari kelelahan yang berlebihan dan mengatasi sempitnya lahan di Muzdalifah akibat pembangunan toilet secara besar-besaran oleh pemerintah Arab Saudi, Kemenag memiliki konsep Skema Murur, sehingga jamaah haji tidak lagi menggunakan Mina Jadid.
"Murur di Muzdalifah adalah bermalam dengan cara melintas, setelah melakukan wukuf di Arafah. Jamaah haji lansia tetap berada di dalam bus saat melewati Muzdalifah tanpa turun, kemudian bus membawa mereka langsung menuju tenda di Mina," katanya.